Samarinda adalah ibu kota provinsi Kalimantan Timur sekaligus menjadi salah satu kota dengan penduduk terbesar di Daerah Kalimantan. Luas wilayahnya 783 km2, Samarinda terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat 0019'02"--0042'34" LS dan 11703'00"--11718'14" BT. Kota Samarinda memiliki batas-batas wilayah bagian utara : Kec. Muara Badak, Kutai Kartanegara, bagian timur : Kec. Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga di Kab. Kutai Kartanegara, bagian selatan : Kec. Loa Janan, Kutai Kartanegara, dan bagian barat : Kec. Tenggarong Seberang dan Muara Badak di Kab. Kutai Kartanegara.
Curah hujan adalah hujan yang mencapai permukaan bumi, diukur menurut jumlah air hujan per satuan luas. Prakiraan curah hujan dapat mendukung kegiatan sosial ekonomi di Indonesia yang hasilnya kemudian dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna untuk berbagi kegiatan kehidupan, seperti : keamanan publik, produksi pertanian, perkebunan, perikanan, transportasi udara dll (Fauziah et al., 2016).
Permasalahan bencana di kota Samarinda cukup memprihatinkan, dimana bencana banjir melumpuhkan aktivitas. Oleh karena itu, dengan membuat parameter presipitasi, distribusi curah hujan tahunan rata-rata antara 2.200 dan 2.300 mm/tahun menjadi terlihat. Akibatnya terjadi limpasan permukaan yang berlebihan, dan limpasan tersebut tidak dapat terbawa ke badan sungai sehingga air meluap (Sulaiman et al., 2020).
Pengumpulan data ini menggunakan metode deksriptif dan representasi dari website-website yang memuat berita tentang curah hujan di Samarinda. Berita tersebut kemudian dimuat dalam sebuah tabel yang dapat membantu untuk menggambar berbagai tentang curah hujan dan apasaja yang terjadi akibat hal itu. Tabel tersebut dikenal dengan framing text yang didukung dengan berbagi informasi lainnya. Â Penulisan ini berfokus mengenai informasi-informasi tentang dampak kejadian dari curah hujan di Samarinda, Kalimantan Timur yang disajikan dalam berbagai macam media tulis seperti berita online, dan beberapa artikel pada jurnal. Berita yang disajikan berada di kurun waktu 3 tahun (2021-2023) terakhir telah dianalisis pada Tabel 1.
Hujan yang terjadi terur menerus juga mengakibatkan terjadi nya banjir diberbagai wilayah, hal tersebut menjadi hambatan bagi warga sekitar untuk beraktifitas. Tidak hanya banjir, di beberapa titik ada pula terjadi tanah longsor dan bahkan bisa memakan korban jiwa.Â
Dari tabel 1 bisa disimpulkan bahwa curah hujan yang terjadi di Kota Samarinda sangatlah tinggi, hingga membuang bendungan Benanga meluap.Oleh sebab itu, pihak keamanan negara juga sangat membantu mengevakuasi warga yang mengalami imbas dari kejadian banjir dan tanah longsor. Curah hujan yang berlebihan di masa sekarang memang tidak bisa diprediksi. Imbauan untuk masyarakat terhadap rawan bencana sangat diperlukan untuk mengantisipasi agar masyarakat tidak panik dan tau harus bertindak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H