Mohon tunggu...
Siti Fatimah Alifia
Siti Fatimah Alifia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang belajar di Universitas Indonesia di bidang kesehatan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Detoks Sosial Media untuk Mengurangi Stres dan Kecemasan di Era Digital

20 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 20 Desember 2024   18:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Era digital tentunya membawa banyak perubahan baru yang tidak ditemukan pada dekade-dekade yang terdahulu. Perkembangan era digital ini memberikan banyak manfaat kepada umat manusia. Contoh dari manfaat yang dibawa oleh era digital ini, seperti kemudahan akses informasi, kecepatan dalam berkomunikasi, digitalisasi berbagai layanan publik, meningkatnya interaksi antar individu melalui jejaring sosial, serta mudahnya untuk mengakses hiburan melalui gawai masing-masing. Salah satu bentuk peningkatan akses informasi dan kemudahan bersosialisasi secara digital adalah dengan hadirnya sosial media.

Menkominfo RI mengungkapkan, pada tahun 2024, jumlah pengguna internet aktif di Indonesia telah melampaui 220 juta orang. Menurut data APJII 2024, angka ini mencakup lebih dari 70% dari total populasi negara tersebut. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2024, dari total populasi 278,6 juta jiwa, sekitar 221 juta orang telah terhubung ke jaringan internet.

Bila pengguna media sosial dilihat dari segi usia, mayoritasnya adalah kelompok masyarakat kelahiran tahun 1997-2012 atau yang sering disebut dengan Generasi Z yaitu sebanyak 34,40%. Dilansir dari kominfo.go.id, sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan didanai oleh UNICEF menemukan bahwa 98% dari anak-anak dan remaja tahu tentang internet dan 79,5% diantaranya adalah pengguna  (Admin Diskominfo, 2024).

Pada tahun 2024, penggunaan media sosial di Indonesia menunjukkan angka yang signifikan. Berdasarkan data dari Databoks Katadata, jumlah total pengguna media sosial mencapai 191 juta orang, atau sekitar 73,7% dari populasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 167 juta orang, atau 64,3% dari populasi, merupakan pengguna aktif yang rutin mengakses media sosial. Sosial media yang populer digunakan di Indonesia seperti YouTube, Facebook, Instagram, Whatsapp, dan TikTok. 

Media sosial memberikan ruang bagi masyarakat saat ini untuk mengetahui kehidupan dari orang lain melalui berbagai platform. Tidak hanya menyaksikan kehidupan orang lain secara virtual, pengguna media sosial juga dapat ikut serta membagikan aktivitas serta kehidupan sehari-harinya. Hadirnya media sosial ini seakan membuat kehidupan masyarakat ini sangat transparan serta tidak terbatas oleh ruang dan waktu. 

Paparan terus-menerus terhadap representasi hidup orang lain yang telah dikurasi di platform media sosial dapat memicu perasaan tidak cukup baik dan perbandingan sosial. Notifikasi yang tak henti-hentinya, kelebihan informasi, serta tekanan untuk menjaga eksistensi digital dapat meningkatkan kecemasan dan menciptakan rasa selalu "terhubung" tanpa henti. Selain itu, sifat adiktif dari perangkat digital dan platform media sosial dapat mengganggu pola tidur, memengaruhi kualitas dan durasi istirahat. Kurang tidur, pada gilirannya, memiliki kaitan yang jelas dengan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan kecemasan (Yang, 2020 dalam Ramadhan, 2024). Selain itu, menurut penelitian oleh Hadar (2017) dan Small (2020) dalam Ramadhan (2024), stimulasi terus-menerus dari layar juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berkonsentrasi, gangguan perhatian, serta penurunan kesejahteraan kognitif secara keseluruhan. Dampak yang diberikan oleh media sosial terhadap kondisi mental individu ini menyebabkan perlu adanya upaya untuk mengurangi paparan media sosial itu sendiri. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak buruk tersebut adalah dengan detoks media sosial.

Detoks media sosial adalah upaya untuk membatasi atau menghentikan penggunaan media sosial dalam jangka waktu tertentu. Detoks media sosial dapat membantu mengatasi kecanduan teknologi, meningkatkan kualitas tidur, dan menjaga kesehatan mental.

Tanda-tanda Kebutuhan Detoks Media Sosial:

Berikut adalah tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seseorang memerlukan detoks media sosial:

Merasa tidak bisa lepas atau perlu mengakses media sosial atau gadget setiap saat

  1. Merasa tidak nyaman, tertekan, cemas, tegang setelah mengakses media sosial

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun