Mohon tunggu...
Pendidikan

Mengenal Biota Laut: Paus Sperma (Physeter Macrocephalus), Hewan Bergigi Terbesar di Dunia

10 Desember 2018   12:52 Diperbarui: 16 Desember 2018   19:24 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus kematian spesies laut akibat sampah laut semakin bertambah dalam beberapa tahun ini. Kasus terbaru dalam beberapa pekan terakhir adalah penemuan bangkai seekor paus sperma di pesisir Desa Kapota Utara, Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada Minggu (18/11/2018). Paus sperma (Physeter macrocephalus) berukuran panjang 5,5 meter dan lebar 437 cm ditemukan dalam keadaan mati dan sudah mulai membusuk. Meskipun penyebab kematiaannya belum diketahui pasti, tetapi sampah dengan berat basah 5,9 kg diduga sebagai penyebab utama kematian mamalia yang termasuk dalam daftar dilindungi tersebut. Berikut adalah infomasi singkat tentang paus sperma.

Taksonomi

Paus sperma (Physeter macrocephalus) diklasifikasikan termasuk ke dalam kerajaan Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Cetartiodactyla, famili Physeteridae, genus Physeter, spesies Physeter macrocephalus. Paus sperma (Physeter macrocephalus) adalah hewan terbesar dalam kelompok paus bergigi sekaligus merupakan hewan bergigi terbesar di dunia. Paus sperma dinamakan demikian karena bahan putih susu spermaceti yang terdapat pada bagian kepala paus sperma. Kepala paus sperma yang besar menjadi ciri khas spesies ini, terutama pada jantan, kepala bisa mencapai sepertiga panjang badannya. Nama spesies macrocephalus diambil dari bahasa Yunani yang berarti kepala besar. Kulit punggung paus sperma berkerut dan berbeda dengan kulit halus pada kebanyakan paus besar lain.

Morfologi

Paus sperma memiliki ukuran yang sama antara jantan dan betina saat lahir. Paus sperma mengalami dimorfisme saat dewasa, dengan jantan dewasa berukuran hingga 20,5 meter dan beratnya mencapai 57.000 kilogram atau 30% hingga 50% lebih panjang dan tiga kali lebih besar dari betina. Lubang pernapasan (blowhole) terletak berdekatan dengan bagian depan kepala dan condong ke kiri (jika dilihat dari arah yang sama dengan paus). Hal ini menimbulkan semprotan lebat yang mengarah ke depan. Paus sperma mempunyai 20-26 pasang gigi kerucut pada rahang bawah mereka. Setiap gigi bisa mempunyai berat sampai satu kilogram.

Siklus Hidup dan Reproduksi

Paus sperma dapat hidup 70 tahun atau lebih. Paus sperma adalah salah satu contoh utama dari spesies dengan tipe seleksi K, yang berarti strategi reproduksi mereka terkait dengan kondisi lingkungan yang stabil dan terdiri dari tingkat kelahiran yang rendah, bantuan induk yang signifikan terhadap keturunan, kematangan lambat, dan berumur panjang.

Betina menjadi subur pada usia sekitar 9 tahun. Gestasi membutuhkan 14 hingga 16 bulan dan menghasilkan satu anak. Betina yang matang secara seksual melahirkan setiap 4 hingga 20 tahun sekali. Laktasi berlangsung selama 19 hingga 42 bulan. Seperti halnya paus lain, susu paus sperma memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan mamalia terestrial: sekitar 36%, dibandingkan dengan 4% dalam susu sapi. Susu paus sperma memiliki kandungan energi sekitar 3.840 kkal/kg, dibandingkan dengan hanya 640 kkal/kg dalam susu sapi. Anak paus sperma dapat diizinkan untuk menyusu dari betina selain ibu mereka.

Jantan menjadi dewasa secara seksual pada 18 tahun. Setelah mencapai kematangan seksual, jantan pindah ke garis lintang yang lebih tinggi, di mana air lebih dingin dan makan lebih produktif. Betina tetap berada di garis lintang bawah. Jantan mencapai ukuran penuh mereka pada sekitar usia 50 tahun.

Habitat dan Ekologi

Paus sperma termasuk spesies yang paling kosmopolitan di laut terbuka. Paus sperma dapat ditemukan di hampir semua perairan laut dengan kedalaman lebih dari 1.000 m yang tidak tertutup es, kecuali di Laut Hitam dan mungkin Laut Merah. Jalan masuk yang dangkal ke Laut Hitam dan Laut Merah mungkin menjelaskan ketidakhadiran spesies ini. Lapisan bawah Laut Hitam juga bersifat anoxic dan mengandung konsentrasi tinggi senyawa belerang seperti hidrogen sulfida. Di beberapa daerah, khususnya di bagian barat Atlantik Utara, paus sperma, terutama jantan, dapat ditemukan di perairan dangkal. Paus Betina dan paus muda terbatas pada perairan di garis lintang lebih rendah dari 40-50 derajat dan ke daerah di mana suhu permukaan laut lebih besar dari 15 derajat Celcius. Paus Sperma umumnya lebih banyak di daerah-daerah dengan produktivitas primer yang relatif tinggi, meskipun ada beberapa pengecualian, seperti Laut Sargasso dan pusat pilin Pasifik Utara. Paus sperma juga dapat ditemukan di perairan Indonesia karena kondisi perairan Indonesia juga sesuai untuk habitat paus sperma baik dari segi kondisi lingkungan dan dari segi ketersediaan sumber pakan. Namun, di beberapa daerah seperti di sepanjang perairan pantai Australia selatan, paus sperma telah dianggap punah secara lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun