Mohon tunggu...
Siti Andriana
Siti Andriana Mohon Tunggu... Guru - Guru / Enterpreneur / Penulis

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Bilik Penantian

15 Mei 2024   13:04 Diperbarui: 15 Mei 2024   13:16 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Aku mengirim pesan pada murobbiku kak Nur Salamah, beliau memahami sekali isi hatiku. Kemudian ia menyarankan untuk membatalkan proses taaruf ini. Karena, restu orangtua adalah hal utama dalam membina rumah tangga. Aku terdiam, baru saja aku ingin menggapainya tapi aku harus melepasnya.

Tepat Oktober 2016, aku dan murobbiku sudah memberikan pernyataan membatalkan proses taaruf ini. Mungkin Farhan kecewa sekaligus marah padaku. Tapi, aku tengah dihadapkan pada pilihan yang amat sukar. Aku tak mampu melawan kegundahan dan kekecewaan orangtuaku, aku belum mampu melihat air mata mereka berlinang karena kerasnya hatiku. Aku percaya Allah telah mengirimkan jodoh terbaiknya untuk kami.

Semenjak itu Farhan tak menghubungiku lagi, putus komunikasi kami. Sekali lagi ku katakan. Mungkin ia kecewa. Tapi aku salah kali ini, ia tidak kecewa. Bahkan ia lebih tangguh dari aku. Di bulan Desember 2016 datang padaku sepucuk surat undangan pernikahan.

Ah, bercanda saja. Awalnya aku berpikir demikian. Setelah kubaca lebih lanjut, benarkah Farhan akan menikah di tahun ini? Mataku tak kuasa menahan air mata, hatiku amat nyeri tak tertahan rasanya, aku mulai menyerah, hilang angan dan harapan.

Aku sadar, aku seharusnya sudah mengikhlaskan. Bukankah Allah sudah memberikan yang terbaik untuk kami? Aku tak banyak berbuat, kuletakkan surat undangan dari Farhan di atas meja tv.

Aku bergegas ke kamar. Tak ingin kuhiraukan perkara undangan itu lagi. Tak lama hpku bergetar, ada pesan masuk. Kuraih hp itu dan kubaca pesan yang baru saja masuk.

"Assalamualaikum Mbak Faj, mohon maaf sebelumnya. Sengaja kukirimkan undangan kepada mba Faj. Jika berkenan, sile hadir ke acara saya. Mohon maaf atas segala kelemahan hati yang belum mampu memberi kebahagiaan untuk Mbak sebelumnya. Mungkin Allah sudah memberikan yang terbaik untuk masa depan kita. Tak perlu sedih ataupun gundah. Segala yang kita hadapi sudah bagian dari skenario Allah swt." Pesannya demikian.

Aku kembali terdiam. Aku peluk sajadahku dengan erat. Aku mencoba bertahan di atas lautan ini. Pelabuhan yang kutuju akan sangat jauh, mungkin butuh usaha dan doa lebih kuat. Dengan rintik gerimis dari pelupuk mata. Aku tekadkan, aku harus belajar istiqomah mempertahankan keistiqomahan hatiku menjaga segalanya, termasuk perkara hati.

"Aku lepas dengan ikhlas segala perkara hati yang berkaitan denganmu, Farhan." Gumamku lirih di sela tangis yang tak kunjung reda.

Cinta tak selamanya harus kita miliki, cinta yang terbaik adalah cinta yang datang dari Allah tanpa menghirup aroma percintaan sebelum menikah. Benar nyatanya, percintaan yang halal hanya dimiliki setelah menikah bukan sebelum menikah. Kasihku tak sampai, jalanan panjang ini tak berujung, pelayaran ini tak sampai pada pelabuhan yang kutuju. Aku berulang merayu dalam tiap doa dan sejadahku, aku ingin mendapatkan jodoh terbaik dari Allah tanpa penghalang restu dari orang tuaku lagi. Aku mulai terus memperbaiki keistiqomahanku dan lebih merapatkan barisanku dalam tuntunan Robbku.

Siti Andriana, 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun