Tentunya guru harus bijak dengan memberi waktu, kesempatan bahkan aktif terlibat dalam "menyediakan" makanan, minuman atau ruang untuk siswa memenuhi kebutuhan utama tersebut.Â
Bahkan guru juga mempunyai peran menciptakan lingkungan dan situasi yang membuat siswa merasa aman dengan memastikan tidak ada perundungan, mendapat perhatian dengan menyapa dan menanyakan keadaan siswa, mendapat penghargaan dengan mengapresiasi hasil kerja siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengaktualisasikan dirinya dengan memberi kesempatan tampil di depan kelas atau terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Dari pemaparan tersebut kita dapat melihat bahwa guru tidak hanya mempunyai peran pedagogis dalam melakukan transfer ilmu atau memfasilitasi kegiatan belajar siswa, namun guru juga berperan sebagai pembimbing, pelindung dan pengayom bagi siswa-siswa nya.Â
Hal tersebut menjelaskan betapa mulia tugas seorang guru. Hirarki Maslow tidak dapat berlaku kepada semua orang/siswa karena ada beberapa orang/siswa mempunyai prioritas kebutuhan yang berbeda.Â
Sebagai contoh, ada beberapa orang/siswa tetap dapat berkonsentrasi dan fokus bekerja/belajar dalam keadaan lapar atau haus dan bisa saja pada beberapa orang kebutuhan dasar tidak menjadi penting dan mereka bisa loncat memprioritaskan kebutuhan pada tingkat diatasnya bahkan kebutuhan paling tinggi yaitu aktualisasi diri (kebermanfaatan).Â
Contoh kasus seperti ini terjadi pada tokoh-tokoh besar seperti Mahatma Gandhi, Rembrandt, Van Gogh dan lain sebagainya. Namun Hirarki Maslow tetap dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan sumber daya manusia di organisasi, perusahaan, institusi, dsb nya agar pencapaian visi-misi dari lembaga-lembaga tersebut dapat terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H