Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menulis membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tetesan darah yang menyiram bunga

10 Januari 2025   06:57 Diperbarui: 10 Januari 2025   06:57 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di ujung senja, langkah kita terpana,  

Bunga bermekaran meski terluka fana,  

Tetesan darah menjadi mahkota yang nyata,  

Cinta bertahan walau duka meronta.  

Hembus angin membawa cerita mesra,  

Pada bunga yang tumbuh di tanah sengsara,  

Setiap tetes derita, harap menjelma,  

Cinta berakar, kuat hingga selamanya.  

Luka menjadi warna di taman asmara,  

Seperti pelangi yang hadir setelah lara,  

Kita menari di bawah cahaya senja,  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun