Mohon tunggu...
Siti Aqila Nursilmina
Siti Aqila Nursilmina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa di Universitas Lampung

As an international relations student, I'm captivated by the power of communication. Since August 2023, I've built a thriving TikTok community with 50,000+ likes and 600+ followers, showcasing my skills as a public speaker, creator, and strategic storyteller. Driven by a passion for impact, I also excel in project management, utilizing Workspace (formerly G Suite) to plan, organize, and execute projects with precision and creativity. My deep interest in the Sustainable Development Goals (SDGs) fuels my desire to make a positive difference in the world. I actively seek opportunities to champion social responsibility and collaborate with like-minded individuals. Whether tackling complex projects or navigating diverse perspectives, I thrive in team environments, fueled by a contagious enthusiasm and an insatiable thirst for knowledge. I'm not just content with the present – I'm constantly seeking new ways to grow and evolve. My dedication to continuous learning ensures I stay ahead of the curve, bringing fresh ideas and innovative approaches to every challenge. I'm eager to leverage my diverse skill set and unwavering commitment to make a meaningful impact in a dynamic and impactful organization. I hope this helps! Feel free to ask if you have any other questions and look forward for the collaboration

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Perempuan dalam Politik - Retno Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia

5 Juni 2024   23:31 Diperbarui: 5 Juni 2024   23:42 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Source: Website Kementerian Luar Negeri Indonesia

Sejarah Representasi Perempuan dalam Politik

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pengakuan terhadap pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di berbagai sektor masyarakat, termasuk politik. Secara historis, perempuan kurang terwakili dalam kepemimpinan politik, namun terdapat peningkatan signifikan dalam jumlah perwakilan perempuan dalam politik di seluruh dunia. Menurut Sarah Palin, kandidat wakil presiden Partai Republik pada tahun 2008, perempuan di Amerika telah membuat kemajuan dalam memecahkan langit-langit kaca tertinggi. Namun, tidak hanya di Amerika Serikat saja perempuan telah mencapai kemajuan dalam bidang politik 

Sepanjang sejarah, perempuan telah memainkan peran penting dalam membentuk institusi, kehidupan sosial, politik, dan reformasi. Salah satu komponen kunci kepemimpinan feminis adalah analisis realitas sosio-ekonomi dan lensa ideologis yang mendasari analisis tersebut. Pengakuan atas keterwakilan perempuan dalam politik berasal dari pemahaman bahwa perempuan membawa perspektif, pengalaman, dan prioritas unik dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa memiliki perwakilan perempuan dalam politik mempunyai beberapa dampak positif terhadap pemerintahan dan masyarakat secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa perwakilan perempuan cenderung memprioritaskan isu-isu seperti layanan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial, dan kesetaraan gender. Hal ini mengarah pada kebijakan yang lebih inklusif yang menjawab kebutuhan dan kekhawatiran masyarakat yang beragam.

Tantangan dalam Representasi Perempuan

Meskipun terdapat peningkatan dalam jumlah perempuan yang terlibat dalam politik, tantangan-tantangan yang signifikan masih ada. Beberapa di antaranya termasuk:

  1. Batasan Budaya dan Tradisional: Di beberapa masyarakat, budaya dan tradisi masih menjadi hambatan besar bagi partisipasi perempuan dalam politik. Norma-norma patriarki dapat membatasi akses perempuan ke dalam ruang politik.

  2. Diskriminasi dan Stereotip: Perempuan seringkali dihadapkan pada diskriminasi dan stereotip negatif yang menghalangi kemajuan mereka dalam politik. Misalnya, perempuan dianggap kurang mampu untuk memimpin atau dianggap kurang ahli dalam bidang-bidang tertentu.

  3. Kurangnya Dukungan: Dukungan politik dan finansial yang diperlukan untuk kampanye politik seringkali sulit diakses bagi perempuan, terutama di negara-negara berkembang.

  4. Ketidaksetaraan Kebijakan: Kebijakan yang tidak mengakomodasi kebutuhan dan perspektif perempuan juga menjadi hambatan dalam mencapai representasi yang adil.

Keterlibatan perempuan dalam politik Indonesia masih tergolong  rendah, terutama pada bidang diplomatik. Hanya 40% diplomat dan petugas konsuler Indonesia yang berjenis kelamin perempuan, sedangkan jumlah duta besar luar biasa dan berkuasa penuh hanya 13%. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang terjadi dalam dunia politik yang sering kali didominasi oleh laki-laki. 

Keberadaan perempuan yang mengemban peran penting seperti Menteri Luar Negeri memiliki dampak yang signifikan. Salah satu contoh yang menonjol adalah Retno Marsudi, diplomat senior Indonesia yang telah menjadi Menteri Luar Negeri sejak 2014. Dia memulai karir diplomatiknya pada tahun 1986 dan telah menjabat di berbagai posisi penting di Kementerian Luar Negeri Indonesia serta di berbagai pos perwakilan Indonesia di luar negeri. Pada 27 Oktober 2014, dia diangkat sebagai Menteri Luar Negeri oleh Presiden Joko Widodo, menjadikannya wanita pertama yang mengemban posisi tersebut dalam sejarah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun