Mohon tunggu...
Siti Anita
Siti Anita Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi menulis, membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyuman di Balik Luka

20 November 2022   11:48 Diperbarui: 20 November 2022   11:50 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam ini, di luar hujan sangat deras sekali. Suaranya terdengar bising di telinga, namun cukup menenangkan. Dan untuk mengisi kekosongan, aku memutuskan untuk bercerita. Bukan tentangku, tetapi tentang temanku.

Namanya Zafira Azarah yang biasa di panggil Ira, Ira adalah seorang gadis manis yang pendiam,  dia tidak pintar bersosialisasi jadi dia hanya memiliki beberapa orang teman. Tetapi apakah kalian tahu bahwa di lubuk hatinya sangat ingin pandai bersosialisasi agar memiliki teman yang banyak terkadang Ira merasa iri kepada orang yang sangat pandai besosialisasi. Orang-orang selalu bertanya "kenapa kamu hanya diam saja?", kalian tidak tau saja bahwa dia diam hanya dalam dunia sosial saja, namun jika kepalanya dibedah dan kamu mendengar isi kepalanya, maka sama ributnya dengan keramaian.

 Orang pendiam yang kepalanya terus ramai oleh berbagai pikiran. Menatap segalanya dalam diam dan terbiasa untuk memendam. Ira tidak terbiasa untuk menyampaikan perasaannya, ia terlalu takut untuk ditolak dan diabaikan. Kalian tau sering kali Ira dianggap sombong oleh insan lainnya, namun nyatanya ia terlalu lelah untuk berbaur dan menguras energinya hanya untuk kembali mendapatkan luka pengabaian.

Ira hanya butuh didengar, jika kamu terpilih sebagai tempat berkeluh kesahnya maka kamu beruntung karena telah ia percayai. Orang yang berhasil diseleksinya dari banyak nya orang yang bertemu dengannya di dunia ini.  Selain itu Ira adalah seorang yang peka akan lingkungan sekitarnya, dapat mendeteksi perubahan sekecil apapun itu dengan hanya di kirimi pesan, ngomong sama dia ataupun hanya dengan melihatnya.

Saking kesepiannya dia menciptakan seseorang dalam imajinasinya sendiri. Belum lagi  beban di pundaknya yang begitu berat, terkadang rasanya ingin menyerah. Ia lelah, muak, dan sangat dekat dengan kehancuran. Tetapi ada kekuatan dalam dirinya bahkan saat merasa lemah ia tetap berjuang. Dia sangat membutuhkan bantuan, tetapi dia tidak suka bergantung pada orang lain, apalagi dikasihani orang lain. Karena itu jawabannya selalu "aku baik-baik saja", "aku tidak apa-apa", "tidak usah kawatirkan aku" sambil menunjukan senyumannya.

Orang tua melihatnya bahagia karena sering tertawa, padahal aslinya berat bangat untuk bertahan sampai di titik ini. Orang-orang melihat Ira seperti tidak punya beban, padahal di belakang udah berat banget, tetapi harus pura-pura kuat agar tidak kelihatan lemah. Sampai teman-temannya ngomong "enak banget ya jadi kamu, gaada beban" ia pengen sekali menjawab "kamu ga tau aja aku sudah cape juga pura-pura untuk baik-baik saja" tapi nyatanya ia hanya bisa membalas dengan senyuman. . Ira selalu menutupi lukanya dengan sebuah senyuman, bertarung dengan keadaan demi sebuah harapan. Terkadang ira merasa tidak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya, merasa dirinya tidak ada yang spesial, selalu overthinking tentang bagaimana pendapat orang lain tentangnya. Tapi Ira tersadar kalau ia menyarah sekarang siapa yang akan meneruskan mimpi keluarganya.

Rasanya sekarang Ira ingin pergi dari pikirannya, terlalu bnyak ketakutan, takut gagal, takut gak bisa bahagiakan diri sendiri dan orang terdekat. Rasanya hidup Ira stuck d satu titik saja, sebenarnya kalau mau d ekspresikan cape, berantakan, gak tau harus susun tujuan bagaimana lagi buat tetap bertahan. Ternyata sangat susah berdamai dengan keadaan , cape batin, cape pikiran, cape sama diri sendiri. Pengen marah sama keadaan, tapi kadang Ira merasa bahagia walau hanya sementara.

Inginku mengatangan kepada Ira, "tidak papa, menyerah itu juga penting. Bentuk dari berjuang tidak selamanya harus bertahan, terkadang menyerah juga bentuk dari berjuang demi tetap waras untuk melanjutkan hidup yang panjang. Menyerah pada jalan pertama untuk mencari jalan kedua. Itu tidak papa, asalkan bukan mengakhiri semua jalannya. Aku menunggu kabar baikmu di jalan baru itu, semoga bahagia dan tenangmu benar-benar berada disitu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun