Mohon tunggu...
Siti Fatimah Hestiyanti
Siti Fatimah Hestiyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Banyaknya Hikmah yang Didapat pada Mata Kuliah Kewarganegaraan Selama Satu Semester

3 Juni 2022   07:32 Diperbarui: 3 Juni 2022   07:50 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perkuliahan semester genap di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang telah berjalan. Di semester dua ini memiliki mata kuliah "Kewarganegaraan". Di mata kuliah ini, penulis kembali diajar oleh Bapak Edi Purwanto, M.Si. Beliau adalah dosen yang mengajar penulis di semester satu sebelumnya yang saat itu mata kuliahnya adalah "Pancasila". 

Perkuliahan yang diajarkan oleh pak Edi Purwanto tidak berfokus hanya pada materi saja. Di semester dua ini beliau memberikan penugasan dengan cara terjun langsung ke lapangan, seperti misalnya mewawancarai seseorang secara langsung. Kemudian hasil wawancara tersebut dibuat menjadi sebuah artikel yang nantinya di upload di salah satu platform.

Dari hasil penugasan yang didapatkan, banyak sekali pembelajaran atau hikmah yang dapat diambil mulai dari penugasan pertama hingga penugasan yang terakhir. Maka dari itu, penulis akan menceritakan pengalaman dan hikmah yang didapat saat mengerjakan tugas-tugas di mata kuliah kewarganegaraan ini.

Pada penugasan yang pertama yaitu mewawancarai teman sekelas. Setelah mengerjakan tugas tersebut dan membaca beberapa artikel yang dibuat oleh teman penulis, penulis menyadari bahwa banyak sekali teman-teman penulis yang memiliki kisah yang luar biasa. Banyak pula teman penulis yang hebat diberbagai bidang. 

Dengan membaca dan melihat kisah teman-teman penulis tersebut, dapat menjadikan penulis sebagai seseorang tidak merasa cepat puas dan menjadikan seseorang tidak perlu menyombngkan diri dengan cepat. Karena banyak sekali orang-orang hebat yang bahkan orang tersebut tidak menampakkannya atau menyombongkannya pada publik. Dan juga mengajarkan untuk terus berkembang dan mengejar berbagai prestasi yang didalami.

Untuk penugasan yang kedua dan ketiga yaitu mewawancari dan membuat artikel tentang orang tua. Dalam penugasan ini, penulis sering kali menangis saat membuat artikel tentang orang tua penulis. Karena banyak sekali perjuangan mereka yang mengharukan, menyedihkan, menyenangka, seru, dan lain sebagainya. Mereka banyak sekali pengalaman hidup saat mereka merasakan pada saat di titik atas dan juga mengalami pada saat di titik bawah mereka tetap menjalaninya dengan sabar, ikhlas, bersyukur, dan tawakkal. 

Mereka tetap mengusahakan agar kebutuhan dan juga keperluan anak-anak mereka terpenuhi, meskipun ada pula yang tidak terpenuhi. Meskipun saat ini penulis telah berpisah dengan ibunya. 

Hal tersebut tidak membuat penulis patah semangat dalam menjalani kehidupannya. Penulis akan tetap berusaha menjalani kehidupannya dengan semangat dan selalu terus berdoa untuk ibu penulis yang telah berbeda alam, dan juga ayah penulis yang masih berada di samping penulis, serta keluarga penulis yang lain yang terus menyemangati penulis.

Di materi yang keempat yaitu mewawancarai orang yang berbeda agama dengan penulis. Disini penulis banyak sekali keaneka ragaman perbedaan. Akan tetapi, perbedaan tersebut benar-benar indah jika dijalani dengan damai. Selain itu mereka mengajarkan untuk idup saling berdampingan, bertoleransi, menghormati, dan menghargai orang-orang yang berbeda. 

