Mohon tunggu...
Siti Aprianti
Siti Aprianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - siswa

kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Lebih Dekat Tentang Penyakit Asam Lambung : Gerd

23 Maret 2024   15:13 Diperbarui: 23 Maret 2024   15:37 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang cukup umum terjadi di masyarakat. Penyakit ini terjadi akibat naiknya asam lambung dari lambung ke dalam kerongkongan. Sphincter esofagus bagian bawah yang seharusnya berfungsi sebagai katup untuk mencegah asam lambung naik kembali ke kerongkongan menjadi lemah pada penderita GERD. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan, seperti sensasi terbakar di dada (heartburn), regurgitasi, nyeri dada, bersendawa, dan kesulitan menelan.

Prevalensi GERD semakin meningkat di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang dapat disebabkan oleh perubahan gaya hidup modern dan pola makan yang buruk. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), sekitar 20% orang dewasa di Amerika Serikat menderita gejala GERD setiap minggu. Hal ini mengindikasikan bahwa GERD menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius.

Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena GERD antara lain obesitas atau kelebihan berat badan, kebiasaan merokok, konsumsi makanan pedas dan berlemak, serta riwayat keluarga dengan kondisi serupa. Selain itu, kehamilan, asupan alkohol, dan kondisi medis tertentu seperti hernia hiatus juga dapat memperburuk gejala GERD.

Penyakit GERD bukan hanya mengganggu kenyamanan hidup penderitanya, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat GERD adalah esofagitis, Barrett's esophagus (perubahan sel-sel esofagus yang dapat meningkatkan risiko kanker), striktur esofagus (penyempitan pada esofagus), dan bahkan aspirasi pneumonia (infeksi paru-paru akibat masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan).

Jumlah penderita GERD yang semakin meningkat serta dampak negatif yang ditimbulkannya menunjukkan pentingnya edukasi mengenai pencegahan, diagnosis, dan penanganan penyakit ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang GERD, diharapkan masyarakat dapat mengenali gejala-gejala awal, mengadopsi gaya hidup sehat, dan mengikuti pengobatan yang tepat untuk mengendalikan penyakit ini. Melalui artikel ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai gejala, diagnosis, serta penanganan GERD untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kondisi ini.

PEMBAHASAN

1. Penyebab GERD

   - Sfingter Esofagus : Salah satu penyebab utama GERD adalah kelemahan sfingter esofagus bagian bawah. Sfingter tersebut seharusnya berfungsi sebagai katup untuk mencegah asam lambung naik ke kerongkongan. Ketika sfingter tersebut melemah, terjadi refluks asam lambung yang menyebabkan gejala GERD.

   - Faktor Risiko :  Beberapa faktor risiko yang dapat memicu atau memperburuk GERD meliputi kelebihan berat badan, kebiasaan merokok, konsumsi makanan pedas dan berlemak, serta kondisi medis tertentu seperti hernia hiatus.

2. Gejala dan Diagnosis GERD

   - Gejala Umum : Gejala yang sering terjadi pada penderita GERD antara lain heartburn (sensasi terbakar di dada), regurgitasi (perasaan asam naik kembali), nyeri dada, sering bersendawa, dan kesulitan menelan.

   - Diagnosis : Diagnosis GERD dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan uji penunjang seperti endoskopi, manometri esofagus, pH-metri, serta barium swallow untuk menegakkan diagnosis dan mengevaluasi tingkat keparahan penyakit.

3. Penanganan dan Pengobatan GERD

   - Modifikasi Gaya Hidup : Modifikasi gaya hidup menjadi langkah pertama dalam penanganan GERD. Hal ini meliputi menghindari makanan dan minuman yang memicu gejala, mengonsumsi makanan tinggi serat, mengatur pola makan, dan menjaga berat badan ideal.

   - Obat-obatan : Dokter dapat meresepkan obat antasida untuk mengurangi asam lambung, inhibitor pompa proton untuk menghambat produksi asam lambung, atau obat penghambat H2 untuk mengurangi asam lambung.

   - Terapi Bedah : Pada kasus yang parah atau tidak merespons dengan baik terhadap pengobatan medis, terapi bedah seperti fundoplikasi dapat menjadi pilihan untuk menguatkan sfingter esofagus.

4. Komplikasi dan Pencegahan

   - Komplikasi : Jika tidak ditangani dengan baik, GERD dapat menyebabkan komplikasi serius seperti esofagitis, Barrett's esophagus, striktur esofagus, dan aspirasi pneumonia.

   - Pencegahan : Pencegahan GERD meliputi menghindari faktor risiko, menjalani gaya hidup sehat, mengontrol berat badan, dan rutin berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan yang tepat.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang penyebab, gejala, diagnosa, pengobatan, serta pencegahan GERD, diharapkan masyarakat dapat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan mereka dan mengurangi risiko terkena penyakit ini. Konsultasikan dengan dokter untuk penanganan yang optimal sesuai dengan kondisi individu masing-masing.

 PENUTUP

Penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah kondisi medis yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Gejala yang ditimbulkan oleh GERD seperti heartburn, regurgitasi, dan kesulitan menelan dapat mengganggu kualitas hidup sehari-hari dan menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius bukan hanya dari penderitanya, tetapi juga dari masyarakat umum dan tenaga medis untuk pencegahan, diagnosis, dan penanganan yang efektif.

Pentingnya pemahaman terhadap GERD terletak pada kemampuan untuk mengenali gejala-gejala awal, mengetahui faktor risiko, serta mengadopsi gaya hidup sehat sebagai upaya pencegahan. Dengan pengetahuan yang tepat, masyarakat dapat mengurangi risiko terkena GERD atau mengelola kondisi tersebut dengan baik jika sudah menderita.

Diagnosis dini dan penanganan yang tepat sangat penting dalam mengelola GERD. Pemeriksaan medis yang komprehensif, termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik, dan uji penunjang, diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan mengevaluasi tingkat keparahan penyakit. Hal ini akan memungkinkan dokter untuk memberikan pengobatan yang sesuai dan mengurangi risiko komplikasi yang dapat timbul.

Modifikasi gaya hidup merupakan langkah utama dalam pengelolaan GERD. Menghindari makanan dan minuman yang memicu gejala, mengatur pola makan, dan menjaga berat badan ideal dapat membantu mengurangi intensitas gejala yang dirasakan. Selain itu, penggunaan obat-obatan seperti antasida, inhibitor pompa proton, atau obat penghambat H2 dapat membantu mengontrol produksi asam lambung dan meredakan gejala GERD.

Pentingnya edukasi dan kesadaran masyarakat tentang GERD juga tidak boleh diabaikan. Informasi yang akurat dan mudah dipahami tentang penyakit ini dapat membantu individu untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan pencernaannya. Konsultasi dengan tenaga medis profesional, seperti dokter spesialis gastroenterologi, akan memberikan panduan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing individu.

Dengan demikian, melalui pemahaman yang lebih baik tentang penyebab, gejala, diagnosa, pengobatan, serta pencegahan GERD, diharapkan bahwa masyarakat dapat mengurangi dampak penyakit ini dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Kesadaran akan pentingnya kesehatan saluran pencernaan serta upaya preventif yang konsisten akan membantu mengurangi prevalensi GERD di masyarakat. Artinya, melalui edukasi dan tindakan yang tepat, kita dapat mengendalikan GERD dan mencegah komplikasi serius yang dapat timbul.

Referensi :

1. Badillo, R., & Francis, D. (2014). Diagnosis and treatment of gastroesophageal reflux disease. World journal of gastrointestinal pharmacology and therapeutics, 5(3), 105--112. doi:10.4292/wjgpt.v5.i3.105

2. El-Serag, H. B., Sweet, S., Winchester, C. C., & Dent, J. (2014). Update on the epidemiology of gastro-oesophageal reflux disease: a systematic review. Gut, 63(6), 871--880. doi:10.1136/gutjnl-2012-304269

3. Kahrilas, P. J., Shaheen, N. J., & Vaezi, M. F. (2008). American Gastroenterological Association Institute Technical Review on the Management of Gastroesophageal Reflux Disease. Gastroenterology, 135(4), 1392--1413. doi:10.1053/j.gastro.2008.08.044

4. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. (2021). Gastroesophageal Reflux (GER) and Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) in Adults. Retrieved from [https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/acid-reflux-ger-gerd-adults](https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/acid-reflux-ger-gerd-adults)

5. Vakil, N., van Zanten, S. V., Kahrilas, P., Dent, J., Jones, R., & the Global Consensus Group. (2006). The Montreal definition and classification of gastroesophageal reflux disease: a global evidence-based consensus. The American Journal of Gastroenterology, 101(8), 1900--1920. doi:10.1111/j.1572-0241.2006.00630.x

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun