Mohon tunggu...
siti fatima
siti fatima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Awan Kelabu

29 November 2023   07:59 Diperbarui: 29 November 2023   08:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tepian rasa, kecewa menggeliat,
Dalam hening malam, getaran hati terhempas.
Janji yang pudar, mimpi yang terpecah,
Di antara reruntuhan, kekecewaan merayap.

Matahari terbenam dalam kehampaan,
Warna-warna sirna, tinggal kelabu kesedihan.
Kata-kata palsu, seakan pedang tajam,
Melukai kepercayaan, merobek-robek hati.

Langkah terhenti di lorong kecewa,
Dalam senyap, terdengar getaran getir.
Bunga-bunga harapan layu tak berdaya,
Meninggalkan aroma kepedihan yang mendalam.

Hujan kecewa turun membasahi jiwa,
Tetesan getir mengalir di wajah yang terhempas.
Dalam sunyi, kerinduan memeluk pilu,
Seakan semua yang diharapkan sirna dalam sekejap.

Namun, di sela-sela kecewa yang melanda,
Muncul kekuatan baru, semangat yang tegar.
Dari reruntuhan, tumbuh bunga kebijaksanaan,
Melambung tinggi di langit kehidupan.

Kecewa adalah pelajaran, guru yang tegas,
Mengajar tentang keterbatasan dan realitas.
Meski getir, ia adalah bagian dari perjalanan,
Menuju matahari terbit, di balik awan kelabu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun