Dalam lembaran waktu yang terus bergulir, Â
Tertulis janji-janji yang kita rangkai, Â
Dengan tinta harapan dan keyakinan, Â
Mewarnai setiap halaman dengan cinta.
Setiap kata yang terucap, Â
Adalah benih harapan yang kita tanam, Â
Di ladang mimpi yang subur, Â
Menunggu untuk mekar di musim yang tepat.
Tak terhapus oleh derasnya hujan, Â
Tak pudar oleh teriknya matahari, Â
Janji kita adalah prasasti, Â
Yang terukir di batu abadi.
Lembaran janji itu tak lekang oleh waktu, Â
Meski angin perubahan mencoba menghempas, Â
Ia tetap teguh, berdiri kokoh, Â
Menjadi saksi perjalanan kita.
Dalam setiap detik yang berlalu, Â
Janji itu tumbuh semakin kuat, Â
Mengakar dalam hati yang setia, Â
Menjadi pohon rindang yang meneduhkan.
Waktu mungkin berlalu, Â
Membawa pergi hari-hari kemarin, Â
Namun janji kita tetap abadi, Â
Menyinari masa depan dengan cahaya yang sama.
Mari kita buka lembaran itu sekali lagi, Â
Membaca setiap kata dengan penuh makna, Â
Menghidupkan kembali setiap janji, Â
Karena di sanalah, cinta kita tak pernah mati.
Lembaran janji tak terhapus waktu, Â
Adalah warisan kita untuk dunia, Â
Mengajarkan bahwa cinta dan harapan, Â
Akan selalu menemukan jalannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H