Upaya penguatan self confidence pada anak tunagrahita sebagai bekal kemandirian sosial dilakukan oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) IPB University bersama SLB Negeri Sejahtera Bogor dengan mengusung sebuah program yang diberi nama "Miracle Plans".
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah mereka yang memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Karakteristik khusus tersebut dapat berupa keterbatasan dalam hal fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, atau potensi kecerdasan (Khikmawati, 2020).
Salah satu kelompok (ABK) ialah Tunagrahita, istilah yang diberikan kepada anak yang mengalami kesulitan dalam kognisi dan memiliki tingkat intelegensi di bawah rata-rata pada anak seusianya. Selain itu, mereka cenderung kurang dalam perilaku adaptif pada masa perkembangannya. Adapun karakteristik anak tunagrahita dalam hal intelektual antara lain ingatan yang lemah sehingga cepat lupa, fokus yang rendah, sulit mempelajari hal-hal baru, dan sulit berfikir secara abstrak.
Oleh karena itu, tim PKM-PM Miracle Plans IPB University menciptakan sebuah buku berjudul “Ramah ABK” sebagai salah satu media pembelajaran untuk meningkatkan kefokusan dan tingkat motorik pada anak tunagrahita.
Berdasarkan fungsinya buku ini dibagi menjadi dua jenis. Pertama untuk anak-anak dan kedua untuk bapak/ibu guru sebagai pengajar. Perbedaannya terletak pada bagian informasi buku dan petunjuk penggunaan buku yang hanya terdapat pada buku untuk bapak/ibu pengajar yang akan menjadi akselerator anak dalam penggunaan buku Ramah ABK sebagai media pembelajaran.
Buku “Ramah ABK” merupakan buku untuk belajar angka dari 0-9 dan warna yang sekaligus melatih motorik anak. Buku “Ramah ABK” terdiri dari satu buku dengan satu set kotak berisi kancing-kancing dengan berbagai warna yang sudah ditempeli velcro. Satu halaman buku “Ramah ABK” terdiri dari satu sketsa angka yang disertai dengan ilustrasi berupa angka berwarna yang terdapat di pojok kanan atas setiap halaman buku.
Pembelajaran dimulai dengan memperkenalkan warna-warna kemudian mengasosiasikan warna dan angka dengan suatu gambar yang sudah disediakan, misalnya warna kuning itu berasosiasi dengan pisang, angka 2 berasosiasi dengan angsa. Setelah itu, Bapak/Ibu guru dapat mempraktikan terlebih dahulu cara menempelkan kancing pada buku. Setelah siswa dianggap mengerti, bapak/ibu guru memberikan kepercayaan pada mereka untuk mencoba menempelkannya secara berkelompok terlebih dahulu kemudian dilanjutkan secara individu.
“Harapannya dengan adanya buku ini dapat membantu bapak/ibu guru dalam proses pembelajaran dengan menjadikan buku ini sebagai media pembelajaran yang lebih efektif, pun untuk anak harapannya buku ini menjadi media pembelajaran yang dapat memunculkan rasa semangat belajar dan tentunya Kembali ke tujuan dapat meningkatkan kefokusan, melatih motorik anak serta mampu berperan aktif di kelasnya.” Jelas Aida selaku ketua tim