kudengarkan ritme jantungÂ
menjadi berantakanÂ
dalam sepersekian detik
namamu harum,Â
sejak tanggal, menit, detik, tahun, bulan itu
kuusap mataku,Â
tak ada
tak boleh lagi ada harap
aku bosan mesti patah lagi
walau tetap saja
asaku membesar
hatiku terbakar
mencipta alur yang mendayu-dayu tentangmu
tidak tahu malu bukan?
tetapi, ada hasrat yang menolak kuaturÂ
ada kamu yang menolak bertolak
tak adil betul bumi ini,
memaksaku tumbuh dengan ribuan penimbangan
oh hei
kurasa segala permulaan membuat sengsara
membuat jantungmu jadi menyebalkan, kan?
/indrasari/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H