Dalam keheningan malam yang sunyi,
Terjalin jeda luka yang tak terbalut.
Seperti lukisan di atas kanvas hati,
Menggambarkan kepedihan yang terpendam.
Jeda ini, seperti napas yang terhenti,
Di antara desiran waktu yang berhenti.
Hati yang terluka, merintih dalam gelap,
Mencari penghiburan yang tak kunjung datang.
Di sela-sela jeda, terdengar getar,
Suara hati yang memanggil dalam sepi.
Luka yang menganga, tak terlupakan,
Menyisakan bekas dalam setiap langkah.
Jeda luka ini, mengukir dalam kehampaan,
Seolah melodi yang tak kunjung usai.
Namun di balik jeda itu, tersimpan harapan,
Akan sembuhnya dari kepedihan yang ada.
Dalam setiap jeda, ada kekuatan,
Untuk mengumpulkan serpihan hati yang retak.
Jeda luka yang tak terbalut ini,
Mengajarkan tentang ketabahan dalam derita.
Jeda ini bukanlah akhir dari segalanya,
Tetapi awal dari penyembuhan yang tercipta.
Di setiap hentian, terdapat kesempatan,
Untuk mengembalikan kekuatan yang hilang.
Jeda luka yang tak terbalut,
Ku temukan arti dalam setiap kesunyian.
Melangkah dengan langkah yang berani,
Menuju cahaya yang bersinar di ujung jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H