Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sustainable Living: Warisan Energi bagi Generasi Muda

18 Januari 2024   16:52 Diperbarui: 18 Januari 2024   16:59 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup selaras dengan alam oleh Polina T. via pexels.com

Siapa disini yang masih suka buang bungkus jajan sembarangan?

Pasti semua yang membaca mengaku "tidak". Tidak terasa, maksudnya.

Kantong plastik atau kresek pembungkus sudah menjadi kawan dalam keseharian kita. Berbelanja ke pasar, dapat kresek. Beli minuman boba favorit, dibungkus gelas plastik yang dibalut kresek. Beli alat tulis di tempat fotokopi, pasti diberikan kresek. Seolah kita memang tidak bisa hidup tanpa kresek!

Tentunya hal ini bukan lagi tentang salah dan benar. Penggunaan kresek yang cukup tinggi di kalangan masyarakat menengah ke bawah menunjukkan bahwa masalah limbah plastik adalah masalah kebijaksanaan pengguna.

Maksudnya gimana tuh?

Plastik atau kresek memang diciptakan untuk memudahkan kita membawa barang-barang. Tadinya, plastik digunakan sebagai pengganti kantong kertas yang menyebabkan pohon-pohon di hutan ditebang demi menyediakan kertas pembungkus untuk kemudahan hidup manusia.

Pada mulanya, plastik hadir sebagai alternatif bagi penggunaan kantong kertas.

Namun, semakin tinggi penggunaan plastik yang tadinya diharapkan dapat digunakan secara berulang atau di daur ulang, justru menjadi sampah yang paling dominan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Kamu miris nggak, mendengarnya?

Makanya, kalau kita cukup jeli mengintip isi "tong sampah" kita, pasti jenis sampah plastik akan lebih banyak kita temukan. Padahal, sampah plastik termasuk bahan yang sulit terdegradasi atau dihancurkan oleh mikroba tanah, lho!

Tapi, kalau sampai sini aja kita belum sadar, gimana kita bisa berperan dalam ekosistem yang terjaga?

***

Konsep Sustainable Living

Ilustrasi sustainable living oleh Lara J. via pexels.com
Ilustrasi sustainable living oleh Lara J. via pexels.com

Manusia makin banyak dan beranak-pinak. Tidak ada cukup tempat di Bumi untuk menampung semua makhluk hidup dalam satu ekosistem yang sama. 

Bumi terus berubah, menyesuaikan diri. Beberapa spesies unik terpaksa punah karena Bumi tak lagi menyediakan mereka rumah.

Kitalah, manusia. Satu-satunya spesies yang mampu beradaptasi pada perubahan yang kita ciptakan.

Iklim tak lagi seramah dulu. Cuaca terus-menerus tidak menentu. Banjir dan kekeringan menyerbu bagaikan siklus.

Lalu, apa yang sebaiknya diperbuat manusia dalam menebus kesalahannya?

***

Apa sih hidup yang berkelanjutan (sustainable living)?

Kehidupan yang dirancang agar bersahabat bagi semua spesies, meskipun hal tersebut naif. Setidaknya manusia harus berusaha memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh tingginya permintaan manusia agar hidup nyaman.

Kenapa harus memilih cara hidup berkelanjutan?

Hanya dengan sustainable living, manusia dapat memperpanjang masa eksistensinya di muka Bumi. Dengan memakai kembali barang-barang yang masih layak digunakan. Dengan mendaur ulang plastik, besi, atau limbah apapun yang bisa diubah bentuknya agar berfungsi kembali.

Gimana cara hidup berkelanjutan?

Setidaknya terdapat beberapa cara yang dapat kamu terapkan untuk mulai hidup berkelanjutan, lestarikan alam demi generasi mendatang. Berikut sustainable living yang dapat kamu mulai dari sekarang:

Produk Pangan berkelanjutan

Kurangi asupan daging dan perbanyak makan sayur. Hal ini bertujuan untuk mencegah lebih banyak hewan yang mati hanya demi memuaskan selera makanmu. Tanamlah sayur-mayur di pekaranganmu dan makan secukupnya. Jangan sampai menyisakan makanan di piringmu.

Transportasi Berkelanjutan

Biasakan untuk naik kendaraan umum atau menggunakan sepeda kemanapun kamu berpergian. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat polusi udara akibat gas emisi dari kendaraan bermotor.

Rumah Tangga Berkelanjutan

Semua hal baik berawal dari rumah! Termasuk sustainable living juga bisa diterapkan dari rumah. Misalnya, memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk untuk kebun kecilmu. Sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang atau dikirim ke bank sampah terdekat.

***

Nah, itu dia konsep sustainable living yang dapat kamu terapkan.

Share artikel ini agar makin banyak orang yang sadar dan terlibat dalam gerakan perubahan!

Komen di bawah kalau kamu punya pengalaman dalam melakukan aksi sustainable living.

Start the ecoliving now, to save our generation tomorrow!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun