Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Teror Ibu Sepanjang Masa, tapi Tidak Sepanjang Film

5 Agustus 2022   16:29 Diperbarui: 5 Agustus 2022   16:33 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Rapi Films) 

Film Pengabdi Setan 2: Communion yang dirilis di bioskop seluruh Indonesia tanggal 4 Agustus 2022, mengusung tagline "Teror Ibu Sepanjang Masa". Bagi kalian yang mengikuti series pertama Pengabdi Setan karya sutradara Joko Anwar, dapat dipastikan sudah tidak sabar ingin menyaksikan film berdurasi 119 menit di sinema terdekat.

Sebelum membaca artikel ini, saya sarankan kalian menonton dulu filmnya sampai selesai. Perhatikan detail sinematografi, korelasi antar tokoh dan latar belakang kisahnya, serta ketegangan yang secara bawah sadar muncul sebagai reflek dari scoring music dan kecanggihan computer graphic images (CGI) ala sineas profesional yang gak perlu diragukan lagi.

Artikel ini saya tulis setelah menyimak dengan seksama rentetan teror Ibu yang terasa nyata dan mencekam di ruang sinema. Keberhasilan re-make Pengabdi Setan (2017) yang digarap dan disutradai oleh Joko Anwar, dapat dirasakan oleh mereka yang "terdampak" teror Ibu. Pada sekuel Pengabdi Setan 2: Communion, Joko Anwar seolah ingin kalian masuk ke dalam alur film dan merasakan bombardir teror menegangkan sama seperti yang dialami oleh tokoh-tokoh di dalamnya. Oleh karenanya kehadiran sekuel Pengabdi Setan 2: Communion ini amat dinantikan para penggemar film pertamanya. 

Sesuai judulnya, sekuel kedua ini memiliki tujuan besar untuk "komuni". Siapa yang berkumpul? Untuk apa mereka berkumpul? Semua pertanyaan itu tersedia jawabannya di sepanjang film. Kalian hanya harus menyingkirkan sedikit rasa ngeri akibat terpapar teror yang seolah tanpa jeda. Kalian juga perlu mencermati setiap petunjuk yang diberikan oleh setiap tokoh, baik dalam dialog, mimik wajah, maupun gestur tubuh.

Latar belakang tempat yang dipilih dalam sekuel kedua ini adalah rumah susun bertingkat di pesisir pantai, bernama Rusun Mandala. Pemilihan rumah susun sebagai tempat tinggal Rini (Tara Basro), Bapak, dan kedua adiknya bukan tanpa sebab. Di rusun inilah setiap tokoh memiliki latar belakang konflik masing-masing, sehingga akhirnya muncul gangguan dari makhluk halus yang menuntun setiap tokoh menuju jalan karmanya.

Pada sekuel kedua ini juga terdapat sedikit informasi yang diberikan mengenai sekte pengabdi setan. Informasi sekte ini hanya muncul pada petunjuk yang dibeberkan oleh seorang wartawan bernama Budiman (Egi Fedly), yang juga menulis majalah gaib "Maya". Pada film pertama, peran Budiman sebagai seorang kenalan dari neneknya Rini mempunyai andil besar dalam menyelamatkan keluarga Rini dari teror Ibu. Beliau datang tepat waktu membawa mobil dan mengajak seluruh anggota keluarga Rini (kecuali Ian) untuk pergi bersamanya.

Di film kedua ini, apakah peran Budiman akan menolong Rini dan keluarganya lagi?

Kesamaan lainnya dengan film pertama adalah kemunculan tokoh Ustadz, yang membawa warna berbeda di suasana rusun yang mencekam. Keberadaan Ustadz Mahmud (Kiki Narendra) dihadirkan ketika film mulai mencapai klimaks. Saat teror beruntun terkesan tiada habisnya, sosok Ustadz Mahmud berperan dalam mencairkan suasana.

Kehadiran tokoh-tokoh baru seperti Tari (Ratu Felisha), Doni (Jourdy Pranata), Wisnu (Muzzaki Ramdhan), dan Wina (Nafiza Fatia Rani) menambah sudut pandang yang berbeda tentang horor yang mencekam. Tokoh Tari menjumpai jalan karmanya atas apa yang pernah diperbuat di masa lalu. Sedangkan tokoh Doni, Wisnu, dan Wina mendapat teror Ibu berupa bisikan-bisikan gaib, munculnya penampakan setan, dan jalan menuju kematian.

Setiap tokoh yang berurusan dengan Rini dan keluarganya digambarkan menghadapi serangan teror tak berkesudahan hingga di akhir film. Lantas, adakah yang selamat dari serangkaian teror Ibu?

Kalian wajib nonton di bioskop untuk menikmati sensasi ketegangan dan memahami kemasan film "horor" yang benar.

Selamat bertemu Ibu!

***

Penilaian pribadi: 7/10

Setiap aspek yang berusaha dibangun Joko Anwar dalam film ini sudah berhasil membuat pikiran tidak tenang. Tetapi, menurut saya ada miss dari keseluruhan cerita yang terkesan dibuat menggantung, atau seolah-olah telah dijelaskan oleh narator dalam film ini.

Dalam film kedua ini, saya tidak menemukan korelasi yang jelas antara rusun, sekte penyembah setan, dan teror pocong tiada henti. Mungkin pembaca yang telah menonton Pengabdi Setan 2: Communion bersedia menanggapi artikel ini sebagai pencerahan atas lika-liku teror Ibu di rumah susun. Siapakah "Dia" yang akan lahir? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun