Coronavirus adalah salah satu patogen utama yang menyerang sistem pernapasan manusia. Wabah sebelumnya dari coronavirus (CoV) termasuk the severe acute respiratory syndrome (SARS) -CoV dan the Middle East respiratory syndrome (MERS) -CoV yang sebelumnya telah ditandai sebagai agen yang merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang besar. (Rothan dan Byrareddy, 2020)
Pada tanggal 31 Desember 2019, 27 kasus pneumonia dengan etiologi yang tidak diketahui diidentifikasi di Kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina. Wuhan adalah kota terpadat di Cina tengah dengan jumlah penduduk melebihi 11 juta. Pasien-pasien ini terutama mengalami gejala klinis batuk kering, dispnea, demam, dan infiltrat paru
Kasus ini bermula dari sebuah Pasar Grosir Makanan Laut Huanan Wuhan, yang memperdagangkan ikan dan berbagai spesies hewan hidup termasuk unggas, kelelawar, marmut, dan ular (Lu Ha, 2020). Â Penyebab ini diidentifikasi dari sampel usap tenggorokan yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina (CCDC) pada 7 Januari 2020, dan selanjutnya dinamai COVID-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebagian besar pasien yang terinfeksi COVID-19 mengalami gejala ringan seperti batuk kering, sakit tenggorokan, dan demam. Sebagian besar kasus telah diselesaikan secara spontan. Namun, beberapa telah mengembangkan berbagai komplikasi fatal termasuk kegagalan organ, syok septik, edema paru, pneumonia berat, dan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).
54,3% dari mereka yang terinfeksi COVID-19 adalah laki-laki dengan usia rata-rata 56 tahun. Khususnya, pasien yang membutuhkan dukungan perawatan intensif lebih tua dan memiliki beberapa komorbiditas termasuk kardiovaskular, serebrovaskular, endokrin, pencernaan, dan penyakit pernapasan. Mereka yang berada dalam perawatan intensif juga lebih mungkin melaporkan dyspnoea, pusing, sakit perut, dan anoreksia. (World Health Organization, 2020)
Berdasarkan data yang dikutip dari tradingeconomics.com, saat ini penyebaran COVID-19 meluas ke 189 negara di dunia dengan total kasus terinveksi yaitu sebanyak 392.230 orang.Â
Sementara itu, 10 negara yang terinveksi terbanyak adalah Tiongkok sebanyak 81.171 orang, Italia 63.927 orang, Amerika Serikat 46.168 orang, Spanyol 39.673 orang, Jerman 30.150 orang, Iran 24811 orang, Prancis 19.856 orang, Swiss 9.117 orang, Korea Selatan 9.037 orang dan Inggris Raya sebanyak 6.650 orang.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa jumlah kasus COVID-19 yang tersebar di Negara Asia setelah Tiongkok adalah Iran dengan jumlah kasus sebanyak 24.811 orang, Korea Selatan 9.037 orang, Malaysia 1.624 orang, Israel 1.442 orang, Jepang 1.128 orang, Pakistan  875 orang, Thailand 827 orang, Indonesia 579 orang, dan Arab Saudi 562 orang. Angka kasus ini mengalami peningkatan setiap harinya, mengingat penularan COVID-19 bergerak dengan sangat cepat.
Mewabahnya virus ini selanjutnya dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret, 2020 dan diprediksi akan mencapai puncaknya sekitar April 2020, tanpa pengurangan yang signifikan dalam hal penularan. Dengan penyebarannya yang membabi buta dan berkelanjutan di seluruh benua, Rasmussen, dkk (2020)
Lalu, bagaimana dampak dari COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi di Dunia?
Dikutip dari artikel liputan6.com, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini akan menurun hingga 2,7 persen. Prediksi tersebut turun dibanding hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Februari 2020 lalu, yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun ini berada pada kisaran 3,0-3,1 persen.