Mohon tunggu...
Siti Annisa Mulyaningsih
Siti Annisa Mulyaningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Psikologi

Tidak ada yang tidak mungkin dengan do'a dan usaha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Metode Kreatif Pembelajaran Anak Disleksia

12 Januari 2025   14:08 Diperbarui: 12 Januari 2025   14:06 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disleksia adalah jenis kesulitan belajar pada anak yang mengakibatkan hambatan dalam kemampuan membaca. Gangguan ini tidak terkait dengan masalah penglihatan, pendengaran, kecerdasan, atau keterampilan berbahasa. Sebaliknya, disleksia disebabkan oleh gangguan dalam proses otak yang memengaruhi penerimaan dan pengolahan informasi (Safitri et al., 2022).

Berikut adalah metode belajar yang dapat memantik semangat belajar anak disleksia

1. Flashcard

Edit canva_flascard

Games flashcard untuk anak dengan disleksia dapat menjadi alat yang efektif untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan membaca, mengeja, dan memahami kata-kata. Anak dengan disleksia sering kali membutuhkan pendekatan belajar yang menyenangkan, interaktif, dan multisensori. Berikut adalah beberapa ide dan cara membuat game flashcard yang dapat membantu:

a. Flashcard dengan Gambar dan Kata-Kata

Cara Bermain:

Gunakan flashcard dengan gambar di satu sisi dan kata yang sesuai di sisi lainnya.

Anak diminta mencocokkan gambar dengan kata.

Fokus pada kata-kata yang sederhana dan memiliki pola fonetik yang jelas (contoh: "kucing" dengan gambar kucing).

Manfaat:

Membantu anak menghubungkan gambar dengan kata, sehingga mempermudah mereka mengingat.

b. Game "Tebak Kata" dengan Suara

Cara Bermain:

Gunakan flashcard dengan kata tertulis, lalu baca kata tersebut dengan lantang.

Minta anak menunjuk atau menunjukkan kartu yang sesuai dengan kata yang disebutkan.

Bisa dilakukan dengan urutan acak agar anak lebih tertantang.

Manfaat:

Melibatkan indera pendengaran dan penglihatan, mendukung pembelajaran multisensori.

c. Mencari Huruf yang Hilang

Cara Bermain:

Buat flashcard dengan kata-kata yang hurufnya hilang, misalnya: "k_cing" untuk "kucing".

Minta anak melengkapi huruf yang hilang menggunakan flashcard huruf terpisah.

Manfaat:

Meningkatkan kesadaran fonologis dan kemampuan mengeja.

d. Warna dan Huruf

Cara Bermain:

Buat flashcard dengan warna berbeda untuk setiap huruf dalam kata (contoh: "k-u-c-i-n-g" dengan huruf warna-warni).

Minta anak membaca setiap huruf atau kata sambil menunjuk warna yang sesuai.

Manfaat:

Membantu anak mengenali pola huruf dan memori visual.

e. Game "Memory Match"

Cara Bermain:

Buat dua set flashcard: satu dengan gambar dan satu dengan kata.

Letakkan semua kartu tertutup di atas meja.

Anak harus mencocokkan gambar dengan kata yang sesuai.

Manfaat:

Melatih daya ingat dan meningkatkan pengenalan kata.

f. Flashcard Berbasis Suara dan Sentuhan

Cara Bermain:

Tambahkan elemen sentuhan, seperti huruf timbul atau tekstur pada flashcard.

Anak dapat meraba huruf sambil mengucapkannya dengan lantang.

Manfaat:

Membantu anak yang lebih responsif terhadap rangsangan taktil.

g. "Kata Panjang vs. Kata Pendek"

Cara Bermain:

Gunakan flashcard dengan kata pendek (contoh: "rumah") dan kata panjang (contoh: "berlari").

Minta anak mengelompokkan kartu berdasarkan panjang kata.

Manfaat:

Membantu anak memahami struktur kata dan suku kata.

Tips Membuat Flashcard:

Font yang Ramah Disleksia: Gunakan font seperti OpenDyslexic, Comic Sans, atau Arial.

Huruf Besar dan Jelas: Pastikan kata-kata ditulis dengan ukuran besar agar mudah dibaca.

Gunakan Warna Kontras: Pilih latar belakang dan teks dengan warna kontras tinggi untuk visibilitas lebih baik.

Sederhana: Hindari elemen visual yang terlalu ramai atau mengganggu.

Dengan membuat aktivitas flashcard yang interaktif dan menyenangkan, anak dengan disleksia akan merasa lebih termotivasi untuk belajar. Pendekatan ini juga dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan membaca dan mengeja secara bertahap.


2. Puzzle Huruf

18-678368bbed64152197724082.png
18-678368bbed64152197724082.png

Edit canva_puzzle

Metode Puzzle Huruf Taktil

Metode ini sangat efektif untuk anak dengan disleksia karena melibatkan sentuhan, penglihatan, dan pendengaran, mendukung pembelajaran multisensori.

Cara Bermain:

Siapkan Puzzle Huruf Taktil

Gunakan potongan huruf berbahan tekstur, seperti kain flanel, kertas pasir, atau busa.

Pastikan setiap huruf memiliki warna mencolok untuk mempermudah pengenalan visual.

Rasakan dan Sebutkan Huruf

Berikan satu potongan huruf kepada anak.

Ajak mereka meraba bentuk huruf dengan jari sambil Anda menyebutkan nama dan bunyi huruf tersebut (contoh: "Ini A, bunyinya 'a'.").

Temukan Tempatnya

Sediakan papan atau template yang memiliki ruang sesuai bentuk huruf.

Minta anak mencocokkan huruf yang mereka pegang dengan ruang yang sesuai di papan.

Susun Huruf Menjadi Kata

Setelah anak mengenali huruf, beri mereka beberapa potongan untuk menyusun kata sederhana, seperti "M-A-I-N" untuk "main."

Bantu anak menyebutkan setiap huruf dan membaca kata setelah selesai disusun.

Mengapa Metode Ini Efektif?

Multisensori: Melibatkan sentuhan (meraba), penglihatan (melihat bentuk huruf), dan pendengaran (mendengar bunyi huruf).

Meningkatkan Fokus: Aktivitas fisik seperti meraba membuat anak lebih terlibat.

Mudah Dimodifikasi: Bisa digunakan untuk pengenalan huruf, kata, atau bahkan kalimat sederhana.

Metode ini sederhana, menyenangkan, dan dapat dilakukan di rumah atau sekolah.


3. Spelling Method

17-678368c534777c38eb2cb8c4.png
17-678368c534777c38eb2cb8c4.png

Edit canva_spelling

Metode Spelling Method untuk Anak Disleksia adalah pendekatan multisensori yang dirancang untuk membantu anak memahami, mengingat, dan mengeja kata dengan cara yang terstruktur. Metode ini memanfaatkan pengulangan, suara, visual, dan aktivitas fisik untuk meningkatkan kemampuan anak dengan disleksia dalam mengeja.

Langkah-Langkah Spelling Method

1. Pilih Kata yang Tepat

Mulailah dengan kata sederhana dan fonetik yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak, seperti "kucing" atau "makan".

Hindari kata dengan pola ejaan yang rumit di awal.

2. Perkenalkan Kata Secara Multisensori

Visual: Tunjukkan kata pada kartu dengan huruf besar dan jelas.

Auditori: Bacakan kata dengan lantang dan perlahan, pisahkan suku kata (misalnya: "ku-cing").

Taktil: Minta anak menelusuri huruf pada kartu menggunakan jari mereka.

3. Pisahkan Kata Menjadi Huruf atau Suku Kata

Tuliskan kata di papan tulis atau kertas.

Pisahkan menjadi huruf atau suku kata, lalu minta anak membaca setiap bagian.
Contoh:

Huruf: "K-U-C-I-N-G"

Suku Kata: "ku-cing"

4. Eja Kata dengan Lantang (Spelling Out Loud)

Ajak anak mengeja kata sambil menunjuk setiap huruf.

Ucapkan kata setelah selesai mengeja:
Contoh: "K-U-C-I-N-G, Kucing."

5. Gunakan Gerakan Fisik

Kombinasikan ejaan dengan gerakan, seperti melompat sambil menyebutkan setiap huruf atau menulis huruf besar di udara.

Gerakan fisik membantu memperkuat ingatan melalui keterlibatan tubuh.

6. Latih Penulisan Kata

Minta anak menulis kata secara perlahan sambil menyebutkan hurufnya satu per satu.

Jika ada kesalahan, tunjukkan huruf yang salah dan minta mereka mencoba lagi.

7. Berikan Penguatan Positif

Apresiasi setiap usaha anak, baik itu benar maupun mendekati benar.

Gunakan pujian seperti, "Hebat! Kamu hampir selesai dengan benar."

Mengapa Spelling Method Efektif untuk Anak Disleksia?

Multisensori: Melibatkan visual, pendengaran, dan aktivitas fisik.

Terstruktur: Anak diajarkan langkah demi langkah, mengurangi kebingungan.

Pengulangan: Membantu anak dengan disleksia memori jangka panjang dan konsistensi.

Kontekstual: Anak belajar tidak hanya mengeja tetapi juga memahami arti kata.

Tips untuk Implementasi

Sabar: Anak dengan disleksia mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk menguasai kata-kata tertentu.

Variasikan Aktivitas: Buat kegiatan mengeja lebih menarik dengan permainan, seperti teka-teki atau lomba kecil.

Gunakan Kata Sehari-Hari: Pilih kata yang sering digunakan anak dalam kehidupan sehari-hari agar terasa relevan.

Metode ini dapat dilakukan di rumah atau di sekolah sebagai bagian dari pembelajaran terfokus untuk anak dengan disleksia.


4. Roleplay Guru-Siswa

19-678368d0c925c46e6c5dda24.png
19-678368d0c925c46e6c5dda24.png

Edit canva_roleplay

Pada permainan ini guru dan siswa dapat bergantian peran saat proses pembelajaran, yang mana guru berpura-pura menjadi siswa dan siswa berpura-pura menjadi guru. Model pembelajaran tersebut membuat siswa akan merasa menang karena ia dapat berperan sebagai guru. Sehingga siswa tidak merasa bosan saat belajar.


5. Games Benar-Salah

20-678368dac925c46f7754cc02.png
20-678368dac925c46f7754cc02.png

Edit canva_games menang kalah

Pada mulanya guru atau orang tua memberikan beberapa soal sesuai dengan tahap pemahaman anak. Peraturan pada games ini adalah siapa saja yang kalah pada suatu permainan (misalnya permainan suit games), jika kalah maka wajib menjawab soal. Guru atau orang tua sesekali dapat berpura-pura menjadi pihak yang kalah agar anak semangat untuk belajar lagi.


6. Ular Tangga Edukatif

21-678368e3ed641524877592b2.png
21-678368e3ed641524877592b2.png

Edit canva_ular tangga edukatif

Ular tangga edukatif dapat dibeli melalui toko-toko online atau dapat dibuat sendiri melalui aplikasi canva. Cara bermainnya terdapat sedikit modifikasi sesuai dengan kebutuhan anak. Desain dari ular tangga edukatif biasanya menyesuaikan dengan kebutuhan belajar anak.

Bagi yang ingin mendownload desain ular tangga edukatif dari penulis, dapat mendownload dari link berikut ini:

https://www.canva.com/design/DAF5cidbRgs/frgXlsygYpBHHvVZLzYGfg/edit


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun