KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Â
Pengambilan Keputusan Berbasis
Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Â
Â
Â
Â
Â
SITI KAMILAH, S.Pd.
Â
Calon Guru Penggerak
Angkatan 6
Â
SD Negeri Rajagaluh II
Kec. Rajagaluh Kab. Majalengka
Â
Mari! Kita renungkan kutipan berikut ini:
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Â
Saya coba tafsirkan makna yang terkandung didalamnya:
Dari kutipan di atas, kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Saya pelajari saat ini, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu pengetahuan, mendidik anak dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi pintar kepada murid-murid kita, itu adalah baik, Namun ditambah dengan mendidik dan membentuk karakter yang baik, akhlak yang mulia, serta menumbuhkan budaya positif adalah yang terbaik karena hal tersebut yang paling berharga dan utama yang menjadi pondasi baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Selain itu ada satu hal lagi yang utama yaitu menggali bakat dan potensi murid sebagai bekal untuk berkembang dan bermanfaat untuk dirinya, agamanya, negaranya dan masa depannya.
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan rasa tanggungjawab dengan berpegang pada prinsip yang kita anut serta dengan melalui langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan kita, rekan guru, dan murid.
Sebagai pendidik harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan menjadi teladan bagi muridnya, teman sejawat, dan teladan di masyarakat.
" Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis."
(Georg Wilhelm Friedrich Hegel).
Maksud dari kutipan diatas jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Saya alami di modul ini bahwa pendidikan adalah sebuah proses menuntun dan mengarahkan murid agar mendapat kelayakan hidup melalui kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.
Rangkuman Kesimpulan PembelajaranÂ
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (Dari depan memberikan teladan), Ing Madyo Mangun Karso (DI tengah memberikan motivasi), Tut Wuri Handayani (Dari belakang memberikan dorongan). Adapun kaitannya dengan penerapan pengambilan keputusan adalah sebagai seorang pemimpin dalam membuat sebuah keputusan harus mengandung nilai-nilai kebajikan dengan berdasarkan filosofi KHD tersebut dan prinsip yang berpihak pada kepentingan orang banyak yaitu berpihak pada kepentingan dan kebutuhan murid. Seorang pendidik harus memberi contoh dan teladan yang baik, memberi semangat, dan dukungan penuh pada kemajuan perkembangan murid begitu juga dalam mengambil keputusan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berhubungan sosial akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah termasuk murid-murid.. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Nilai kejujuran, integritas sebagai pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan-kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk menyelesaikan permasalahan dan mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar, dengan proses coaching murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid. Diharapkan ke depannya saya mampu menjadi pemimpin pembelajaran, dan dapat membuat keputusan melalui proses coaching melalui berbagai langkah pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Ketika guru dihadapkan pada sebuah paradigma situasi dilema etika, guru diharuskan mengambil sebuah keputusan dalam kondisi sosial emosional yang baik, harus dalam keadaan tenang dan tidak boleh emosional. Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan keputusan harus selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada murid. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan ketrampilan berhubungan sosial. Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kemungkinan resiko yang akan terjadi.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu membedakan permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai-nilai kebajikan universal yang dimiliki seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi pribadinya dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, dapat dijadikan landasan pemikiran yang dimiliki berpihak pada kepentingan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi pada situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid dan warga sekolah lainnya.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tantangan yang terjadi dilingkungan Saya dalam mengambil suatu keputusan diantaranya kebingungan ketika harus memilih salah satu yang sama-sama memiliki nilai kebajikan, kemudian ada beberapa pihak yang tidak setuju dengan keputusan yang diambil sehingga tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan bersama. Dan itu bisa menyebabkan perubahan paradigma yang awalnya rasa keadilan lawan rasa kasihan berubah menjadi paradigma individu lawan masyarakat.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Keputusan-keputusan yang kita ambil selaku pemimpin pembelajaran, hendaknya berpihak kepada murid. Memperhatikan diferensiasi pada kemampuan setiap siswa, sehingga kita dapat menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat bagi siswa sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya, menerapkan pembelajaran sosial emosional  adalah wujud nyata untuk memfasilitasi dan mengasah keterampilan social emosional murid-murid kita. Seorang pendidik harus memiliki pemikiran bahwa setiap siswa istimewa dan memiliki kemampuan yang tidak sama, serta bakat yang berbeda. Setiap siswa memiliki potensi yang harus terus digali oleh pendidik. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan Pendidikan yang memerdekakan muridnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.
Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.
Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika adalah situasi dimana seseorang mengalami keadaan benar lawan benar, ketika seseorang harus memilih antara dua opsi keputusan yang sama-sama memiliki nilai-nilai kebajikan, namun saling bertentangan.
Sedangkan bujukan moral adalah permasalahan yang benar dan salah. Ini terjadi ketika seseorang harus memilih dua keputusan yang benar dan salah.
4 paradigma pengambilan keputusan dilema etika yaitu:
- individu lawan kelompok (individual vs community),
- kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty),
- keadilan lawan kasihan (justice vs mercy), dan
- jangka pendek lawan jangka panjang (shirt term vs long term).
3 prinsip pengambilan keputusan yaitu:
- Berpikir berbasis hasil akhir
- Berpikir berbasis peraturan
- Berpikir berbasis rasa peduli
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Apa nilai-nilai yangsaling bertentangan dari kasus tersebut:
- Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?
- Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut?
- Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut?
- Uji legal- apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut?
- Uji regulasi- Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut?
- Uji intuisi- Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini?
- Uji publikasi- Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah Anda merasa nyaman? Bila Anda tidak merasa nyaman, kemungkinan kasus tersebut bukan kasus dilema etika, namun bujukan moral.
- Â Uji Panutan/Idola- Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
- Jika pengujian ini gagal, maka dilanjutkan dengan langkah selanjutnya. Bisa jadi situasi tersebut bukan termasuk dilema etika, melainkan bujukan moral
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Saya pernah mengalami permasalahan ketika akan dilaksanakan kenaikan kelas Saya harus mengambil keputusan dalam paradigma situasi dilema etika, Saya mengajar kelas rendah yaitu kelas 1 dan kelas 2 SD diamana syarat mutlak kenaikan kelas adalah nilai raport minimal sama dengan KKM dan baiknya nilai raport diatas KKM, namun ada beberapa murid kelas I yang belum bisa Carlistung. Saya kebingungan karena nilai mereka dibawah KKM sedangkan saya harus menaikkan nilai mereka supaya bisa naik kelas, apabila mereka tidak tuntas dikelas I dan sampai tinggal kelas kemungkinan akan berdampak buruk pada mentalnya. Ketika itu saya mengambil keputusan tanpa melalui langkah-langkah pengujian secara berurutan, dan saya belum paham betul mengenai paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian keputusan yang harus ditempuh. Apakah keputusan yang saya ambil sudah sesuai prinsip atau sudah lulus pengujian, saat itu Saya fokus pada kepentingan murid dan refleksi terhadap keputusan saya untuk kedepannya.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak dari mempelajari konsep ini, Saya menjadi lebih percaya diri, lebih yakin dengan keputusan yang saya ambil adalah keputusan yang tepat dan berpihak pada kepentingan bersama serta berpihak pada kepentingan murid. Sebelum saya mengikuti pembelajaran ini Saya tidak mengetahui, apakah keputusan yang saya ambil sudah sesuai dengan prinsip ataukah keputusan yang saya ambil sudah melalui pengujian keputusan secara lengkap, yang pasti tujuan akhirnya sama yaitu keputusan yang diambil untuk kepentingan bersama dan berpihak pada murid. Setelah mempelajari modul ini, Saya menjadi paham bahwa setiap keputusan harus berdasarkan prinsip-prinsip dan melalui langkah-langkah pengujian keputusan, agar keputusan yang diambil tepat dan bermanfaat bagi orang banyak dan berdampak positif kedepannya.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangat penting bagi Saya mempelajari topik modul ini, karena dengan mempelajari modul ini secara mental menambah keyakinan dan bertambah rasa percaya diri untuk mengambil keputusan yang tepat. Sebagai seorang pemimpin dengan mempelajari topik modul ini, 4 paradigma 3 prinsip dan 9 langkah-langkah pengujian keputusan, Saya jadikan dasar dan pedoman untuk mengambil keputusan yang tepat dalam suatu lembaga atau instansi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H