Mohon tunggu...
Siti Khotijah
Siti Khotijah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingkah Pendidikan Seks untuk Anak

14 Juli 2018   08:13 Diperbarui: 14 Juli 2018   08:28 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siti Khotijah

Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Progam Studi Pendidikan Agama Islam Unisnu Jepara

Enam anak di bawah umur diduga menjadi pelaku pemerkosaan anak perempuan di Rumpin, Bogor, Jawa Barat (Jabar). Keenam terduga pelaku itu berusia antara 6-11 tahun. Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hari Suprapto membenarkan adanya kasus pemerkosaan anak itu. Saat ini, kasusnya sedang ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak, Polres Bogor.(liputan6.com,01/03/18)

Seperti yang dimuat oleh Liputan6.com, dijelaskan bahwa pelaku sebanyak 6 anak melakukan pemerkosaan, dan dalam menangani kasus ini polres bogor  sangat berhati-hati. Hal ini dikarenakan pelaku dan korban adalah anak-anak dibawah umur.

Memberikan pendidikan seks pada anak sering kali dianggap tak sesuai bagi orang tua. Padahal, hal tersebut harus diberikan sejak dini. Dokter spesialis onstetri dan ginekologi Boyke Dian Nugraha mengungkapkan berbagai alas an mengapa memberi pendidikan seks sejak dini pada anak sangat penting. Boyke mengatakan memberi pendidikan seks sejak dini bisa melindungi anak dari pelecehan seksual.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh komite perlindungan anak Indonesia (KPAI) dan kementrian kesehatam (kemenkes) pada Oktober 2013 memaparkan bahwa sekitar 62,7% remaja Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah. 20% dari 94.270 perempuan yang hamil diluar nikah juga berasal dari kelompok remaja dan 21% diantaranya pernah melakukan aborsi. Lalu pada kasus terinfeksi HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak 10.203 kasus, 30% penderitanya berusia remaja. Itu lima tahun yang lalu, untuk sekarang angkanya diperkirakan naik lebih tinggi.

Pendidikan seks anak dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya, pemahaman akan lawan jenisnya, dan pemahaman untuk menghindarkan dari kekerasan seksual. Pendidikan seks yang dimaksud di sini adalah anak mulai mengenal akan identitas diri dan keluarga, mengenal anggota-anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh. Untuk membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah, apalagi yang ada di dalam pikiran orang tua ketika mendengar kalimat "pendidikan seks " adalah mengajarkan anak untuk berhubungan seksual. Sehingga orang tua tidak ingin atau enggan untuk mengajarkannya. Namun, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya.

Menurut Dr Rose Mini AP, M Psi seorang psikolog pendidikan, seks bagi anak wajib diberikan orangtua sedini mungkin. "Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), karena pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan dengan pengenalan organ tubuh internal.

Kekerasan seksual terhadap anak tidak hanya dilakukan oleh orang yang tidak dikenal. Hal ini disebabkan karena prilaku menyimpang oleh pelaku dan diperparah dengan ketidakmampuan anak dalam melawan perlakuan mereka. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah hal-hal tersebut :

Kenalkan bagian tubuh yang tidak boleh disentuh dan dilihat orang lain, kemudian berikan penjelasan ada bagian tubuh tertentu yang hanya diri sendirilah yang boleh disentuh dan dilihat. Bagian tubuh tersebut diantaranya adalah dada, bibir, organ reproduksi dan pantat.

Ajarkan perbedaan jenis kelamin kepada anak, perlu adanya penjelasan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Memberikan contoh bahwa laki-laki nantinya akan seperti ayah dan perempuan seperti ibu. Konsep perbedaan jenis kelamin ini juga berfungsi untuk mengajarkan anak menggunakan toilet dan pakaian sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.

Tanamkan budaya malu kepada anak, penting bagi orang tua mengajarkan rasa malu kepada anak agar anak dapat menghargai dirinya sendiri. Mengajarkan batasan-batasan dalam bermain dengan lawan jenis. Memberikan arahan untuk tidak melepas dan menggati pakaian di tempat umum.

Membatasi aktivitas menonton pada anak, damping anak saat menonton televise. Disamping dampak negative yang muncul dari menonton televisi yang terlalu lama, tayangan yang dipertonotnkan kepada anak juga tidak semuanya bernilai pendidikan. Banyaknya adegan tayangan yang menampilkan adegan-adegan yang belum pantas dilihat anak. hal ini mengakibatkan anak meniru adegan dalam tayangan yang ditontonnya. Disanalah peran orang tua untuk mengarahkan dan memberi pengertia tentang apa yang ditontonnya

Jauhkan gadget dari anak, tidak bisa dipungkiri lagi bahawa akhir-akhir ini banyak anak yang menggunakan gadget. Sebagian orang tua bahkan memberikan akses penuh gadget kepada anak dengan dalih supaya anak lebih leluasa dalam belajar bahkan tidak mengganggu pekerjaan orang tua. Padahal banyak konten-konten yang mengandung pornografi dan perilaku yang negative untuk anak

Tumbuhkan rasa percaya kepada anak dan ajaklah diskusi sederhana tentang pemberian pengertian seks dan akibat yang ditimbulkan sesuai dengan umur anak. orangtua juga seharusnya banyak mempelajari hal-hal terkait dengan pendidikan seks, mengingat perkembangan dan perubahan zaman yang cepat berubah.

Menurut penulis, sudah seharusnya orang tua berperan aktif dalam mendidik anak,  terutama memberikan pengertian tentang apa yang dilihatnya dan akibat yang ditimbulkan.  Karena orang tua merupakan yang utama dari tri pusat pendidikan selain sekolah dan lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun