Â
Yang memiliki arti : Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menunda membayar utang bagi orang kaya adalah kezhaliman dan apabila seorang dari kalian hutangnya dialihkan kepada orang kaya, hendaklah dia ikuti."
Mengenai hukum saat menerima akad hawalah menurut para ulama terbagi menjadi tiga pendapat yaitu:
- Hukum diwajibkan. Apabila ketika orang yang berhutang ini mengalihkan utangnya kepada pihak ketiga, maka diwajibkan hukumnya bagi orang yang mempunyai piutang tersebut untuk menerima akad pengalihan utangnya (hawalah). Hal ini berdasarkan pada sabda nabi yang berbunyi: "hendaklah menerima" dimaknai sebagai perintah yang wajib dilaksanakan.
- Hukum dimustahabkan (tidak sampai wajib). Apabila jika hutangnya ini dialihkan kepada orang yang mampu memberikannya, maka dianjurkan kepada orang yang mampu tersebut untuk menerimanya. Karena hal tersebut dapat membantu dan mempermudah urusan orang yang sedang mengalami kesusahan.
- Hukum diperbolehkan. Menerima hawalah dari orang yang berutang kepadanya adalah diperbolehkan, boleh untuk menerima, boleh juga untuk tidak menerima. Jadi akad hawalah ini tidak sampai pada hukum sunnah atau bahkan wajib
PENGAPLIKASIAN AKAD HAWALAH PADA PERBANKAN SYARIAH
Dalam pengaplikasian dan transaksi di bank syariah, akad hawalah dapat diterapkan dalam produk jasa dan layanan bank syariah apabila akad hawalah ini harus dapat terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya, rukun dan syarat pada akad hawalah, adalah sebagai berikut ini:
- Pihak-pihak yang melaksanakan akad hawalah yaitu: muhal (orang yang menghutangi), muhil (orang yang berutang kepada muhal dan juga sebagai orang yang menghutangi kepada muhal alaih) dan muhal alaih (orang yang berutang kepada muhil sekaligus membayarkan utangnya kepada muhal). Syarat-syarat pihak yang melakukan akad yaitu:
- - Pintar dalam melakukan dan memahami hukum, baligh dan berakal. Dengan kata lain, akad hawalah ini tidak sah apabila yang melaksanakannya anak kecil atau orang gila.
- - Pihak yang berakad harus sama-sama rela terjadinya akad.
- - Akad ini harus memiliki persetujuan karena utang dari pihak kedua yaitu (muhil) dialihkan kepada pihak ketiga (muhal alaih) untuk dibayarkan kepada (muhal).
- Muhil memiliki utang kepada muhal. Utang piutang itu ada sebelum terjadi akad hawalah.
- Muhal alaih memiliki utang kepada muhil. Utang piutang itu ada sebelum terjadi akad hawalah.
- Sighah (ijab-kabul). Akad yang ditandai dengan ijab kabul dalam transaksi hawalah ini harus dinyatakan secara tertulis.
Dalam dunia perbankan, hawalah berupaya membantu pemasok mendapatkan modal untuk melanjutkan produksinya. Bank menerima kompensasi atas jasa transfer piutang. Untuk mencegah timbulnya risiko kerugian, bank harus melakukan kajian terhadap kelayakan kredit pihak dan kebenaran transaksi antara pihak yang mengalihkan dan debitur. Misalnya, pemasok bahan bangunan menjual barang kepada pemilik proyek yang dibayar dalam dua bulan. Karena pemasok membutuhkan likuiditas, dia meminta bank mengambil alih tagihannya. Bank menerima pembayaran dari pemilik proyek. Oleh karena itu, akad hawalah perbankan syariah dalam penerapannya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi kedua belah pihak, seperti:
- Penyelesaian masalah utang piutang dapat diselesaikan lebih cepat.
- Tersedianya talangan untuk hibah bagi yang membutuhkan.
- Dapat menjadi salah satu based income/ sumber pendapatan non-pembiaaan bagi bank syariah.
Membantu kelancaran usaha Nasabah Eksportir dalam rangka pengadaan barang atau jasa dengan memberikan pembayaran segera atas tagihan ekspor yang belum jatuh tempo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H