Serta memperbolehkan orang-orang yang ingin membuka usaha di sekitar tempat ibadah mereka. Meskipun kaum mereka minoritas di kota penulis tinggal, mereka tetap menjaga kedamaian serta saling hidup bertoleransi. Yang juga membuat kota tempat tinggal penulis menjadi aman, tentram, damai, dan lain sebagainya.

Setelah beberapa bulan mendapatkan tugas, kemudian penugasan kelima yaitu mendekati bulan puasa Ramadhan. Penugasan di materi kelima ini yaitu membuat artikel tradisi menjelang Ramadhan. Akan tetapi, penulis tidak hanya membuat artikel menjelang Ramadhan, tetapi juga menceritakan tradisi menjelang akhir-akhir puasa Ramadhan. 

Disini penulis merasa bahwa tradisi yang ada di lingkungan sekitar penulis sungguh membuat semangat dalam menjalankan puasa. Meskipun tradisi tersebut tidak terlalu tradisional, tetapi tetap seru untuk dijalankan.

Setelah itu penugasan selanjutnya mewawancarai petugas yang ada di KPU, atau panitia yang ikut menjalankan pemilu. Karena pemilu selalu dilaksanakan 5 tahun sekali. Maka pemilu di Indonesia merupakan hal yang tabu, dikarenakan Indonesia ini juga dikenal sebagai negara demokrasi. Memanglah lelah saat menjadi tugas pemilu apalagi jika diadakan pemilu serentak, jadi panitia ataupun posisi apapun disaat dilaksanakan pemilu tidak bisa dianggap remeh. 

Karena mereka bisa menghabiskan beberapa jam bahkan bisa seharian penuh. Meskipun penulis belum pernah merasakan langsung menjadi panitia pemilu, jika suatu saat diberi kesempatan menjadi panitia, penulis akan menerimanya dengan senang hati dan semangat menjalankan tugasnya.

Selanjutnya adalah mewawancarai orang minoritas. Orang minoritas disini dimaksudkan kepada orang-orang yang memiliki kehidupan yang bisa dibilang kurang dalam menghidupi kebutuhan hidupnya. Di penugasan yang ini sungguh membuat penulis bersyukur akan hidup yang dimiliki oleh penulis. Narasumber yang diwawancarai oleh penulis ini sungguh menyayat hati. 

Meskipun bapak ini sudah berada di usia yang bisa dibilang lansia bapak ini tidak patah semangat untuk berjualan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beliau tidak langsung patah semangat untuk menjadi peminta-minta, tetapi beliau masih memiliki usaha dan tidak hanya menjadi peminta-minta. Kisah beliau ini membuat penulis harus terus bersyukur akan kehidupan yang dimiliki saat ini dan juga menghormati dan tidak durhaka orang tua yang masih ada di dunia ini bersama dengan kita.

Yang terakhir yaitu mewawancarai guru ngaji saat masa kecil. Disini mengingatkan kembali pada masa-masa kecil penulis saat berangkat mengaji, ajaran-ajaran yang beliau ajarkan kepada penulis, banyak sekali ajaran yang beliau ajarkan agar hidup menjadi bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Nasehat dari beliau sungguh bermanfaat bagi penulis dan juga sungguh bermanfaat saat dilaksanakan.

Setelah menceritakan beberapa pengalaman yang telah didapatkan oleh penulis. Penulis juga pernah merasakan patah semangat, mengeluh saat mengerjakan tugas-tugasnya tersebut. Dilain sisi, penulis agak pemalu saat mewawancarai para narasumber dan merasa lelah dengan tugas-tugas yang diberikan, disatu sisi penulis sedih karena penulis juga harus mendengar beberapa cerita yang mengharukan serta membuat sedih saat membuat artikel. 

Meskipun begitu dari beberapa penugasan yang diberikan di mata kuliah "Kewarganegaraan" ini, membuat penulis banyak sekali pengalaman yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Maka dari itu, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah "Kewarganegaraan" ini yaitu bapak Edi Purwanto serta para narasumber-narasumber yang telah memberikan kisah yang sangat luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun