Pertunjukan wayang biasanya menggunakan gedebog pisang yang dihamparkan di depan sebuah mata air yang disucikan warga setempat. Mata air merupakan elemen penting dalam kehidupan masyarakat Cisaat yang masih didominasi petani.
Makna dari pertunjukan wayang bukan hanya hiburan warga semata, tetapi nilai-nilai filosofis yang disampaikan dari generasi ke generasi dalam bentuk cerita-cerita yang sarat akan moralitas sebagai warga masyarakat yang menjunjung nilai kejujuran, rendah hati, dan tekun belajar.
Seringkali pertunjukan wayang juga dibarengi dengan aksi pencak silat sebagai bukti kekayaan budaya Bekasi yang lekat dengan "Para Jawara". Meskipun pertunjukan ini berlangsung setelah isya, banyak penonton antusias menyimak pagelaran sampai akhir, termasuk diantaranya anak-anak muda yang lahir sebagai Generasi Z.
Apabila kamu mampir ke Kampung Cisaat di waktu tertentu, kamu akan menjumpai anak-anak yang sedang berlatih gerakan silat sederhana untuk pertunjukan wayang.
Alasan anak-anak itu belajar silat tentunya karena melihat contoh dari kakek-kakeknya yang masih terlihat bugar meskipun usianya sudah hampir 100 tahun.
Tentu, harapannya agar tradisi ini terus lestari.
Melalui Hari Wayang Nasional, yuk sebarkan informasi atau pengalaman apapun yang kamu ketahui tentang tradisi pewayangan di Indonesia.
Agar kelak, anak-anak generasi Z yang tidak mendapat kesempatan yang sama untuk bersentuhan langsung dengan budaya leluhur, paling tidak memiliki pengetahuan yang nantinya dapat diteruskan.
***
Terima kasih sudah membaca sampai akhir!
Bagikan jika artikel ini dirasa bermanfaat :)