Mohon tunggu...
Siti itsnaeni Hilyati
Siti itsnaeni Hilyati Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Komunikasi Sekolah Vokasi IPB

Memiliki kegemaran menulis puisi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

11/100, Justru Menambah Elektabilitas Prabowo?

11 Februari 2024   17:57 Diperbarui: 11 Februari 2024   18:02 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik menjadi bahasan yang kompleks di Indonesia, debat ketiga capres soal pertahanan dan keamanan menggugah kita untuk menjelajahi dinamika politik, persepsi publik, serta dampaknya terhadap elektabilitas para calon Presiden dan Wakil Presiden. Mungkin saja ada faktor-faktor tertentu dibalik angka tersebut yang sebenarnya dapat menambah daya tarik Prabowo di mata sebagian pemilih. Ini mencerminkan pergeseran besar dalam politik Indonesia. 

Angka 11/100 secara langsung menyoroti angka yang mengejutkan terkait penilaian kinerja Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan. Seorang politisi dan Menteri Pertahanan yang dianggap punya pemahaman dan penguasaan terkait topik yang menjadi urusan sehari-harinya. Namun, ia mendapat penilaian yang secara umum dianggap sebagai angka yang rendah sehingga memunculkan kontroversi dan mengundang beragam tanggapan.

Kontroversi penilaian kinerja Menteri Pertahanan  

Calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan mengajukan sebuah pertanyaan kepada calon presiden nomor urut 03, terkait kinerja Menteri Pertahanan yang dipimpin oleh calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto. Menjawab pertanyaan tersebut, Ganjar memberikan nilai 5 kepada Prabowo. Akan tetapi, Anies menyanggah dan seolah keberatan, ia menganggap nilai yang diberikan Ganjar terlalu besar.

Ganjar mengajukan pertanyaan yang sama kepada Anies, kemudian Anies memberikan penilaian, yaitu 11 dari 100. Jawaban tersebut sontak membuat peserta debat terkejut dan kemudian heboh, penilaian tersebut mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap kinerja Prabowo. Ini bisa diasumsikan sebagai taktik atau strategi dari calon Presiden nomor urut 01 untuk menjatuhkan pasangan calon nomor urut 02. 

Kontroversi pun muncul karena penilaian ini menjadi bahan perdebatan di tengah-tengah masyarakat, terutama setelah forum debat capres. Sebagian mendukung penilaian tersebut sebagai cerminan kinerja yang kurang, sementara yang lain meragukan objektivitasnya dan menganggap itu sebagai upaya untuk merendahkan Prabowo. Terlebih, pertanyaannya selalu dikaitkan dengan etika dan menyinggung pasangan calon 02, karena dianggap emosional.

Respons masyarakat terhadap permasalahan penilaian "11/100"  

Masyarakat memberikan respons yang cepat terkait hal ini, terlebih di era media sosial, informasi dapat dengan cepat menyebar dan mendapat perhatian publik. Pendukung Prabowo membuat video yang mengutip momen-momen debat dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penilaian dari Anies. Mereka merasa bahwa Prabowo telah memberikan kontribusi yang cukup baik selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan. 

Menariknya, penilaian rendah terhadap Prabowo malah mengubah pandangan beberapa individu yang sebelumnya bukan pendukung pasangan calon 02. Mereka menjadi simpatik terhadap Prabowo, terutama setelah melihat reaksi wajahnya dalam cuplikan video saat mendengar ucapan dari Anies Baswedan. Sebagian masyarakat terlihat terharu, bahkan sampai menangis saat menonton video-video tersebut yang menampilkan momen-momen dramatis dari debat ketiga. 

Meskipun diberikan nilai yang rendah, ironisnya hal ini justru memberikan kesempatan kepada pasangan calon 02 untuk mendapatkan lebih banyak dukungan. Reaksi publik yang kuat dan emosional telah mempengaruhi beberapa orang untuk memberikan dukungan lebih lanjut kepada Prabowo. Hal ini secara tidak langsung, dapat meningkatkan elektabilitas paslon 02.

Dampak penilaian "11/100" terhadap elektabilitas Prabowo

Politik tidak bisa ditebak dan sangat kompleks, di mana setiap perkataan dan tindakan harus dilakukan dengan kehati-hatian. Dampak dari penilaian "11/100" yang diberikan oleh Anies terhadap Prabowo dalam konteks laju pemilu 2024 dapat menimbulkan beragam opini di masyarakat. Sebagian orang bisa menganggap bahwa penilaian tersebut sangat kejam dan meragukan kontribusi Prabowo sebagai Menteri Pertahanan. 

Apabila kita melihat kembali tayangan sesi debat ketiga, seharusnya topik yang dibahas sudah menjadi makanan sehari-hari Prabowo, tetapi jawaban yang diungkapkannya pada saat itu dirasa kurang. Bahkan, seringkali ia terlihat kebingungan dalam menjawab pertanyaan lawannya. Penilaian yang rendah ini bisa memicu perbincangan yang lebih luas di media sosial, yang pada gilirannya dapat meningkatkan elektabilitas Prabowo karena menjadi topik pembicaraan. 

Adanya penilaian yang rendah dari Anies, memicu spekulasi publik yang mungkin berdampak pada hasil pemilu. Meskipun demikian, dalam pandangan saya, penilaian tersebut mungkin tidak akan memiliki dampak yang signifikan terhadap elektabilitas Prabowo dalam pemilu 2024. Terlebih Prabowo telah membangun basis pendukung yang kuat, penilaian dari seorang politisi tidak selalu mencerminkan pandangan keseluruhan masyarakat. 

Meskipun penilaian ini memicu perdebatan yang cukup ramai, proses pemilu masih sangat dinamis dan penuh dengan ketidakpastian. Dalam perjalanan menuju pemilu, Prabowo maupun calon lainnya perlu tetap fokus pada upaya memperkuat dukungan dan merespons dengan bijak berbagai tantangan yang muncul. Karena pada akhirnya, keputusan akan berada di tangan masyarakat, yang memegang kunci untuk menentukan hasil pemilu.  

Kesimpulan

Penilaian "11/100" terhadap Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan, membuat kita dapat melihat betapa kompleksnya politik di Indonesia. Angka tersebut menjadi simbol dari perdebatan tentang kinerja politisi dan dampaknya terhadap elektabilitas 02. Meskipun menciptakan kontroversi dan pertanyaan, respons publik menunjukkan betapa pentingnya persepsi dan opini masyarakat dalam menentukan arah politik sebuah negara. 

Selain itu, peran media sosial sebagai arena publik untuk berbagi pandangan dan informasi telah memperkuat dampak dari penilaian tersebut. Respons cepat dan luas dari masyarakat, terutama dalam bentuk video, mencerminkan kekuatan dan kecepatan dalam menyebarkan narasi dan opini politik. Kejadian ini menyoroti peran penting media sosial dalam membentuk opini publik dan memengaruhi dinamika politik. 

Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa elektabilitas seorang politisi tidak ditentukan oleh satu penilaian atau peristiwa. Dalam menghadapi perjalanan menuju pemilu, tantangan yang dihadapi oleh Prabowo dan calon lainnya membutuhkan strategi yang matang dan respon yang cerdas. Karena pada akhirnya, keputusan akan berada di tangan masyarakat, yang memegang peran kunci dalam menentukan masa depan politik Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun