Suku bugis memiliki tradisi ekstrim yaitu sigajang laleng lipa, dimana jika dilakukan berakhir dengan kematian.Â
Sigajang laleng lipa sendiri merupakan sebuah seni bertarung suku bugis saling tikam dengan mengenakan satu sarung.
Biasanya ritual sigajang laleng lipa terjadi melalui kesepakatan yaitu jika salah satu pihak mati maka tidak dikenankan untuk memberikan sanksi kepada pemenangÂ
Tradisi ini merupakan cara suku bugis menyelesaikan konflik pribadi  yang tak terselesaikan dengan adu kekuatan, dimana pihak yang hidup dianggap sebagai pihak yang benar sebaliknya, pihak yang mati atau kalah adalah pihak yang salah.
 Selain itu, ritual tersebut bisa terjadi jika masalah berkaitan dengan harga diri. Karna masyarakat bugis menjunjung tinggi siri (harga diri). Ada salah satu ungkapan yaitu "naia tau ndek ada sirina, de lainna olokolo'e siri'e mitu tariaseng tau"  yang berarti "barang siapa yang tidak memiliki siri maka dia bukanlah siapa siapa, melainkan hanya seekor binatang".
Seiring berjalannya waktu, tradisi Sigajang laleng lipa sudah ditinggalkan oleh masyarakat suku bugis karna sudah pasti melanggar hukum namun, tradisi ini masih dilestarikan sebagai warisan budaya dan dipentaskan sebagai sebuah hiburan meski tidak lagi mempertahankan nyawa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H