Pada metode Montessori guru tidak bertugas sebagai pengajar tetapi lebih kepada fasilitator yang mengenalkan anak kepada berbagai media belajar dan mengarahkan mereka untuk dapat belajar dari media tersebut serta mengamati anak selama beraktifitas di dalam kelas. Guru berperan sebagai katalis yang mengaktifkan hubungan anak dengan lingkungan belajar (kelas). Guru harus memahami filosofi dan perkembangan anak dengan baik sehingga dapat berkomunikasi dengan anak secara efektif untuk dapat membantu anak mengoptimalkan potensinya. Menjadi penting bagi guru untuk terus melakukan pengembangan diri agar dapat memainkan perannya sebagai katalis.
 Bila kita perhatikan penjabaran sekilas dari metode Montessori, sangat nampak bahwa fokus dari metode ini adalah menciptakan sebuah lingkungan yang dapat menstimulasi kegiatan belajar secara mandiri sehingga siswa terlatih membuat keputusan, dapat berkomunikasi, berkolaborasi dan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara mandiri. Bila dari kecil mereka sudah dilatih untuk memiliki ketrampilan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat saat mereka memasuki usia dewasa. Karena semua ketrampilan tersebut merupakan bagian dari karakter yang diperlukan pada abad 21.
Mengenai asumsi bahwa metode Montessori mahal, menurut penulis hal tersebut relatif dan dapat disiasati dengan memberdayakan Usaha Mikro Kecil & Menengah dalam pengadaan media belajar yang alami dan memenuhi standar keamanan dan keselamatan siswa. Dan bukanlah suatu hal yang rugi ketika kita berinvestasi untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik bagi sang buah hati. Seperti pepatah "If you pay peanuts, you get monkeys" yang maknanya kita akan mendapatkan apa yang kita bayar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H