di mulailah sebuah konser megah
terjadi hal paling ramai di muka bumi
riang gembira bersorai tak berhenti manusiaÂ
tari-tarian mulai menyalakan bayangnya di tanah lapang
ribuan telinga merasa waras
ribuan lain merasa was-was
jantungnya malam itu lebih kencang dari drum pementas
dia tangkap kilau dari mata pujaannya
disimpan rapat-rapat dalam toples souvenir konser
tawa menggema di dadanya
kemudian hujan memutarbalik keadaan
sunyi
lapang
kosong
obor-obor matiÂ
didekap toples souvenir di dadanya, erat sekali
samar-samar, entah ia menangis atau itu hanyalah hujan
sungguh, tak ada yang tahu
pujaannya berlari kecang ketika badai itu datangÂ
membuatnya kehilangan jejak
ia kesana kemari
memutari tanah lapang
tentu saja dengan toples dalam dekapnya
ia sayang sekali tak menemukan satupun manusia, hanya hujan
tapi ia tetap berlariÂ
semakin hari semakin laju
dan tahun berlalu,
kerlip dalam toplesnya menghitam. sedih sekali
ia terus menunggu
entah sampai kapan.
/indrasari/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H