Mohon tunggu...
Siti Ana Safiroh
Siti Ana Safiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Aku suka berangan ingin menulis. Dan sekarang mungkin waktunya menuangkan angan ku dalam coretan ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemerosotan Nilai Moral Peserta Didik Pasca Pandemi Covid-19

1 Juni 2023   09:53 Diperbarui: 1 Juni 2023   10:41 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekarang ini telah memasuki masa pasca pandemi covid-19. Segala tatanan kehidupan di masyarakat berubah, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Akibat pandemi covid-19 kemarin membuat lembaga pendidikan harus ekstra keras dalam menormalisasikan pendidikan di Indonesia. Banyak sekali problematika yang dihadapi oleh lembaga pendidikan, salah satunya adalah kemerosotan nilai moral akhlak pada peserta didik. Hal ini disebabkan oleh adanya pandemi covid-19 yang kemarin sempat mewabah negara kita selama kurang lebih dua tahun. 

Selama kurang lebih dua tahun ini, para peserta didik menjadi kurang interaksi dengan orang lain. Saat pandemi, siswa hanya diberi tugas oleh gurunya secara daring, yang menyebabkan kurangnya interaksi langsung antara guru dengan siswanya. Faktor lingkungan rumah juga sangat perpengaruh terkait perkembangan sikap moral adab dan akhlak seorang siswa. Tak jarang ketika siswa di rumah menjadi bebas dan kurang perhatian dari keluarga. Seperti asik bermain game dan menyepelekan pekerjaan sekolah dan orang tua.

Kemudian pasca pandemi ini peserta didik sudah diperkenankan masuk sekolah dan belajar secara offline tatap muka di kelas dengan syarat mematuhi protokol kesehatan. Namun pada saat masuk sekolah ini terjadi kemerosotan nilai moral pada peserta didik secara drastis. Mengingat selama kurang lebih dua tahun tersebut siswa menjadi kurangnya interaksi dengan guru dan perhatian mengenai pendidikan moral.

Seperti salah satu contoh kasus siswa yang berkata kotor kepada gurunya saat hendak dibangunkan ketika tidur di dalam kelas. Guru yang saat itu mengajar di kelas tersebut perempuan, dan siswa yang tidur ini adalah laki-laki. Saat hendak dibangukan oleh gurunya dengan cara digerakkan tubuhnya, siswa tersebut merasa terganggu dan secara spontan mengeluarkan kata-kata kotor kepada guru tersebut. Tentu guru tersebut sakit hati atas perkataan dari siswanya tersebut. Kemudian siswa tersebut menyadari bahwa yang dia "pisuhi" ternyata gurunya.

Dari contoh kasus di atas sudah terlihat jelas bahwa sikap dan akhlak anak tersebut jauh dari kata baik. Mengingat ketika siswa sudah di rumah yang artinya sudah kembali dalam tanggungjawab pengawasan oleh orang tuanya sendiri. Ini menjadi PR besar bagi para orang tua yang harus bisa memberikan parenting yang baik terutama mengenai pesoalan akhlak, adab dan nilai moral si anak.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Kahfi ayat 66-69 mengenai bagaimana sikap dan adab seorang murid terhadap guru. Salah satunya dengan sikap rendah hati terhadap guru. Seorang murid harus mengakui bahwa dirinya masih belum mengerti banyak hal. Oleh karena itu, murid harus rendah hati terhadap guru, tidak membantah ataupun durhaka seperti tidak berkata kasar, merendahkan diri padanya, mengikuti segala perintahnya selagi tidak bertentangan dengan syariat agama. 

Dan guru boleh menolak permintaan murid jika permintaan muridnya dianggap membertakan bagi gurunya. Kemudian seorang murid juga harus memiliki rasa sabar yang besar. Dengan sabar itu siswa akan memperoleh apa yang ia inginkan nantinya. Serta seorang murid haruslah memiliki semangat dalam belajar yang tinggi. Karena semangat belajar ini sangat penting untuk siswa agar dalam proses belajar mengajar ilmu yang disampaikan oleh guru dapat tersampaikan dengan baik.

Pentingnya penanaman pendidikan agama islam bagi seorang anak dapat dimulai sejak dini. Hal ini bertujuan agar anak dapat terlatih memiliki sikap "andap ashor" terhadap orang lain. Para orang tua dapat memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan non formal seperti pondok pesantren, yang di dalamnya pasti akan banyak diajarkan berbagai macam pengetahuan ilmu agama dan tentu tentang cara berakhlak yang baik. Dan mampu mewujudkan generasi bangsa yang memiliki budi pekerti yang luhur serta moralitas yang tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun