Selat solo adalah sebuah hidangan khas solo yang mendapat pengaruh dari hidangan Eropa.
Selat diambil dari kata slachtje yang memiliki arti salad. Pada saat itu, masyarakat solo sulit menyebutkan kata slachtje dan menyebutnya dengan kata selat.
Selat solo berawal sejak pembangunan Benteng Vastenburg yang terletak di depan gapura keraton Surakarta, Jawa Tengah.
Isi selat solo terdiri dari daging olahan yang sudah dimasak dengan kuah encer khas Jawa, dan ditambah telur, wortel, buncis, kentang yang sudah di rebus dan juga daun selada.
Selat solo adalah makanan yang unik, karena memiliki rasanya yang manis, asam, dan gurih. Selain itu, selat solo juga mengandung gizi yang tinggi, sehingga selat solo menjadi makanan khas yang mendunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H