Mohon tunggu...
Siti Khoiriyah
Siti Khoiriyah Mohon Tunggu... Guru - Pelajar

Masak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

nonton sinetron

27 Desember 2024   09:50 Diperbarui: 27 Desember 2024   09:41 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

NONTON SINETRON

Hari sudah sore. Matahari baru saja tenggelam. Adzhan magrib sayup-sayup masih terdengar. Ayah baru saja mau berangkat ke ladang. Ajeng tengah asyik menyiapkan alat-alat keperluan sekolah besok pagi. Mama bergegas berwudhu. “Han, sudah berwudhu?” tanya Mama.

“Belum, Ma.....bentar lagi, nanggung nih, masih rame...

Dimusholla rumah yang berukuran sedang itu, Mama dan Hana berjamaah.

“Assalamualaikum warahmatullah”. Keduanya mengucapkan salam penutup shalat. Ajeng mencium tangan dan pipi Mama. Beberapa menit setelah berdo’a, Hana langsung bergegas ke ruang tengah. Hana ingat sebentar lagi ada senetron bagus, favorit. Mama masih mengerjakan sholat sunnah. Sebelum shalat sunnah, Mama berpesan, “Han, langsung makan, setelah itu belajar, ya...” Hana tidak menjawab, ia sudah ngacir ke ruang tenggah. 

Usai shalat sunnah, Mama langsung membuka Al-Qur’an. “Ma...! teriak Hana dari ruang tenggah. “Sini deh, ada yang bagus nih,! Hana meminta Mama untuk menemani nonton TV.

“Apa, Han?” Mama menghentikan membaca Al-Quran yang baru satu ayat itu. Mama buru-buru menghampiri Hana yang serius menonton sinetron kesayangannya “Upin&Ipin”.

“Hai Han, sudah makanya?” Mama masih mengingatkan Ajeng yang kadang sulit makan. Ajeng tidak menjawab, hanya mengatakan, “ Tuh, Ma ..bagus kan sinetronya ?” Mama juga tidak menjawab. Sambil membalikkan tubuhnya, Mama berjalan ke musholla.

Diambilnya Al-Qur’an yang tadi dibacanya, masih terbuka. Kemudian, Mama kembali memangku Al-Qur’an itu seraya mengucapkan shodaqallahul adzhim sebagai pertanda menutup tadarus. Mama pun ikut berjemaah di depan TV bersama Hana , Nonton sinetron.

Orang tua sering kali menuntut anak untuk menjalankan disiplin atau menyalahkan anak yang kelihatanya tidak disiplin. Padahal, ketidakdisiplinan anak bisa diakibatkan ulah orang tuanya sendiri yang tidak konsisten. Atau, orang tua menuntut anak yang melakukan ini dan itu, sementara pada saat bersamaan, anak tidak dikondisikan dan tidak di dorong untuk bersikap konsisten dengan peraturan.

Ajaran dengan keteladanan masih jarang dilakukan. Padahal, mengajak dengan berbuat langsung jauh lebih efektif daripada mengajak atau menyuruh hanya dengan bahasa lisan. Dalam menghormati dan mematuhi peraturan untuk disiplin pun tentu tidak dikemas dengan kaku sebagaimana halnya dalam kamp militer. Aturan-aturan yang telah disepakati itu bukan harga mati. Kadang ada hal lain di luar dugaan kita yang mengharuskan ada peraturan yang bisa diubah kapan saja. Namun, bukan berarti peraturan yang dibuat plinpan atau tidak tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun