Tak dapat dipungkiri, tantangan dalam praktek daur ulang pun banyak terjadi. Pengecekkan kualitas sampah dapat terhambat karena kontaminasi sampah lainnya yang akhirnya mempengaruhi efisiensi proses daur ulang. Kebijakan pemerintah yang mendukung sangat diperlukan dalam keberlanjutan ini, entah dengan cara program insentif atau larangan penggunaan bahan tertentu. Termasuk mengenai regulasi tentang pengelolaan limbah, pengenaan pajak atau intensif fiskal untuk perusahaan yang menerapkan teknologi ramah lingkungan, serta pembatasan pada penggunaan barang-barang sekali pakai yang sulit untuk didaur ulang.Â
Investasi dana untuk membangun fasilitas daur ulang modern, termasuk pusat daur ulang juga harus diperhatikan oleh pemerintah, dengan cara mengajak sektor swasta untuk peningkatan kapasitas pengelolaan limbah daur ulang serta pengembangan pasarnya. Tidak dilupakan juga, pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan dan program yang diberlakukan berjalan efektif dan berkelanjutan melalui monitoring dan evaluasi.Â
Seperti contoh, di Bogor penggunaan plastik di supermarket sudah ditiadakan. Hal tersebut memiliki potensi untuk mempercepat adopsi dan peningkatan efektivitas daur ulang di tingkat masyarakat. Inisiatif masyarakat untuk mengadakan kolaborasi antar pihak seperti organisasi non-pemerintah (NGO), bisnis, dan institusi lainnya juga memperkuat praktik daur ulang.Â
Fakta yang dituliskan oleh Media BBC pada salah satu artikel, bahwa daur ulang mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 700 ton per tahun. Pada dasarnya, daur ulang memang baik untuk iklim. Namun ternyata beberapa proses daur ulang juga dapat menghasilkan gas rumah kaca.Â
Sebagai individu, kita memiliki peran penting dalam keterlibatan proses daur ulang. Dimulai dari hal kecil, memilah sampah sesuai dengan kategorinya sampah organik dan non-organik di rumah, menggunakan barang-barang yang masih dapat digunakan, dan mendukung UMKM produk daur ulang. Dengan cara-cara tersebut, kita terhitung membantu keefektifitasan proses daur ulang karena tidak perlu lagi melalui proses pemilahan sampah. Kontribusi ini juga bisa menjadi wujud untuk mewariskan kepada generasi yang mendatang dalam keadaan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H