Mohon tunggu...
Siti Fainurryzky Annisa
Siti Fainurryzky Annisa Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Nutritionist

Saat ini sedang melanjutkan kuliah di Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Konsep Sharevision dan Team Learning dalam penurunan permasalahan kesehatan di Aceh perlu diterapkan

11 Desember 2024   09:48 Diperbarui: 11 Desember 2024   09:48 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Provinsi Aceh memiliki tantangan kesehatan yang kompleks, mencakup angka penyakit tidak menular yang terus meningkat, kurangnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat, serta keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan preventif dan promotif. Permasalahan ini diperparah oleh rendahnya kolaborasi antarlembaga kesehatan dan kurang optimalnya pembelajaran tim di tingkat komunitas maupun institusi. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan pendekatan inovatif yang mampu menyatukan berbagai pemangku kepentingan serta mendorong sinergi antarprofesi dan institusi.

Permasalahan kesehatan di Aceh berdasarkan data Riskesdas 2023 melibatkan tantangan signifikan dalam berbagai aspek. Salah satu perhatian utama adalah tingginya prevalensi penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi dan diabetes, yang terus meningkat yang diperburuk oleh faktor gaya hidup dan rendahnya kesadaran preventif. Selain itu stunting masih menjadi permasalahan krusial, di tahun 2022 Aceh mencatat prevalensi balita stunting sebesar 31,2%, jauh di atas batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%. Tantangan selanjutnya yaitu kurangnya akses terhadap gizi seimbang dan layanan kesehatan berkualitas, penyakit menular seperti tuberkulosis (TB) dan diare, kesenjangan layanan di daerah terpencil serta penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata turut memperparah situasi kesehatan di Aceh, sehingga diperlukannya penerapan Sharevision dan team learning dalam menghadapi permasalahan ini.

Sharevision merupakan proses membangun visi dan tujuan bersama di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, lembaga kesehatan, organisasi masyarakat, dan komunitas lokal. Dengan menciptakan visi bersama, semua pihak memiliki pemahaman yang seragam tentang masalah kesehatan yang dihadapi dan solusi yang diperlukan, sehingga kolaborasi menjadi lebih efektif dan berfokus pada tujuan jangka panjang yang berkelanjutan. Dalam implementasinya, Sharevision tidak hanya berfungsi untuk menyatukan pandangan, tetapi juga untuk memperkuat komitmen bersama terhadap upaya peningkatan kesehatan. Proses ini melibatkan dialog terbuka, pertukaran informasi, dan pengambilan keputusan bersama yang didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat. Dengan demikian, setiap intervensi kesehatan yang dirancang dan diimplementasikan benar-benar mencerminkan aspirasi serta kebutuhan komunitas setempat.

Di beberapa daerah seperti Kota Banda Aceh, dalam menjalankan program penurunan stunting sudah melibatkan berbagai pihak dalam perencanaan dan implementasi sehingga menurunkan prevalensi stunting di Kota Banda Aceh. Hal serupa dapat diperluas dan dilakukan pada daerah lain untuk menangani permasalahan kesehatan, seperti PTM dan pemerataan layanan kesehatan di daerah terpencil. Dengan penerapan Share Vision, Aceh dapat memperkuat kolaborasi lintas sektor, menciptakan solusi berkelanjutan, dan mencapai peningkatan signifikan dalam kualitas kesehatan masyarakat.

Team learning atau pembelajaran tim merupakan komponen penting lain yang mendukung efektivitas Sharevision. Konsep ini menekankan pentingnya proses pembelajaran kolektif di antara tim atau kelompok kerja, khususnya tenaga kesehatan dan komunitas untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas mereka dalam menghadapi permasalahan kesehatan. Team learning memungkinkan setiap anggota tim untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, sehingga menciptakan solusi inovatif yang berbasis pada kebutuhan lokal.

Penerapan team learning di Aceh dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti pelatihan bersama, diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi. Proses ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis tenaga kesehatan, tetapi juga memperkuat kerja sama tim dan membangun budaya saling mendukung. Dengan adanya pembelajaran kolektif, tenaga kesehatan dan komunitas dapat bersama-sama merancang dan mengimplementasikan program yang lebih efektif dan sesuai dengan kondisi lokal.

Pengimplemantasian team learning dalam menangani permasalahan kesehatan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

Mengadakan Pelatihan Lintas Profesi Kesehatan

Pelatihan rutin dan bersama antara dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya perlu ditingkatkan. Ini membantu mereka memahami peran masing-masing dalam menangani masalah seperti stunting atau penyakit tidak menular (PTM). Metode seperti case study bersama dapat digunakan untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di lapangan. Contohnya pada program pelatihan penanganan stunting yang melibatkan ahli gizi, tenaga kesehatan, dan pekerja sosial untuk mendalami pendekatan berbasis komunitas dalam mengatasi gizi buruk.

Menciptakan Forum Diskusi Kolaboratif

Membangun forum diskusi rutin yang melibatkan berbagai tim kesehatan dari tingkat puskesmas hingga rumah sakit. Forum ini digunakan untuk berbagi pengalaman, tantangan, dan solusi inovatif dalam menghadapi kasus kesehatan tertentu. Sehingga dapat mempercepat transfer pengetahuan dari tim yang lebih berpengalaman ke tim lain dan  mengatasi kesenjangan informasi antarwilayah, terutama di daerah terpencil.

Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Kasus Nyata (Action Learning)

Tim kesehatan di Aceh dapat menerapkan pendekatan action learning di mana tim menghadapi masalah kesehatan nyata, seperti wabah penyakit atau penanganan pasien diabetes, sambil terus belajar dan mengevaluasi pendekatan mereka. Pengimplentasian dapat dilakukan dengan membentuk tim belajar kecil di setiap fasilitas kesehatan. Tim ini bertugas mengidentifikasi masalah lokal, mengembangkan solusi, dan berbagi hasilnya dengan tim lain. Selanjutnya dokumentasi dan refleksi dari kasus-kasus ini dapat menjadi referensi pembelajaran berkelanjutan.

Melakukan Kolaborasi dengan Komunitas dan LSM

Mengintegrasikan LSM lokal dan komunitas dalam proses team learning memastikan pendekatan yang lebih inklusif dan berbasis kebutuhan. LSM sering memiliki wawasan lapangan yang berharga dan dapat membantu menjembatani kesenjangan antara tenaga kesehatan dan masyarakat. Contohnya pada program edukasi bersama antara tim kesehatan dan relawan lokal untuk memberikan pelatihan tentang pencegahan penyakit berbasis komunitas.

Mengevaluasi dan Refleksi Rutin

Melakukan pertemuan reflektif secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas program kesehatan dan proses pembelajaran tim. Ini memastikan setiap tim dapat belajar dari pengalaman mereka dan terus meningkatkan layanan. Dimana setiap tim membahas kasus sukses atau tantangan di lapangan, kemudian hasil evaluasi dibagikan dalam jaringan tenaga kesehatan Aceh untuk memperluas pembelajaran.

Dampak yang didapatkan dengan merealisasikan team learning di Aceh akan menciptakan tenaga kesehatan yang lebih adaptif, kolaboratif, dan responsif terhadap permasalahan kesehatan setempat. Dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman, tim kesehatan dapat menciptakan solusi inovatif dan berbasis konteks lokal, mendukung peningkatan kualitas layanan kesehatan secara berkelanjutan.

Kolaborasi antar profesional kesehatan dengan model kerja tim lintas profesi mulai diterapkan pada Rumah sakit dan puskesmas di Aceh. Dalam pendekatan ini, dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya bekerja dalam tim terpadu untuk merancang dan mengimplementasikan perawatan pasien yang holistik, terutama untuk kasus kompleks seperti penanganan penyakit tidak menular dan stunting. Selanjutnya keterlibatan lintas sektor menjadi kunci dalam penanganan isu kesehatan. Pemerintah daerah, instansi pendidikan, dan komunitas setempat bekerja sama dalam kampanye pencegahan, seperti program edukasi gizi di sekolah dan posyandu untuk menurunkan angka stunting. Di beberapa fasilitas kesehatan, dilakukan pelatihan bersama antar anggota tim untuk meningkatkan komunikasi dan keterampilan kolaboratif. Selain itu, sesi team reflection rutin membantu mengevaluasi keberhasilan dan hambatan dalam proses pelayanan. Penerapan team learning ini meningkatkan koordinasi layanan kesehatan, mendorong inovasi dalam penyelesaian masalah, dan memperkuat kapasitas tenaga medis untuk merespons tantangan kesehatan lokal secara efektif.

Penerapan konsep Sharevision dan team learning dalam sistem kesehatan di Aceh sangat penting untuk menciptakan sinergi antarlembaga dan meningkatkan efektivitas program kesehatan yang telah dirancang. Dengan membangun visi bersama dan mendorong pembelajaran kolektif, Aceh memiliki peluang besar untuk mengatasi tantangan kesehatan yang dihadapi dan menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat tercipta sistem kesehatan yang lebih kuat, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun