Mohon tunggu...
Siti DianaAprilianti
Siti DianaAprilianti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

hobi saya adalah membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Pengaruh Artificial Intellegence terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa: Menghambat atau Mendorong?

31 Oktober 2023   09:14 Diperbarui: 31 Oktober 2023   09:23 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Artificial Intellegent (AI) adalah suatu teknologi yang diatur sedemikian rupa untuk meniru kecerdasan yang ada pada manusia. AI bermula dari gagasan seorang ilmuwan matematika bernama Alan Turing. Ia berpendapat bahwa jika manusia mampu menyelesaikan masalah berdasarkan informasi yang tersedia, maka mesinpun pasti bisa melakukannya. Gagasan Alan tersebut menimbulkan semangat bagi ilmuwan lain untuk turut berkontribusi menciptakan dan mengembangkan konsep AI.

Proses penciptaan  AI mulai  mengalami peningkatan yang sangat pesat  kala memasuki tahun 2000-an. Di era itu, tak sedikit orang yang mulai melibatkan AI dalam kehidupan sehari-hari. Pesatnya penggunaan AI ini justru mulai menimbulkan berbagai gejolak, khususnya di bidang pendidikan. Banyak orang yang mempertanyakan pengaruh AI terhadap aspek kognitif siswa. 

Salah satu aspek yang banyak menjadi perbincangan adalah aspek berfikir kreatif siswa. Sebagian orang beropini bahwa AI merupakan suatu alat yang dapat menghambat kemampuan berfikir kreativitas siswa. Namun, sebagian lagi justru beropini bahwa AI merupakan faktor yang dapat mendorong kemampuan berfikir kreativitas siswa. Lantas apakah pengaruh dari AI sebenarnya? Menghambat ataukah Mendorong? Yuk kita cari tahu jawabannya!

Dalam dunia pendidikan, AI sudah menjadi suatu media pembelajaran yang cukup banyak diuji performanya. Cukup banyak penelitian yang menyatakan bahwa AI memang dapat mendorong kemampuan berfikir kreatif siswa.  Salah satu penelitian yang relevan dengan pendapat tersebut adalah penelitian yang diakukan oleh Kafai dan Burke. 

Berdasarkan penelitiannya, mereka menyatakan bahwa AI tidak hanya berguna untuk memperoleh pengetahuan saja tetapi juga berguna untuk mendorong dan mendukung keterampilan pemecahan masalah serta kemampuan berfikir kreatif. AI dapat membantu siswa dengan cara menyediakan data yang banyak dalam waktu yang cepat. 

Hal itulah yang menjadi pendorong untuk memungkinkan siswa lebih ekstra mengeksplorasi data-data yang tersedia menjadi berbagai ide yang menarik dengan waktu yang relatif lebih cepat dari sebelumnya. Selain cara tersebut, ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas melalui AI. Cara-cara tersebut menurut Nurrijal (2023) antara lain:

  • Menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk menganalisis pola data dan memberikan umpan balik secara otomatis kepada siswa mengenai kemajuan mereka. Hal ini dapat membantu siswa untuk melihat kekuatan dan kelemahan mereka dalam memecahkan masalah dan solusi kreatif yang diajukan, sehingga siswa dapat lebih fokus pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
  • Menggunakan sistem pengenalan suara untuk membantu siswa dalam berbicara di depan kelas. Sistem ini dapat membantu siswa mengatasi rasa gugup saat berbicara di depan umum dan memberikan umpan balik secara langsung mengenai intonasi, kejelasan, dan penekanan dalam ucapan mereka.
  • Menggunakan chatbots (robot percakapan) untuk membantu siswa memecahkan masalah dan mengeksplorasi gagasan baru. Chatbots dapat memberikan umpan balik dan saran kepada siswa dalam waktu nyata, sehingga siswa dapat lebih cepat berpikir kritis dan menghasilkan solusi yang kreatif.
  • Menggunakan permainan simulasi yang berbasis kecerdasan buatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Permainan ini dapat menantang siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan solusi kreatif melalui simulasi situasi yang berbeda-beda.

Berbagai alternatif penggunaan AI di atas dapat menimbulkan pengaruh yang bertolak belakang bila perspektif siswa terhadap AI kurang tepat. Perspektif yang menimbulkan ketergantungan penggunaan AI dapat menghambat berkembangnya kreatifitas siswa. Siswa yang memiliki ketergantungan berlebih pada AI cenderung menganggap bahwa kemampuan AI lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan kemampuannya sendiri. 

Padahal, segala sesuatu yang di hasilkan oleh AI umumnya bersifat homogen. Artinya, setiap data atau karya yang dihasilkan oleh AI merupakan sesuatu yang bernilai sama dengan yang sudah ada. Hal itu menyalahi sifat dari kreativitas sendiri yang cenderung berupa sesuatu yang unik dan berbeda dengan apa yang sudah ada sebelumnya.

Salah satu contoh AI yang dianggap dapat menghambat kemampuan berfikir kreatif adalah DALL-E. DALL-E merupakan AI yang berguna untuk menghasilkan gambar realistis dari perintah tekstual. 

Dengan menggunakan Dall-E, orang dapat membuat gambar tanpa memiliki keterampilan artistik apa pun. Namun perlu di perhatikan bahwa hasil yang dikeluarkan oleh DALL-E dapat diakses atau digunakan oleh orang lain berdasarkan kata kunci yang sama. 

Misalnya, jika ada dua siswa memberikan perintah tekstual “ Buatkan gambar meja” maka hasil gambar yang akan di dapatkan oleh siswa yang pertama dan siswa yang kedua akan persis sama.Nyatanya, meskipun DALL-E memang dapat menjadi alat yang berguna akan tetapi hasil yang diperoleh memiliki sifat yang homogen dan tidak orisinil. Oleh karena itu, siswa perlu ditanamkan keyakinan untuk tidak bergantung sepenuhnya terhadap hasil yang disediakan AI.

Ketergantungan pada AI dapat diatasi jika siswa memiliki perspektif yang tepat. Lantas seperti apakah perspektif yang tepat dalam penggunaan AI? Ayo kita cari tahu jawabannya dengan cara menyimak hasil penelitian di bawah ini!

Morren dkk dalam penelitiannya mengemukakan bahwa AI dapat mendorong kreativitas siswa ketika siswa hanya memandangnya sebagai ‘alat’. Beberapa siswa yang diteliti memiliki persepsi bahwa meskipun AI secara teknis lebih unggul daripada manusia, kreativitas manusia akan selalu menjadi sifat unik manusia yang harus dipupuk. 

Salah satu siswa berkomentar, “Pada dasarnya, sebagian besar hal dalam kecerdasan buatan dibuat oleh manusia, jadi, kecuali kita benar-benar membuat robot yang bisa menjadi manusia, mungkin robot tersebut tidak akan mampu menandingi kreativitas manusia.” Saat ditanya 'apakah menurut anda AI bisa menandingi kreativitas manusia?' Seorang siswa memberikan komentar yang sangat menarik. Dia berkata, 'Ya, semacam itu. Itu pertanyaan yang sangat menarik. Saya pikir itu bisa memicu kreativitas. Saya tidak tahu apakah AI itu sendiri (bisa kreatif). Saya tidak tahu apakah robot bisa menjadi kreatif karena, agar robot menjadi kreatif, seseorang harus menciptakan robot tersebut dan memberikan kreativitasnya, jadi saya tidak tahu apakah mereka sendiri bisa menjadi kreatif, tapi menurut saya mereka bisa memicu kreativitas.'. Dengan adanya operspektif tersebut, siswa memilki anggapan bahwa penggunaan AI tidak akan berdampak buruk terhadap kreativitas mereka.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat dipahami bahwa ketika siswa memilki perspektif yang menyatakan bahwa AI merupakan suatu ‘alat’  yang tidak dapat menandingi kemampuan manusia, maka pengaruh yang akan ditimbulkan saat menggunakan AI adalah munculnya keyakinan bahwa data-data yang tersedia merupakan sebuah data yang dapat mendorong atau memicu kita untuk berfikir kreatif. Adanya perspektif tersebut memungkinkan siswa untuk melakukan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Siswa dapat mencari berbagai data yang mereka butuhkan kemudian mengamati data-data tersebut untuk kemudian dimodifikasi menjadi sebuah ide yang baru. Berkaitan dengan itu, maka penggunaan dan pemanfaatan sistem ATM ini perlu ditanamkan pada siswa sejak di sekolah. Apabila siswa sudah dapat menggunakan sistem ATM ini dengan tepat, maka penggunaan AI di lingkungan sekolah tentu akan menimbulkan pengaruh yang sangat baik.

Pada dasarnya, pengaruh AI dalam perkembangan kreativitas siswa memang bagaikan sebuah pisau bermata dua. AI dapat memberikan pengaruh negatif jika menimbulkan persepsi ketergantungan penggunaan AI. Namun, AI juga dapat memberikan pengaruh positif jika hanya dipandang sebagai sebuah alat bantu yang canggih.Berkaitan dengan hal itu, penting untuk kita menanamkan persepsi yang tepat pada  siswa agar pengaruh yang timbul saat menggunakan pembelajaran berbasis AI sesuai dengan yag diharapkan. Siswa harus ditanamkan sebuah persepsi bahwa AI merupakan fasilitas yang dapat memicu tumbuhnya sebuah ide. AI hanya menyajikan data, masalah, maupun rangkaian gagasan yang merangsang siwa untuk berfikir kreatif. Homogenitas data dalam AI bukanlah standar dalam berfikir kreatif. Salah satu hal yang paling penting, tanamkanlah persepsi bahwa manusia memiliki kreativitas yang lebih unik dibandingkan AI. Tidak hanya itu, guru juga perlu mengenalkan berbagai sistem atau cara yang dapat digunakan ketika menggunakan AI. Salah satu cara yang perlu diajarkan adalah cara menerapkan ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) dalam pembelajaran berbasis AI. Dengan menggunakan perspektif dan penerapan penggunaan AI yang tepat maka pengaruh yang timbulpun tentu akan mendorong siswa dalam berfikir kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun