Mohon tunggu...
siti chosiah
siti chosiah Mohon Tunggu... Guru - guru SMPN 1 Jabon

saya seorang guru yang mendidik si Sekolah Menengah Pertama, dan ini pertama kalinya saya bergabung ke kompasiana karena sangat mudah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemanfaatan Alat Digital dalam Pengembangan Kurikulum Abad 21

28 Oktober 2023   21:41 Diperbarui: 28 Oktober 2023   21:56 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Pada masa kemajuan teknologi abad ke-21, pemanfaatan perangkat komputer khususnya perangkat elektronik digital untuk mengembangkan program pendidikan sudah menjadi suatu kebutuhan. Artikel ini mengevaluasi pentingnya penggunaan dan pemanfaatan perangkat TIK dalam mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan saat ini, dengan munculnya komputer yang dapat digunakan untuk meningkatkan kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan pada keterampilan abad 21. Maka perkembangan yang memungkinkan pembelajaran lebih interaktif, memfasilitasi akses terhadap sumber daya pendidikan global, dan menciptakan lingkungan belajar yang relevan dengan kebutuhan siswa saat ini. Selain itu, BAB ini mengkaji beberapa tantangan yang mungkin timbul ketika mengintegrasikan teknologi ke dalam pengembangan kurikulum dan menawarkan saran untuk mengatasi hambatan-hambatan ini. Pemanfaatan perangkat komputasi dalam pengembangan kurikulum diharapkan dapat memajukan pendidikan dan mempersiapkan siswa untuk memenuhi kebutuhan abad ke-21 dengan lebih efektif dan kreatif.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah, Direktorat Penyelenggaraan Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional (2008: 3), menjelaskan bahwa proses pendidikan Dalam sistem sekolah kita, pembelajaran pada umumnya tidak hanya dilakukan ketika siswa telah menguasai secara tuntas materi pembelajaran. . Akibatnya banyak Siswa tidak menguasai materi pelajaran bahkan setelah lulus sekolah. Tak heran jika kualitas pendidikan di tanah air masih rendah.

Pengembangan kurikulum merupakan bagian penting dari semua kegiatan pendidikan. Pengembangan kurikulum, baik pada tingkat makro maupun mikro, melibatkan kegiatan yang komprehensif meliputi: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi; dan melibatkan pengembangan elemen kunci kurikulum, khususnya tujuan, materi, kegiatan dan elemen penilaian. Pengembangan makrokurikulum meliputi pengembangan program pendidikan yang bersifat umum dan menyeluruh dalam konteks suatu lembaga/lembaga; sedangkan pada tataran mikro, pengembangan kurikulum lebih bersifat terbatas, seperti pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran atau mata kuliah. Kerangka Pembelajaran Abad 21 merupakan gagasan yang diadaptasi dalam proses pengembangan Kurikulum 2013 pada umumnya dan pembelajaran IPA pada khususnya. Ada beberapa keterampilan yang perlu dikuasai peserta didik di abad 21, yaitu: "soft sikap dan hard skill" atau keterampilan teknis. Adapun "soft skill" yang perlu dikembangkan adalah kemampuan kreatif dan inovatif, berpikir kritis, seperti literasi informasi, literasi media dan pengetahuan IT (teknologi informasi, berita dan media).

Dengan berkembangnya teknologi pendidikan dengan menggunakan perangkat digital, pembelajaran beralih dari model pembelajaran konvensional ke model pembelajaran yang lebih bersifat digital dan virtual. Perkembangan teknologi tidak hanya mengharapkan siswa dapat menikmati pembelajaran saja, namun pendidik juga perlu mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai cara pemanfaatan alat digital dalam pembelajaran. Untuk itu pendidik harus memiliki keterampilan digital, literasi digital dengan menggunakan pembelajaran dengan teknologi untuk membantu peserta didik memperoleh keterampilan seperti operasional teknologi, manajemen informasi, komunikasi, kolaborasi, kreativitas dan berpikir kritis untuk memecahkan berbagai permasalahan.

B. Model Pendidikan Abad 21

Model Pendidikan Abad 21 mencerminkan perubahan mendasar dalam cara berpikir kita tentang pendidikan dan metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Model ini berupaya mengatasi tantangan dan kebutuhan yang muncul di era modern yang perkembangannya pesat, termasuk perkembangan teknologi, globalisasi dan perubahan cara belajar siswa. Beberapa elemen kunci dari model pendidikan abad ke-21 meliputi:

Fokus pada Keterampilan Abad 21: Model ini menekankan pada pengembangan keterampilan Abad 21, seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas. Keterampilan ini sering disebut sebagai keterampilan "4C": komunikasi, kolaborasi, pemikiran dasar, dan imajinasi.

Pembelajaran berpusat pada siswa: Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran dan siswa diberi otonomi dalam mengarahkan pembelajarannya sendiri. Siswa mempunyai peran yang lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Kolaboratif: Kolaborasi antar siswa ditingkatkan dengan berbagai latihan dan proyek yang berfokus pada kerja tim. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan kolaborasi.

Pembelajaran berbasis proyek: Siswa belajar melalui proyek dunia nyata yang relevan, memungkinkan mereka memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang bermakna.

Teknologi sebagai alat pengajaran: Teknologi merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Guru dan siswa menggunakan perangkat lunak, platform keberanian, dan alat berbasis komputer untuk mengakses informasi, berkomunikasi, dan mendukung pembelajaran.

Penilaian Holistik: Penilaian dalam model ini lebih komprehensif, meliputi penilaian formatif (untuk memberikan umpan balik sepanjang waktu) dan penilaian berbasis portofolio (untuk menunjukkan kemajuan siswa dalam cakupan yang lebih luas).

Pendidikan Inklusif: Model pendidikan abad 21 mengutamakan pendidikan inklusif, yang mana perbedaan individu diperhitungkan dan semua siswa mempunyai akses terhadap pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan Seumur Hidup: Pendidikan tidak terbatas pada tahun sekolah tetapi dianggap sebagai usaha seumur hidup. Siswa dan orang dewasa didorong untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru sepanjang hidup mereka.

Pengembangan karakter: Selain keterampilan akademik, pendekatan ini juga menekankan pada pengembangan karakter dan nilai-nilai seperti empati, kepemimpinan, integritas dan resolusi konflik.

Keterlibatan orang tua dan masyarakat: Orang tua dan masyarakat dianggap sebagai mitra dalam mendukung pendidikan. Mereka terlibat dalam mendukung perkembangan siswa.

Model pendidikan abad 21 bertujuan untuk mempersiapkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup, mampu beradaptasi terhadap perubahan dan mengatasi  tantangan di dunia yang semakin kompleks dan berkembang. Model ini menekankan relevansi, keterampilan, kolaborasi, dan pembelajaran sepanjang hayat sebagai elemen kunci pendidikan saat ini.

C. Pendidikan di Abad 21

Proses pendidikan sangat penting dalam pembelajaran dan pembentukan kepribadian peserta didik. Jadi, sebagai seorang pendidik harus mempunyai keterampilan dan pendidikan yang baik. Cony R. Setiawan berpendapat bahwa kapasitas guru/dosen memiliki tiga kriteria: (1). Kriteria pengetahuannya adalah kemampuan intelektual guru/dosen, meliputi kemampuan menguasai isi mata pelajaran, pengetahuan cara mengajar, pengetahuan belajar dan perilaku pribadi, pengetahuan tentang bimbingan dan konsultasi, pengetahuan tentang perusahaan dan pengetahuan umum; (2). Kriteria kinerja adalah kemampuan pendidik yang berkaitan dengan berbagai keterampilan dan perilaku, meliputi pengajaran, pengajaran, penilaian, penggunaan bahan ajar, sosialisasi, dan komunikasi dengan peserta didik serta keterampilan persiapan atau perencanaan pengajaran; (3) Kriteria produk, khususnya kemampuan pendidik dalam mengukur kemampuan dan kemajuan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar (Semiawan, 2003)

Abad 21 serta kemajuan Rangkaian teknologi membantu siswa semakin mudah mengakses informasi instan . menanggapi proses belajar mereka. Fokus pada jawaban, jangan berpikir, ajukan pertanyaan dan selesaikan. Yang pasti siswa akan minim pengalaman belajar. Dalam konteks ini, pendidik bertugas menciptakan desain pembelajaran yang memungkinkan siswa mengembangkan potensi literasinya untuk memecahkan masalah yang kompleks dan menjadi pembelajar yang bermakna seumur hidup."Teknologi dan akses informasi bukanlah hal terpenting dalam memperoleh keterampilan abad 21. Yang terpenting adalah peran pendidik dalam membimbing siswanya belajar bertanya lebih baik untuk mengembangkan proses berpikir kritis. Katie Martin dalam artikelnya yang berjudul "Pembelajaran di Dunia yang Berubah" mengemukakan setidaknya tiga peran pendidikan yang harus dapat dilakukan oleh pendidik untuk mencapai kemahiran 21. Peran tersebut meliputi: mitra dalam pembelajaran, pengembang komunitas, dan penggerak. Katie kemudian menjelaskan ketiga peran tersebut sebagai berikut (Martin, Katie): Mitra dalam pembelajaran, guru tidak perlu mengetahui segalanya, namun sebagai mitra dalam pembelajaran dapat menjadi teladan dalam pembelajaran dan pemberdayaan siswa seumur hidup untuk mengeksplorasi minat dan minat mereka sambil menggunakan keterampilan yang berharga. Yang lebih penting lagi, mereka bisa belajar bagaimana caranya belajar, bukan sekedar mengonsumsi informasi. fokus pada pembelajaran otentik dan menggabungkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan pemecahan masalah.

D. Kompetensi digital dalam pendidikan abad 21

Kompetensi digital pendidik erat kaitannya dengan keterampilan pendidik dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berdasarkan prinsip pedagogi dengan kesadaran makna metode pendidikan. Tetyana Blyznyuk membagi kompetensi digital pendidik ke dalam beberapa bentuk yaitu: informasi, komunikasi, pembuatan konten pendidikan, keamanan, pemecahan masalah pendidikan (Blyznyuk, 2018). Information, pendidik mamiliki kemampuan literasi data (kemampuan mencari, memilih, memilah, mengevaluasi, mengelola informasi yang cocok untuk pembelajaran). Communication, yaitu keterampilan untuk berinteraksi, terlibat, berbagi, dan kerja sa-ma melalui teknologi digital. Educational content creation, yaitu kemampuan pendidik untuk dapat menciptakan konten pembelajaran digital (program aplikasi pembelajaran, presentasi interaktif, animasi pembelajaran, dan sebagainya). Security, pendidik mem-iliki kemampuan untuk menjamin perlindungan terhadap dampak produk teknologi bagi anak didik dalam proses pembelajaran. Educational problem solving, memecahkan masalah dan mengatasi persoalan teknis, dapat mengidentifikasi respond dan kebutuhan teknologi yang diperlukan dalam pembelajaran, mampu mengidentifikasi kelemahan-kelamahan tekonologi digital dalam pembelajaran, dan kreativitas dalam memanfaatkan produk teknologi dalam pembelajaran secara positif.

E. Metode Pembelajaran Abad 21

1. Strategi Pembelajaran

Istilah strategi mula-mula digunakan di kalangan militer dan diartikan sebagai seni perencanaan (operasi) perang, terutama strategi yang berkaitan erat dengan pergerakan pasukan dan navigasi ke posisi perang. Yang paling menguntungkan untuk mencapai kemenangan (Hornby, A.S. 1973: 997). Secara umum, strategi dimaksudkan untuk menguraikan arah tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, strategi dapat dipahami sebagai model umum kegiatan guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Strategi yang digunakan untuk mendukung pendidikan abad 21 adalah:

Pembelajaran berbasis proyek Pembelajaran berbasis proyek yang memunculkan kreativitas dalam berpikir, pemecahan masalah dan interaksi, serta mendukung penelitian yang mengarah pada pemecahan permasalahan dunia nyata (Thomas, 1999). Singkatnya, pembelajaran berbasis proyek adalah pengajaran yang mencoba menghubungkan teknologi dengan masalah sehari-hari yang akrab bagi siswa atau proyek sekolah berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada teori pembelajaran konstruktivis. Strategi pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivis antara lain strategi pembelajaran kooperatif yang mengutamakan aktivitas siswa dibandingkan aktivitas guru. Strategi pengajaran untuk mendemonstrasikan pembelajaran berbasis proyek dapat dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium, eksperimen lapangan, studi kasus, pemecahan masalah, diskusi, dan motivasi, otak dan simulasi. Annie Malville dalam artikelnya mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek, jika dilakukan dengan benar, maka menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. "Bila dilakukan dengan baik, pembelajaran berbasis proyek, atau PBL, dapat membuat pembelajaran menjadi menarik dengan meningkatkan pemahaman yang lebih dalam, mendorong pembacaan lebih lanjut, dan memberikan nilai yang lebih besar pada retensi informasi dengan menjadikan pengalaman nyata bagi siswa saat mereka memutuskan arah, melakukan penelitian, dan memecahkan masalah. Masalah tersebut terselesaikan di sepanjang jalan. PBL menginspirasi siswa untuk terhubung dengan dunianya, memicu rasa ingin tahu; mereka mengingat yang mereka pelajari karena jalannya masuk akal bagi mereka" (Malville). 2. Pembelajaran berbasis masalah Pembelajaran berbasis masalah mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta menemukan dan menggunakan sumber belajar yang tepat. Sebagai langkah pendidikan, pada awal perkuliahan, siswa dihadapkan pada permasalahan dalam konteks kehidupan nyata yang mempunyai kaitan langsung dengan kehidupannya. Kemudian, siswa diajak untuk menganalisis permasalahan yang diajukan bersama-sama. Proses pembelajaran ini mendorong siswa untuk memecahkan masalah dengan kemampuan terbaiknya sambil mencari informasi baru yang relevan. 3. Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin yang ditulis oleh Isjoni, "Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang awalnya disampaikan oleh guru." Hal ini menegaskan makna bahwa pembelajaran kooperatif atau pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran yang sistemnya belajar dan bekerja dalam kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 6 orang secara kooperatif yang dapat merangsang semangat siswa agar lebih cinta dalam belajar (Isjoni, 2011).

Model pembelajaran seperti ini tentunya akan menunjang keterampilan kerja dan kolaborasi siswa. Selanjutnya model pembelajaran kolaboratif edukatif dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang umum, misalnya: (1) kuis; (2) NHT (Angka pertama bersama-sama); (3) STAD (Departemen Kesuksesan Tim Mahasiswa); (4) TAI (individualisasi berbantuan kelompok atau pengajaran kelompok dipercepat); (5) Berpikir-Berpasangan-Berbagi; (6) Gambar dan gambar; (7) menimbulkan masalah; (8) Pemecahan masalah; (9) Turnamen permainan beregu (TGT); (10) Membaca dan Menulis Kolaboratif (CIRC); (11) Siklus pembelajaran; (12) Skenario kerjasama (CS).

F. Analisis Koherensi

  • Berdasarkan pengertian koherensi, makna adalah susunan suatu uraian atau sudut pandang sedemikian rupa sehingga bagian-bagiannya saling berkaitan. Kemudian, melalui analisis ini, Anda akan dapat melihat keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi serta hubungan logis antara kerangka yang digariskan. Dalam hal ini, setelah mempertimbangkan gambaran keterampilan abad 21, khususnya terkait pendidik abad 21, keterampilan digital pendidik abad 21, dan desain pembelajaran abad 21, maka dapat dilakukan analisis yang koheren antara bagian-bagian tersebut. Profil pendidik abad 21 yang pertama adalah pengetahuan, khususnya kemampuan intelektual yang dimiliki seorang pendidik meliputi penguasaan mata pelajaran, pengetahuan cara mengajar, pengetahuan tentang pembelajaran dan perilaku pribadi, pengetahuan tentang bimbingan dan konseling, pengetahuan tentang masyarakat dan pengetahuan. Budaya Umum. . Bagaimana seharusnya pendidik mengutamakan penguasaan ilmu yang diajarkan sebagai bagian penting dalam proses transfer ilmu. Pengetahuan di bidang tersebut saat ini harus dilengkapi dengan penguasaan teknologi digital, yang terpenting adalah informasi. Informasi tersebut kemudian menjadi bahan utama yang disajikan kepada anak untuk mengembangkan cara berpikirnya, berperilaku, dan belajar. Hal yang utama adalah mengantisipasi keterlambatan akses informasi oleh para pendidik, yang pada akhirnya akan berdampak signifikan terhadap perkembangan siswa di kelas. Selain itu, profil kriteria kinerja erat kaitannya dengan kapasitas mengajar (keterampilan dan perilaku) pendidik, secara spesifik kapasitas pendidik meliputi keterampilan mengajar, membimbing, mengevaluasi, menggunakan materi pedagogi, bersosialisasi, berkomunikasi dengan peserta didik dan mempersiapkan pelajaran. keterampilan untuk mengajar. atau merencanakan pelajaran. Kompetensi para pendidik tersebut selaras dengan dua faktor penting terkait kompetensi digital, yaitu model komunikasi dan konten pembelajaran. Pola komunikasi antara guru dan siswa kini dimudahkan dengan tersedianya teknologi digital. memungkinkan interaksi pembelajaran terjadi di ruang digital. Oleh karena itu, ketidakmampuan beradaptasi akan berakibat pada ketidakmampuan penyampaian materi pendidikan dan proses belajar siswa menjadi tidak maksimal. Saat itu, selain komunikasi, pembuatan konten pembelajaran digital (program aplikasi pembelajaran, presentasi interaktif, animasi pembelajaran...) juga menjadi bagian yang penting dan harmonis. Kemampuan tersebut akan memberikan dampak yang sangat besar dan maksimal terhadap proses belajar siswa, karena mereka sudah praktis hidup dengan teknologi sejak kecil dan mempunyai kebutuhan/ketertarikan dasar yang tinggi terhadap bidang digital. Berikutnya, kriteria produk berkaitan dengan bagaimana pendidik mengukur prestasi siswa dalam pembelajaran abad 21. Proses ini selaras dengan seberapa kompeten siswa secara teknologi dan seberapa efektif mereka menggunakan teknologi. Ini juga dapat membantu siswa memecahkan masalah numerik dan/atau menghasilkan solusi numerik. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mengadaptasi profil dan keterampilan digital selama proses pembelajaran. Desain pembelajaran abad 21 saat ini adalah berbasis produk dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, kolaborasi aktif antar mahasiswa sangat diperlukan terutama untuk menciptakan dan berinovasi produk kreatif bernilai tinggi yang dapat menyelesaikan permasalahan secara sistematis dan mudah. Jadi, melalui profil pendidik abad ke-21 dan hubungannya dengan kompetensi digital, kemudian berupaya melatih kreativitas produk dan pemecahan masalah, sangat mudah memberikan metode pembelajaran terbaik dengan menghadirkan keterampilan praktis siswa abad ke-21. adalah bagan yang menganalisis keterlibatan pendidik abad ke-21 dengan kompetensi digital dan desain pembelajaran.
  • Tabel: Analisis Kohesif
  • Pendidikan abada 21
  • Kompetensi Digital
  • Desain pembelajaran
  • Knowledge
  • Information (literasi data)

  • Permormance criteria
  • (perilaku dan keterampilan)
  • Communication ( interaksi melalui teknologi digital)
  • Learning content
  • Product based learning
  • Problem based learning
  • Cooperative learning
  • Product criteria (pengukuran hasil belajar)
  • Safety Problem Solving

  • G. Kesimpulan
  • Pembelajaran abad 21 bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa sejalan dengan perkembangan digital saat ini. Pemanfaatan perangkat digital tidak hanya sekedar mainan tetapi juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran di sekolah antara siswa dan guru. Peserta didik yang menggunakan alat digital dapat menggunakan metode dan strategi yang mendukung proses pembelajaran.

  • H. Referensi

Zubaidah, S. (2019). Pendidikan karakter terintegrasi keterampilan abad Ke-21. ... Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan .... https://journal-center.litpam.com/index.php/e-Saintika/article/view/125


(Zubaidah, 2019)Zubaidah, S. (2019). Pendidikan karakter terintegrasi keterampilan abad Ke-21. ... Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan .... https://journal-center.litpam.com/index.php/e-Saintika/article/view/125

Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Katie Martin, "I". diakses dari I Jumat, 5

Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A. 1999. Project-Based Learning: A.Handbook for Middle and High School Teachers, (online), (http://www.bgsu.edu/ organizations/ctl/proj.html), diakses 07 Juli 2019.

Blyznyuk, Tetyana. Formation of Teachers Digital Competence: Domestic Challenges and Foreign Experience, Journal of Vasyl Stefanyk Precarpathian National University, Vol. 5, No.1 (2018), hlm. 42

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun