Mohon tunggu...
Sitiana Azahra
Sitiana Azahra Mohon Tunggu... Lainnya - XI MIPA 1 (29)

Pelajar SMAN 28 jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku "The Architecture of Love" Karya Ika Natassa

8 Maret 2021   14:08 Diperbarui: 8 Maret 2021   14:51 3077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Identitas Buku : 

Judul Buku : The Architecture of Love

Pengarang : Ika Natassa

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : Cetakan ketiga, Juli 2016

Tebal Buku : 304 halaman

Harga Buku : Rp 84.000,00

ISBN : 978-602-03-2926-0

Ika Natassa adalah seorang penulis terkenal Indonesia yang karya-karyanya telah menjadi buku bestseller seperti A Verry Yuppy Wedding, Divortiare, Twivortiare, Antologi Rasa, dan Critical Eleven. Bahkan beberapa karyanya telah diangkat ke layar lebar. Novel The Architecture of Love ini merupakan novel yang unik dikarenakan plot dari cerita ini ditentukan oleh mba Ika bersama para pengikut mba Ika di Twitter lewat #PollStory.

Sinopsis Buku :

People say that Paris is the city of love, but for Raia, New York deserves the title more. It's impossible not to fall in love with the city like it's almost impossible not to fall in love in the city.

Raia, seorang penulis muda terkenal yang buku-bukunya menjadi best seller bahkan banyak dari bukunya yang diangkat ke layar lebar. Sayangnya, penulis muda ini mengalami kenyataan pahit yaitu ada yang hilang dalam dirinya sehingga membuatnya belum bisa menorehkan satu kalimat pun. Ia kehilangan muse-nya, sumber inspirasinya. Dua tahun mengalami writer's block membuat Raia memutuskan untuk kabur sejauh-jauhnya dan berakhir menginjakkan kaki di New York.

River, seorang arsitek yang sudah setahun tinggal di New York. Namun kata tinggal sepertinya bukan kata yang tepat untuk mendefinisikan keberadaannya disini. Liburan, bukan. Mengungsi pun juga bukan. Menyepi apalagi. Namun yang jelas, Ia memutuskan utuk menjauhi Jakarta setahun lalu. Setahun sudah River tinggal di New York dan yang ia lakukan hanyalah berkeliling kota sembari menggambar gedung-gedung disana.

New York, salah satu destinasi 'pelarian' yang dipilih keduanya untuk menjauh dari hal yang telah menyakiti mereka, melarikan diri dari masa lalu. Keduanya bertemu di pertemuan tidak terduga yang terjadi pada pesta tahun baru yang ternyata membawa mereka ke pertemuan kedua yang juga tidak disengaja.

Pertemuan kedua mereka di Wollman Skating Rink menjadi awal dari pertemuan-pertemuan selanjutnya. Sejak pertemuan kedua mereka di Wollman Skating Rink, membuat keduanya sering berkeliling kota New York untuk mencari inspirasi, Raia dengan inspirasi untuk tulisannya dan River inspirasi untuk hasil karya sketch-nya.

Dengan kehadiran River, Raia dapat melihat kota New York dengan cara yang berbeda. River mengajari bahwa setiap bangunan memiliki ceritanya masing-masing yang membuat Raia lebih bersemangat untuk mencari inspirasi.

Kebersamaan mereka menyadarkan keduanya bahwa sebenarnya mereka adalah sosok-sosok yang tersesat akan masa lalu. Intensitas pertemuan keduanya yang terlampau sering pun menumbuhkan perasaan-perasaan baru dalam diri mereka. Namun, perasaan tersebut berbenturan dengan cerita masa lalu yang telah menorehkan luka dalam hati mereka. Dapatkah mereka melupakan masa lalu dan terus berjalan maju tuk mencari kebahagian baru? Ataukah mereka terus berputar dalam lingkaran masa lalu mereka?

Opini Penulis :

Buku ini berhasil membuat saya merasa sedang ikut berkelana dengan Raia dan River mengelilingi kota New York. Latar cerita yang dideskripksan dengan mendetail membuat saya semangat dalam membaca dan terus penasaran dengan kelanjutannya. Selain itu, saya juga memperoleh berbagai pengetahuan mengenai tempat-tempat di New York dengan cara River yang mengenalkan New York dengan ceritanya masing-masing. Ilustrasi yang terdapat dalam buku ini juga semakin membuat saya dapat membayangi sketch yang digambarkan oleh sosok River.

Penokohan dalam buku ini juga dibuat dengan realistis dan terasa kuat, dimana saya dapat merasakan bagaimana duka yang dialami oleh Raia dan River. Sosok River yang diam dan misterius membuat saya menjadi penasaran dan berakhir menyukai karakter River di buku ini. Sosok River juga tak kalah manis yang membuat saya tersenyum-senyum membacanya.

Konflik dalam buku ini juga cukup sederhana namun tetap dapat terasa bagaimana luka mereka ketika kehilangan sosok yang disayangi. Ketika kedua tokoh sama-sama melarikan diri, kemudian bertemu dan timbul perasaan-perasaan baru, namun keduanya masih terus berkonflik dengan diri sendiri mengenai apa yang mereka pilih, melakah maju atau terus terjebak di masa lalu.

Bahasa yang digunakan juga cukup ringan. Pembawaan dialognya pun juga mengalir dan bikin nagih untuk dibaca. Bahasa yang digunakan pun campuran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Namun, karena saya membaca ini saat saya masih di kelas 7 membuat saya sedikit kesulitan untuk mengartikan tiap perkataan yang menggunakan Bahasa Inggris.

Rekomendasi :

Buku ini menyenangkan untuk dibaca dikarenakan penggambaran latar cerita yang dapat membuat para pembacanya dapat merasakan gambaran tempat-tempat di New York sana. Beberapa ilustrasi yang hadir juga menambah nilai dari buku ini. Selain itu, konflik cerita yang sederhana membuat buku ini sangat cocok bagi kalian yang ingin membaca buku santai namun tetap dapat membayangi latar-latar ceritanya. Saya sangat merekomedasikan buku ini karena buku ini dapat menemani kalian mengisi waktu luang sembari berududuk santai dan meminum kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun