Mohon tunggu...
siti fatima
siti fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air Mata

4 Februari 2024   01:48 Diperbarui: 4 Februari 2024   01:50 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kesedihan yang tak terkupa
Di malam sunyi, hatiku terpaku,
Kesedihan mengalir, tak terlupa.
Bayangmu melayang di langit kelabu,
Seperti senja yang perlahan sirna.
Bibir ini terkatup, meratapi waktu,
Kisah cinta yang kandas, tak bertepi.
Luka-luka dalam, terukir abadi,
Sebuah kenangan yang tak pernah lekang.

Dalam hening, sepi memeluk diri,
Airmata malu mengalir pelan.
Bagaikan hujan di musim kering,
Hati ini tersedu, merindu yang pergi.
Tak terlupa akan kepedihan itu,
Bagai angin yang membawa duka.
Melodi kesedihan memainkan lagu,
Di hati yang pilu, kian terluka.

Namun, di dalam gelap, ada cahaya,
Harapan muncul, meski pelan.
Mungkin suatu hari, hati ini kembali,
Merangkai senyum di balik luka.
Kesedihan yang tak terlupa,
Adalah bagian dari perjalanan.
Meski getir, kita melangkah,
Menuju fajar yang membawa pelangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun