Paris tidak lah jauh dari tempat dimana kita berada, 5,5 jam perjalanan bagi aku tidak lah jauh karena bagaimanapun Paris itu luar negri untuk aku yang tinggal di Jerman. Ada apa di Paris ? saat ini aku ke Paris karena mau menemuin Kakaknya Yudistira yaitu Dini dan suami yang sedang berkunjung untuk jalan-jalan di Paris. Karena jadwal mbak Dini padat, maka kita sepakat untuk menemuin nya di malam hari. Â
Karena pertemuannya di sore hari, maka aku santai di rumah sambil beberes. Usai sarapan, aku juga masih ada waktu untuk masak dan makan. Kebiasaaanku makan anget apa adanya, nasi sop dan ikan. Itu hal yang mudah bagi aku selama hidup di Europa, selama aku bisa makan nasi aku makan nasi. Kalau tidak ya makan roti pun jadi. Tepat jam 12.00 siang kita berangkat menuju ke Paris dan sampai di sana jam 18.00 sore dengan istirahat di jalan dan ngisi bensin. Â Â
Dari Bonn ke Paris kita melewati jalan toll yang bebayar, 16,00 kita bayar satu jalan, dan bolak balik jadinya 32,00 atau kurang lebih Rp. 550.000. Mahal juga kalau di rupiahkan jatuhnya. Aku ngak tahu seberapa mahal juga kalau kita lewat jalan toll bebayar di Indonesia. jadi caranya beli ticket masuk ke jalan toll kayaknya tak beda dengan cara beli di Indonesia.Â
Di jalan kita sudah berkali-kali di ingatkan bahwa anda akan melewati jalan toll bebayar. Akhirnya sesampai kita di loket pembayaran itu ya kita tarik saja ticketitu di loket dan semua Outomatis. Na usai di ujung akhirnya toll bebayar itu selesai, maka kita masukkan tiket itu dan kita bayar lewat ATM yang langsung mereka scan dan selesai. Â
Yang repot ngisi Bensinnya di Perancis menurut aku, karena kita harus bayar dulu, bilang kita mau ngisi apa dan no berapa, terus di kasih yang beda lokasi nya dari tempat pengisian bensin itu kita harus bilang dulu mau ngisi berapa dan nanti no akan di aktifkan sesuai dengan jumlah yang kita bayar. Tak pikir-pikir kok systemnya sama seperti di Indonesia ya, cuma kalau di Indonesia kita bayar langsung. Â
Awal pertama mau ngisi aku tidak tahu, jadi ngak memahaminya dimana lokasi ngisi bensin ngak ada personal sama sekali dan ngak ada loket untuk membayarnya.Â
Dua kali aku coba dan sama permasalahannya, di Pom Bensin ngak ada yang jaga semua Automatis, dan ngak  tahu caranya. Udah rasa deg degan karena bensin kita sudah mau habis, an alkamdulillah kita menemukan Pom bensin yang ada toko dan marketnya, dimana kita bisa bertanya bagaimana caranya.Â
Disitu kebanyakan tempat peristirahatan pula untuk para pelancong yang sedang menuju ke Paris. Rasa lega setelah aku coba berkali-kali akhirnya berhasil kita ngisi bensin. Yaitu caranya beda dengan kalau kita ngisi bensin di Jerman.Â
Usai sampai di Paris kita langsung menuju Hotel di mana Mbak Dini dan suaminya bermalam. Karena mereka saat itu masih di luar, maka aku jalan-jalan di seputar Hotel yang ada nuansa seperti di Indonesia atau di Singapura.Â
Di lokasi Hotel itu ada lorong-lorong parkiran yang ada toko-toko dan warung makan. Disana juga aku menemukan Toko asia yang menjual makanan dan jajanan dari Korea, Jepang atau Cina. Mahal-mahal juga si harganya.Â
Gedung-gedung di Paris sangat megah-megah, besar dan mewah. Di seputar Hotel pun gedungnya ya modern-modern semua dan di bawah hotel tersebut lah lorong-lorong tempat parkiran, jadi seperti ala komplek dimana ada lorong-lorong kecil yang bisa kita temuin restaurant dan toko-toko kecil juga. Cuma kalau keluar dari lorong-lorong di bawah gedung yang megah itu kita menemukan jalan yang besar dengan gedung-gedung mewahnya , ya seperti super market, toko-toko dan Restaurant-restaurant megah.
Betapa bahagianya aku di Paris yang serba mewah dan mahal aku menemukan Restaurant atau warung yang harganya bisa di bilang murah dan enak makanannya.Â
Terasa menggugah aku mengingat-ingat kalau saat jadi Backpacker tidur di tempat yang murah tapi berada di pusat kota, makan-makan juga murah karena tahu lokasi-lokasi orang lokal makan disana. Na ini dia tempatnya dimana aku merasa jadi Packpacker kembali. Kita makan satu porsi saja karena Yudis tidak lapan. Jadi sepiring berdua untuk mencicipi saja karena sebelumya kita sudah makan di tempat lain. Yang ini cuma iseng-iseng saja karena penasaran.
Di dalam gedung ini lah banyak restaurant, seperti di Mall layaknya di Indonesia, na disini ada Bioskop juga dan toko-toko sepatu, baju dan berlantai-lantai seperti juga di Indonesia . Â Â Â Â
Usai makan kita menuju ke Hotel dan bertemu mbak Dini dan suami yang juga barusan makan malam bersama rombongan. Mereka menunggu di lobi, sampai kita datang. Karena lokasi makan kita tidak jauh, maka ya cepet sekali kita sampai Hotel dan langsung di sambut dengan hangat. Usai kita bincang-bincang di lobi, akhirnya kita masuk kamar untuk naruh oleh-oleh yang aku beli dari Jerman dan Belanda. Na Akhirnya kita masuh ada waktu dan kita keluar pakai mobil puter-puter di seputar menara Paris itu. Terasa aku ada di Monas saja. Â Â Â
Usai muter-muter, kita juga akhirnya harus berpisah. Sambil santai sejanak kita ngobrol-ngobrol kecil. Dan tak lupa mengisap rokok kebiasaan lelaki Indonesia yang kalau ngak merokok tidak lega ha ha ha. Tidak semua si.Â
Sampai sini cerita pengalaman aku saat ke Paris minggu lalu. Selamat menikmati .
Siti AsiyahÂ
Bonn 28.02.2024Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H