Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mau Beli Mobil? Analisis Dulu Nilai Ekonominya!

8 Agustus 2022   12:58 Diperbarui: 10 Agustus 2022   11:31 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membeli mobil baru.(Shutterstock/feelartfeelant) 

Kepemilikan kendaraan pribadi seakan telah menjadi kebutuhan sekunder begitu kebutuhan sandang, pangan, dan papan terpenuhi. 

Memiliki mobil bukan sekadar memenuhi gengsi atau hanya bikin panas tetangga. Motivasi dasar seseorang dalam mempertimbangkan kepemilikan mobil adalah rasa jengkel karena harus menggunakan kendaraan umum.

Kurangnya fasilitas yang memadai dan standar pelayanan yang biasa saja pada moda trasportasi publik, membuat seseorang tidak ambil pusing untuk segera membeli mobil. 

Niat ini diaminkan dengan promo jor-joran yang ditawarkan oleh sales otomotif yang menampilkan citra bak seorang profesional.

Gencarnya penawaran di media digital dan kemudahan prosesi dalam kepemilikan mobil, membuat setiap orang menjadi mungkin untuk memiliki kendaraan pribadi. 

Hal ini menjadikan calon konsumen tidak lagi terjebak pada pilihan prioritas, perlu atau tidaknya memiliki mobil. Tetapi, pertimbangan ini sudah naik level menjadi: beli mobil baru atau bekas, ya?

Sebelum membeli mobil, baik yang baru ataupun yang bekas, pastikan Anda bisa membayarnya.

Rentetan biaya dalam kepemilikan mobil tidak hanya cicilan per-bulan dan uang bensin. Anda harus benar-benar memastikan, setelah membeli mobil idaman, Anda dapat merawat kendaraan tersebut. 

Bukan hanya soal nihil dari penyok dan dibawa ke tempat cuci seminggu sekali, perhatikan juga mesin dan tarikannya!

Secara psikologis, orang akan merasa bahagia ketika mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Begitupula ketika membeli mobil, orang dihanyutkan dengan perasaan bangga dapat memiliki kendaraan pribadi yang sesuai dengan kelasnya. 

Itulah sebabnya mobil baru lebih banyak diminati orang kelas menengah ke atas, yang memiliki akses finansial yang mendukung untuk menunjuk jenis mobil apa saja yang dapat meningkatkan rasa jumawanya.

Mentalitas ini yang dimanfaatkan pengelola showroom untuk memaksimalkan "dagangannya" agar orang-orang di sektor menengah ke bawah juga dapat memiliki kendaraan. 

Kemunculan slogan "kredit tanpa DP" atau "DP 0 rupiah" dapat membuat orang-orang dengan gaji UMR meneteskan liur. Setelah kebutuhan primer terpenuhi, mereka akan terdorong secara bawah sadar untuk memiliki kendaraan pribadi beroda 4.

Apabila gaji bulanan mereka tidak cukup untuk menambal beban angsuran, yang juga digunakan untuk menyicil rumah dan membayar biaya sekolah anak, memiliki mobil bekas dapat menjadi solusi jitu. Pada intinya, harus punya mobil!

Akan tetapi, orang-orang dari kalangan menengah ke bawah sepertinya perlu diberikan edukasi tentang nilai ekonomi suatu barang. 

Alasannya sederhana, karena uang yang mereka miliki terbatas dengan keperluan yang super-banyak, maka analisa suatu barang dari sudut pandang ekonomi menjadi penting. Hal ini mencegah tren "gali lubang tutup lubang" akibat dari gaya hidup yang terlalu maksa.

Sebagai aset yang setiap tahun mengalami depresiasi atau penurunan harga, keinginan seseorang dalam memiliki kendaraan pribadi tidak juga berkurang. 

Tidak semua orang memikirkan penyusutan harga saat membeli mobil baru. Depresiasi mobil dalam hal ini berarti, selisih harga mobil saat Anda membeli dan menjualnya kembali. Penyusutan harga sudah bergulir ketika mobil keluar dari dealer menuju tempat konsumen.

Membeli mobil keluaran terbaru tidak akan menghindarkanmu dari faktor depresiasi. Terlibat tren untuk memiliki kendaraan yang baru dirilis hanya meminimalisir angka depresiasi yang tidak akan sebesar mobil keluaran lama. Meskipun harga belinya juga fantastis!

Nilai penyusutan mobil pada tahun pertama diperkirakan mencapai 23,5% dari harga jualnya. Selanjutnya pada 5 tahun pertama, dimana cicilan baru saja setengah periode untuk gaji UMR, namun nilai depresiasinya sebesar 60%. 

Pertimbangan untuk membeli mobil bekas setidaknya dapat memangkas angka penyusutan tadi, di samping harganya yang sudah jauh berbeda.

Akan tetapi, kepemilikan mobil bekas pun perlu analisa ekonomi yang lebih kritis lagi mengenai kondisi fisik dan mesin kendaraan. Dengan membeli mobil bekas, kita tidak bisa mendapatkan garansi atas biaya perawatan yang cukup menguras isi dompet. 

Sekalipun nilai depresiasi mobil bekas hanya berkisar 10-15% dari harga pembelian, kita juga perlu memastikan faktor lain dari kendaraan itu sendiri yang kelak akan menghabiskan biaya untuk urusan onderdil, servis, dan lain sebagainya.

Berpikir bijaklah sebelum membeli kendaraan pribadi. Kalau bagi saya, pertimbangan yang paling utama saat hendak membeli mobil adalah: PASTIKAN DULU ANDA PUNYA GARASI!

***

Semoga bermanfaat. Salam super :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun