Mohon tunggu...
Siti Haya ZR
Siti Haya ZR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Hai! Sebagai mahasiswa ilmu komunikasi, jurnalisme bukan hal baru untuk saya. Kompasiana akan menjadi wadah saya dalam menulis dan mendalami jurnalisme. Salam kenal!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Dampak Merokok dan Pentingnya Kebijakan Kampus

2 Mei 2023   17:24 Diperbarui: 2 Mei 2023   17:29 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Indonesia tampaknya tidak dapat hidup tanpa rokok--penggunaannya merambah dari warga berumur dewasa menuju muda-mudinya. Ada beberapa perkataan bahwa rokok merupakan salah satu sektor besar perekonomian Indonesia, mengingat besarnya cukai yang berkontribusi pada pemerintah. 

Bukan hanya Indonesia saja yang masih memegang tingkat perokok tinggi, negara-negara berkembang lainnya ternyata juga di negara-negara berkembang lain--organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan bahwa merokok menyebabkan lebih dari 8 juta kematian per tahun. 

Dapat dikatakan, sulit untuk mengurangi kebiasaan merokok di Indonesia dengan penerimaan budaya, pengaruh industri, kurangnya tindakan pemerintah, dan relevansi ekonomi. Karena tingginya frekuensi merokok di kalangan anak muda, terutama mahasiswa, merokok menjadi masalah yang sangat mengkhawatirkan di Indonesia. Ini memiliki efek kesehatan yang berbahaya bagi perokok dan bukan perokok yang mungkin terpapar asap rokok, selain perokok itu sendiri.

Sebagaimana dijelaskan di paragraf sebelumnya, penggunaan rokok tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tapi juga muda-mudinya yang juga terang-terangan untuk merokok di tempat terbuka. Karena tingginya frekuensi merokok di kalangan anak muda terutama mahasiswa, merokok menjadi masalah yang sangat mengkhawatirkan di Indonesia. 

Merokok memiliki efek kesehatan yang berbahaya bagi perokok dan non-perokok yang mungkin terpapar asap rokok, selain perokok itu sendiri. Parahnya masalah merokok di kampus-kampus terungkap melalui penelitian di kalangan mahasiswa Indonesia. 

Menurut sebuah penelitian yang ditulis di Journal of Addiction Research & Therapy, sebanyak 31,9% mahasiswa Indonesia adalah perokok aktif. Angka ini tentu memprihatinkan untuk kalangan muda-mudi Indonesia meskipun banyak dari mahasiswa Indonesia mendapatkan edukasi tentang bahaya dari sebatang rokok.

Merokok berbahaya bagi kesehatan seseorang, serta kesehatan non-perokok yang mungkin terpapar asap rokok. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan jika mahasiswanya masih merokok di area kampus, tempat para mahasiswanya menghabiskan banyak waktu bersama dalam jarak dekat. Mahasiswa yang tidak merokok dapat terpaksa menghirup asap rokok apabila merokok diperbolehkan di tempat umum, seperti di area kampus. 

Selain itu, perokok di kampus dapat mengakibatkan non-perokok untuk mulai merokok melalui influence atau pengaruh sesama teman seperti yang dikaji dalam salah satu studi Journal of Public Health and Development. 

Universitas di Indonesia harus mengembangkan peraturan bebas asap rokok yang komprehensif yang melarang merokok di kampus untuk mengatasi masalah ini. 

Di negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, telah dibuktikan bahwa langkah-langkah tersebut berhasil menurunkan tingkat merokok di kalangan mahasiswa. Inisiatif pendidikan yang meningkatkan pemahaman publik tentang risiko merokok dan manfaat berhenti merokok dapat membantu keberhasilan kebijakan ini. 

Dapat dipastikan bahwa memperketat aturan bebas rokok dapat menimbulkan banyak tentangan terutama dari siswa yang merupakan perokok aktif. Dalam hal ini, ketegasan universitas sangat penting untuk menomor-satukan prioritas pada kesehatan dan kesejahteraan setiap mahasiswanya, termasuk bukan perokok yang mungkin terpengaruh oleh asap rokok. 

Universitas harusnya membuat kampus menjadi tempat yang lebih baik dan lebih aman bagi semua mahasiswa dengan memperketat kebijakan dilarang merokok di area kampus ini. 

Selain itu, universitas-universitas di Indonesia harus menawarkan pendampingan dan bantuan kepada mahasiswa yang ingin berhenti merokok selain memperketat kebijakan kampus tanpa rokok diantaranya seperti bimbingan konseling, dan terapi penggantian nikotin. Universitas dapat membantu mahasiswa menghentikan kebiasaan merokok mereka dan membuat keputusan yang lebih baik untuk diri mereka dan orang di sekitar dengan adanya dukungan positif ini. 

Pada kesimpulannya, tingginya angka merokok di kalangan mahasiswa Indonesia masih menjadi masalah yang bersifat genting karena dampak buruknya bagi kesehatan baik mahasiswa perokok maupun mahasiswa non-perokok. 

Universitas harus berusaha lebih keras dalam menciptakan lingkungan kampus yang lebih sehat dan lebih aman dengan memberlakukan dan memperketat peraturan area kampus bebas rokok yang komprehensif dan dapat menawarkan pendampingan serta bantuan kepada mahasiswa yang ingin berhenti merokok.

Dengan hal ini, selain kampus sebagai tempat mahasiswanya melanjutkan pendidikan, kampus juga dapat menjadi tempat dimana lingkungan sehat dan bantuan untuk mengakses bantuan kesehatan inklusif bagi seluruh mahasiswanya ada--untuk Indonesia yang lebih baik tanpa asap rokok. 

Daftar Pustaka 

Bandung Bergerak. (2021, March 25). Rokok Membunuh atau Membantu Ekonomi Indonesia? Retrieved May 4, 2023, from https://bandungbergerak.id/article/detail/2160/rokok-membunuh-atau-membantu-ekonomi-indonesia

Campbell, S., Henry, L., Hammelman, J., & Pignatore, M. (2014). Personality and smoking behaviour of non-smokers, previous smokers, and habitual smokers. J Addict Research & Therapy, 5, 191.

Rahajeng, E. (2015). Pengaruh penerapan kawasan tanpa rokok terhadap penurunan proporsi perokok di Provinsi DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali. Indonesian Journal of Health Ecology, 14(3), 238-249.

Smet, B., Maes, L., De Clercq, L., Haryanti, K., & Winarno, R. D. (1999). Determinants of smoking behaviour among adolescents in Semarang, Indonesia. Tobacco control, 8(2), 186-191.

UNICEF Indonesia. (2018, May 31). Youth call for tobacco-free future. Retrieved May 4, 2023, from https://www.unicef.org/indonesia/health/stories/youth-call-for-tobacco-free-future

Widyaningsih, V., Mashuri, Y. A., Nugroho, S. D., Zaen, N. A., -, S., & Probandari, A. (2022). Sociodemographic predictors for smoking persistence among young males in Indonesia. Journal of Public Health and Development, 20(3), 175--183. https://doi.org/10.55131/jphd/2022/200314

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun