Mohon tunggu...
SITI KHOFIFAH
SITI KHOFIFAH Mohon Tunggu... Guru - GURU BIOLOGI SMA NEGERI 1 SIDAYU

Saya seorang pendidik mapel biologi di SMAN 1 Sidayu dengan Jabatan Guru Madya IVb dengan tambahan tugas staf kurikulum. Hobbi saya menulis dengan beberapa karya yang sudah saya hasilkan berupa : 3 buku pengayaan non fiksi dan Karya penelitian berupa PTK, Best Praktik dan Karya Penelitian pengembangan. Dengan konten Youtube permata khofifah channel yang salah satunya berisi media pembelajaran dan kegiatan pendidikan. Saya ingin menjadi anggota kompasianer yang bisa menulis dengan KONTEN: pendidikan dan pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Baru Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Nilai dan Peran Pendidik

10 November 2022   15:26 Diperbarui: 10 November 2022   15:43 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Siti Khofifah, S. Pd, M. Pd, Diterbitkan: 10 Nopember 2022

 

PARADIGMA PERUBAHAN BARU MELALUI PEMBELAJARAN BERDEFERENSIASI  DENGAN NILAI DAN PERAN PENDIDIK DALAM MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG BERPIHAK PADA MURID 

Pembelajaran berdeferensiasi  merupakan Usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar dan merupakan serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh Pendidik yang berorientasi kepada kebutuhan murid, keputusan tersebut terkait dengan (1.) Tujuan pembelajaran disertai rencana pembelajaran yang menyesuaikan, untuk memenuhi kebutuhan belajar murid,  (2).Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja  keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.  Selalu ada dukungan  di sepanjang proses belajar, (3) Manajemen kelas yang efektif:  menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektifdan (4). Penilaian berkelanjutan menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan dan sumatif.

Paradigma baru yang membawa perubahan ke arah lebih baik berupa pembelajaran berdeferensiasi harus dilakukan semua pendidik  untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai filosofi pemikiran pendidikan menurut KI Hajar Dewantara. Dan semua itu baru berhasil jika pendidik memiliki nilai-nilai berpihak pada murid, mampu bekolaborasi, inovatif, mandiri dan selalu melakukan refleksi dari kegitan yang dilakukan. Pendidik  sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menciptakan Lingkungan positif sehingga murid mampu mengembangkan potensinya. Mulai saai ini, Pendidik harus menyadari bahwa setiap anak itu unik dan memiliki kodratnya masing-masing,  dan hal itu harus dijadikan dasar dalam praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan serta dijadikan kerangka acuan saat mengevaluasi.Sebagai pendidik tugasnya harus menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia. Pendidik  harus meyakini bahwa: (1). Semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya, (2) bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid, (3). Setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik,(4) Praktik-praktik pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari pengalaman demi pengalaman, (5). Pendidik adalah kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya,(6). Pendidik membutuhkan dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua murid.

Dalam mengimplementasikan pembelajaran berdeferensiasi, ada 3 macam Diferensiasi  dan 3 macam kebutuhan belajar murid yang harus diketahui pendidik. 3 macam deferensiasi itu meliputi: konten,proses dan produk. Deferensiasi konten,  merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Untuk Diferensiasi Proses, merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi. Sedang Diferensiasi Produk, merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari. Adapun 3 kebutuhan belajar murid itu, Menurut Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom 3 kebutuhan dasar itu meliputi: (1). Kesiapan belajar (readiness) murid,(2). Minat murid dan (3). Profil belajar murid. 

Kesiapan belajar (Readiness) terkait kapasitas atau kesiapan murid untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru baru. Kesiapan ini terkait dengan berbagai hal, diantaranya: pengetahuan, konsep dan keterampilan awal yang saat ini dikuasai oleh murid; miskonsepsi; tingkat perkembangan kognitif, afektif dan fisik; keterampilan berpikir, dan sebagainya. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Ada 6 tombol dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid meliputi :1. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif,  2.Konkret – Abstrak,  3.Sederhana - Kompleks 4.Terstruktur – Terbuka,  5.Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent),  6.Lambat - Cepat. Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Namun terkait dengan informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).

Untuk Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, adalah membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar, Mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran; menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan; Meningkatkan motivasi murid untuk belajar. Minat dapat kita lihat dalam 2 perspektif, yaitu : (1). Minat sebagai  sebuah situasional, yang merupakan keadaan psikologis dengan ciri adanya  peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual. (2). Minat  sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu pendidik ang mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Pendidik harus memahami 2 prespektif itu, sehingga pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka menemukan minat baru.

Sedang Profil Belajar terkait pendekatan yang disukai murid untuk belajar, dipengaruhi gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain, mengacu pada cara bagaimana murid sebagai individu paling baik belajar. Bisa dilakukan dengan Scaffolding, yang merupakan Suatu teknik pembelajaran di mana murid diberikan sejumlah bantuan, kemudian perlahan-lahan diadakan pengurangan terhadap bantuan tersebut hingga pada akhirnya, murid dapat menunjukkan kemandirian yang lebih besar dalam proses pembelajaran. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah  untuk memberikan kesempatan murid belajar secara natural dan efisien,  karena setiap anak memiliki profil belajar sendiri dan supaya pendidik dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi  Profil belajar eliputi: (1). Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb. (2). Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.(3). Preferensi gaya belajar, bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru. Sesuai  3 tipe gaya belajar, meliputi; visual,auditori  dan kinestetik.  Tipe visual, belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer ); tipe auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi, mendengarkan musik); sedang  kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, praktek dll). 4.Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk, mengingat murid  memiliki gaya belajar  berbeda , maka  pendidik harus berusaha menggunakan kombinasi gaya mengajar. Karena pada dasarnya dalam  kecerdasan majemuk (multiple intelligences,  manusia sebenarnya memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodily- kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic- matematika.

Akhirnya sebagai pendidik dengan perubahan yang dituntut melakukan pembelajaran berderefensiasi, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Apalagi  jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar) maka akan terjadi peningkatan hasil belajar.  Keberhasilan dalam mengimplementasi  filosofi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara di semua sekolah akhirnya tercapai, dengan melakukan pembelajaran berdeferesiasi yang berpihak pada murid, menyenangkan, menumbuhkembangkan budi pekerti baik, sesuai kodrat alam dan zaman, dan tidak ada lagi anggapan bahwa murid adalah tabula rasa. Dengan harapan pada akhirya kita sebagai pendidik akan mampu melahirkan  generasi profil pelajar pancasila dengan 6 dimensi meliputi: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berahlak mulia; berkebhinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif dengan faktor pendukung berupa nilai dan peran pendidik yang berkualitas meliputi: mandiri, inovatif, berpihak pada murid, mampu berkolaborasi dan reflektif. Jika nilai-nilai itu sudah dimiliki pendidik, otomatis akan mampu berperan dalam memimpin pembelajaran, mewujudkan kepemimpinan murid (student agency), menjadi Coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi dan menggerakkan komunitas praktisi demi tujuan mencapai visi bersama menuju sekolah impian sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional kita

Daftar Pustaka

Dewi Kusuma Oscarina, Luthfah  Siti (2020). Modul 2.1 “Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid” Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun