Mohon tunggu...
SITI KHOFIFAH
SITI KHOFIFAH Mohon Tunggu... Guru - GURU BIOLOGI SMA NEGERI 1 SIDAYU

Saya seorang pendidik mapel biologi di SMAN 1 Sidayu dengan Jabatan Guru Madya IVb dengan tambahan tugas staf kurikulum. Hobbi saya menulis dengan beberapa karya yang sudah saya hasilkan berupa : 3 buku pengayaan non fiksi dan Karya penelitian berupa PTK, Best Praktik dan Karya Penelitian pengembangan. Dengan konten Youtube permata khofifah channel yang salah satunya berisi media pembelajaran dan kegiatan pendidikan. Saya ingin menjadi anggota kompasianer yang bisa menulis dengan KONTEN: pendidikan dan pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

30 April 2023   18:19 Diperbarui: 30 April 2023   18:24 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS  NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN


Dalam  pengambilan keputusan, seorang pimpinan harus mampu melakukan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan, mampu memahami dan menerapkan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan, serta mampu menerapkan strategi pengambilan keputusan untuk menghindari adanya isu kode etik kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan. Dan itu adalah suatu kompetisi yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan. Lalu apakah itu sudah dimiliki?.

Sebagai langkah awal sebagai pemimpin sekolah, terlebih dulu kita tahu Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? Pratap triloka filosofi Ki Hajar Dewantara adalah Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa,  Tut wuri handayani, yang berarti pemimpin harus menjadi sosok teladan yang positif, motor penggerak dan motivator dalam institusi moral di sekolah yang dipimpin, untuk mewujudkan generasi dengan profil pelajar Pancasila, yang dalam pelaksanaan pembelajaran harus dilakukan sesuai dasar pendidikan meliputi:  berpihak pada murid, memberikan tuntunan, sesuai kodrat murid, kodrat alam dan zaman,  menumbuhkan budi pekerti, dan anak itu bukan tabula rasa, sehingga penerapan pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan dan bisa dipertanggungjawabkan. Nilai-nilai kebajikan universal yang digunakan dalam pengambilan keputusan itulah yang harus ditumbuhkembangkan pada diri murid melalui suatu pembelajaran yang berpihak pada murid dengan memberikan tuntutan dan menumbuhkan budi pekerti.

Lalu, Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Nilai yang tertanam dalam diri kita memang sedikit banyak akan berpengaruh pada prinsip kita dalam pengambilan keputusan. Karena sesungguhnya karsa merupakan suatu kekuatan yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia,  yang berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang,  disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ada 3 prinsip dilema etika dalam pengambilan keputusan meliputi:  berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Tentunya penggunaan prinsip-prinsip tersebut dipengaruhi nilai dalam diri pimpinan. Namun begitu Seseorang yang memiliki penalaran baik yang tertanam dalam diri, akan menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip etika itu didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, yang diharapkan pemimpin-pemimpin pendidikan masa depan akan lebih siap dalam mengenali, berefleksi, menghargai keberagaman. Dan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

 Materi coaching telah kita pelajari, lalu Bagaimana Coaching bisa membantu dalam pengambilan keputusan? Coaching sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan. Sebelum pengambilan keputusan itu dilakukan maka  dibutuhkan kegiatan Coaching (bimbingan) sehingga  pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan tenang, berhati-hati, dan berdasarkan pada logika. Coaching juga membekali seorang pemimpin/guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan bai. Diawali penjabaran mengenai masalah yang akan diambil keputusannya, lalu tujuan dan dampak yang ingin didapatkan setelah pilihan tersebut dan dampak dari setiap keputusan yang diambil. Lalu mengidentifikasi masalah dimulai dengan dikumpulkan dan diperiksa setiap informasi yang ada Setelah itu lalu bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam membuat rencana untuk mencari solusi dengan beragam alternatif pilihan -pilihan terbaik, dengan menggunakan  paradigma, prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan sampai dihasilkan suatu keputusan yang berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan dan bisa dipertanggungjawabkan. 

Selanjutnya, Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? Dalam pembahasan studi kasus masalah moral atau etika, pengambilan keputusan sangat berhubungan dengan nilai-nilai yang dianut seorang pimpinan/pendidik. Karena dalam pengambilan keputusan dibutuhkan karsa. Karsa merupakan suatu kekuatan yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia,  yang berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang,  disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ada 3 prinsip yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika meliputi : (1)Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), berpijak pada utilitarism, selalu mengukur konsekwensi dari hasil akhir yang diharapkan untuk kepentingan orang banyak, (2)Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), berpijak pada deontologis: kewajiban, keputusan diambil berdasarkan peraturan tanpa memperdulikan konsekwensi, (3)Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), dikenal aturan emas, memainkan peranan kunci pendidikan etika, memberi batasan pada diri dan memikirkan orang lain, menghadirkan empati. Namun harus diinggat bahwa semuanya harus didasarkan pada Prinsip-prinsip etika yang didalamnya mengandung  nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan, paradigma, prinsip dan 9 uji analisis kasus  merupakan kunci dalam pengambilan keputusan.

Dan kita harus ingat"Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman". Sudah bisa dipastikan,  lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman serta  nama baik sekolah akan tercipta dan tetap terjaga jika dalam menghadapi kasus yang terjadi, pengambilan keputusannya dilakukan dengan tepat. Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi/sekolah ke arah yang lebih baik. Namun sebaliknya pengambilan keputusan yang tidak dianalisis secara matang akan berdampak buruk pada roda organisasi/sekolah itu sendiri. Karena pada dasarnya bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Seorang pimpinan yang memiliki kompetensi berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif dan reflektif, harus menyeimbangkan semua prioritas yang  terpenting,   demi kemajuan dan keberhasilan peserta didik. keberhasilan peserta didik akan tercapai jika anak berada pada lingkungan  positif, kondusif, aman dan nyaman dengan  pembelajaran yang berpihak pada murid.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan tersebut? Sebagai pimpinan, kesulitan akan kita temui di lingkungan tempat tugas  dengan berbagai budaya dan paradigma yang terjadi. Apalagi dalam  pengambilan keputusan itu seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas atas keputusan yang telah diambil. Kasus  dilema etika adalah tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu oleh seorang pimpinan. Ketika kita menghadapi situasi dalam kasus dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan biasanya dengan 4 paradigma yang terjadi meliputi: (1)Individu lawan kelompok (individual vs community), (2)Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), (3). Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), (4)Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).  Ketika kita dihadapkan dalam paradigma-paradigma tersebut, ada  3 prinsip yang bisa digunakan dan bisa membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan penuh tantangan yang harus dihadapi, meliputi : (1)Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), (2)Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), (3)Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Namun harus diingat, Sesulit apapun dalam pengambilan keputusan, suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?  Pengambilan keputusan dari seorang pemimpin  akan sangat berpengaruh pada pengajaran yang dilakukan guru pada murid-muridnya. Karena itu pemimpin dengan manager kepemimpinannya harus membuat suatu keputusan yang berpihak pada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan dan bisa dipertanggungjawabkan. Dengan keputusan yang berpihak pada murid maka akan dilaksanakan pembelajaran yang memerdekakan murid, mempertimbangkan keberagaman dan aspek sosial emosional murid dengan pembelajaran berdeferensiasi, murid mampu mengembangkan potensinya, ada ruang untuk mengemukakan pendapat, beride dan berkembang sesuai bakat dan minatnya. Seorang pemimpin harus pandai membuat keputusan yang tepat terkait, strategi, model dan metode pembelajaran yang memerdekakan murid, dengan melibatkan steakholder sekolah yang semuanya dikembalikan pada tujuan utama pendidikan yang berpihak pada murid.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? Seorang pemimpin pembelajaran yang kompeten, bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses pengambilan keputusan maka akan dihasilkan keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat akan mencerminkan dan  merefleksikan integritas sekolah, mencerminkan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi oleh sekolah, dan keputusan-keputusan yang diambil akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Nilai-nilai kebajikan universal yang mendasari dalam pengambilan keputusan ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid dalam lingkungan positif dengan budaya positif ditunjang peran guru sebagai manager restitusi akan memberi pelajaran hidup yang baik bagi  murid. Akhirnya murid akan mampu menyikapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupannya serta mampu menentukan arah masa depannya.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Dengan penalaran yang baik, kita harus  menghargai prinsip-prinsip etika tersebut, dan harus diingat dalam pengambilan keputusan harus didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Ketika kita dihadapkan pada kasus dilema etika dengan berbagai macam paradigma : individu lawan kelompok, Rasa keadilan lawan rasa kasihan, Kebenaran lawan kesetiaan Jangka pendek lawan jangka panjang, maka kita dapat menggunakan 3 prinsip: berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli.  Namun harus dipahami bahwa suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya, maka dibutuhkan 9 langkah panduan pengambilan dan pengujian keputusan  meliputi: mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan,  menentukan siapa yang terlibat dalam situasi, kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi. pengujian benar atau salah,  pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi,  investigasi opsi trilema, membuat keputusan dan melihat lagi keputusan dan merefleksikan ketika keputusan sudah diambil. Selain itu dalam pengambilan keputusan juga dibutuhkan ketrampilan penunjang yaitu ketrampilan Coaching dan kompetensi sosial emosional. Sebagai seorang pemimpin dengan kompetensi nilai berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif dan reflektif dalam visi dan misi sekolah impiannya,  keputusan  yang diambil harus didasarkan pada  3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bisa dipertanggungjawabkan. Pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal merupakan kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran itu berpihak pada murid, memberikan tuntunan dan  menumbuhkan budi pekerti, sehingga apapun keputusan yang diambil harus berpihak pada murid, mengandung nilai-nilai kebajikan dan bisa dipertanggungjawabkan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun