Provinsi Aceh memiliki tantangan kesehatan yang kompleks, mencakup angka penyakit tidak menular yang terus meningkat, kurangnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat, serta keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan preventif dan promotif. Permasalahan ini diperparah oleh rendahnya kolaborasi antarlembaga kesehatan dan kurang optimalnya pembelajaran tim di tingkat komunitas maupun institusi. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan pendekatan inovatif yang mampu menyatukan berbagai pemangku kepentingan serta mendorong sinergi antarprofesi dan institusi.
Permasalahan kesehatan di Aceh berdasarkan data Riskesdas 2023 melibatkan tantangan signifikan dalam berbagai aspek. Salah satu perhatian utama adalah tingginya prevalensi penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi dan diabetes, yang terus meningkat yang diperburuk oleh faktor gaya hidup dan rendahnya kesadaran preventif. Selain itu stunting masih menjadi permasalahan krusial, di tahun 2022 Aceh mencatat prevalensi balita stunting sebesar 31,2%, jauh di atas batas yang ditetapkan WHO yaitu 20%. Tantangan selanjutnya yaitu kurangnya akses terhadap gizi seimbang dan layanan kesehatan berkualitas, penyakit menular seperti tuberkulosis (TB) dan diare, kesenjangan layanan di daerah terpencil serta penyebaran tenaga kesehatan yang belum merata turut memperparah situasi kesehatan di Aceh, sehingga diperlukannya penerapan Sharevision dan team learning dalam menghadapi permasalahan ini.
Sharevision merupakan proses membangun visi dan tujuan bersama di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, lembaga kesehatan, organisasi masyarakat, dan komunitas lokal. Dengan menciptakan visi bersama, semua pihak memiliki pemahaman yang seragam tentang masalah kesehatan yang dihadapi dan solusi yang diperlukan, sehingga kolaborasi menjadi lebih efektif dan berfokus pada tujuan jangka panjang yang berkelanjutan. Dalam implementasinya, Sharevision tidak hanya berfungsi untuk menyatukan pandangan, tetapi juga untuk memperkuat komitmen bersama terhadap upaya peningkatan kesehatan. Proses ini melibatkan dialog terbuka, pertukaran informasi, dan pengambilan keputusan bersama yang didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat. Dengan demikian, setiap intervensi kesehatan yang dirancang dan diimplementasikan benar-benar mencerminkan aspirasi serta kebutuhan komunitas setempat.
Di beberapa daerah seperti Kota Banda Aceh, dalam menjalankan program penurunan stunting sudah melibatkan berbagai pihak dalam perencanaan dan implementasi sehingga menurunkan prevalensi stunting di Kota Banda Aceh. Hal serupa dapat diperluas dan dilakukan pada daerah lain untuk menangani permasalahan kesehatan, seperti PTM dan pemerataan layanan kesehatan di daerah terpencil. Dengan penerapan Share Vision, Aceh dapat memperkuat kolaborasi lintas sektor, menciptakan solusi berkelanjutan, dan mencapai peningkatan signifikan dalam kualitas kesehatan masyarakat.
Team learning atau pembelajaran tim merupakan komponen penting lain yang mendukung efektivitas Sharevision. Konsep ini menekankan pentingnya proses pembelajaran kolektif di antara tim atau kelompok kerja, khususnya tenaga kesehatan dan komunitas untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas mereka dalam menghadapi permasalahan kesehatan. Team learning memungkinkan setiap anggota tim untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, sehingga menciptakan solusi inovatif yang berbasis pada kebutuhan lokal.
Penerapan team learning di Aceh dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti pelatihan bersama, diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi. Proses ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis tenaga kesehatan, tetapi juga memperkuat kerja sama tim dan membangun budaya saling mendukung. Dengan adanya pembelajaran kolektif, tenaga kesehatan dan komunitas dapat bersama-sama merancang dan mengimplementasikan program yang lebih efektif dan sesuai dengan kondisi lokal.
Pengimplemantasian team learning dalam menangani permasalahan kesehatan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
Mengadakan Pelatihan Lintas Profesi Kesehatan
Pelatihan rutin dan bersama antara dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya perlu ditingkatkan. Ini membantu mereka memahami peran masing-masing dalam menangani masalah seperti stunting atau penyakit tidak menular (PTM). Metode seperti case study bersama dapat digunakan untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di lapangan. Contohnya pada program pelatihan penanganan stunting yang melibatkan ahli gizi, tenaga kesehatan, dan pekerja sosial untuk mendalami pendekatan berbasis komunitas dalam mengatasi gizi buruk.
Menciptakan Forum Diskusi Kolaboratif