Mohon tunggu...
Siti Ambarwati
Siti Ambarwati Mohon Tunggu... -

Halooow,..Assalamu'alaikum,...lam kenal. Aku mahasiswa S1 PGSD FKIP UNS Kamus VI Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harmoni, Bentuk / Struktur Lagu dan Ekspresi dalam Bermusik

25 Desember 2010   08:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:25 11320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A.Harmoni

Harmoni atau ilmu harmoni dapat diartikan sebagai ilmu untuk menyusun dan menyambung akor-akor. Harmoni juga dapat dikatakan paduan nada, yaitu paduan bunyi nyanyian atau permainan musik yang menggunakan dua nada atau lebih yang berbeda tinggi nadanya dan dibunyikan secara serentak(Padmono ; 2009). Sedangkan akor dapat diartikan sebagai susunan nada yang terdiri dari tiga nada (triad) atau lebih yang dibunyikan secara bersama sekaligus. Dengan pengertian demikian dapat diketahui bahwa harmoni sangat erat kaitannya dengan akor, dimana akor mendasari terbentuknya harmoni.

Melalui latihan dan praktek secara sungguh-sungguh dalam bermain musik, bernyanyi, sehingga diperoleh pengetahuan, kesenangan, apresiasi, dan keterampilan musik kit dapat menciptakan harmoni yang indah sebagai dasar pengetahuan dan keterampilan dalam menyelenggarakan musik. Beberapa hal yang berkaitan dengan harmoni yang dijelaskan secara singkat.

1.Akor/Triad/Trinada

Nada-nada akan semakin indah dan bermakna jika dirangkai menjadi suatu susunan yang selaras dan harmonis. Akor dapat diartikan sebagai susunan nada yang terdiri dari tiga nada (triad) atau lebih yang dibunyikan secara bersama sekaligus. Penyusunan tiga nada tersebut tidak sembarang, tetapi dengan ketentuan-ketentuan tertentu sebagaimana dijelaskan di atas, yaitu: nada alas (prime), ketiga (terts), dan kelima (kwint). Kalau di atas suatu nada ditempatkan not ketiga dan kelima dari suatu tangga nada, maka kita mendapatkan suatu akor triad. Triad atau akor trinada merupakan sumber akor, nada paling bawah disebut nada alas atau not alas yang dirangkai dengan nada-nada yang selaras (terts dan kwint).

2.Kedudukan Akor

Kedudukan akor pada akor dasar belum ada variasi, hal ini berarti ketentuan membunyikan akor nada alas harus didahulukan (khususnya untuk bes).

Sedangkan pada akor balikan / inversi dapat digunakan untuk memvariasi khususnya nada bas. Nada alas pada akor balikan tidak lagi dijadikan bas, akan tetapi nada bas dapat dipindah ke nada terts atau kwint. Penggunaan akor balikan pada permainan rythem kurang menonjol, sebab akor balikan pada rythem lebih berfungsi untuk mempermudah teknik memainkannya saja.

Nama akor menurut tingkatannya adalah :

a.Tingkatan I disebut akor tonika (tonic)

b.Tingkatan II disebut akor super tonic

c.Tingkatan III disebut akor median

d.Tingkatan IV disebut akor sub dominan

e.Tingkatan V disebut akor dominan

f.Tingkatan VI disebut akor sub median

g.Tingkatan VII disebut akor loading not/ pembimbing/ sub tonic.

3.Kadens

Perubahan yang terjadi secara terus – menerus antara T, D, S atau variasi lainnya pada saat bernyanyi dan diiringi sebuah alat musik (Padmono, 2009). Perubahan tersebut akan menjadikan musik hidup dan bergairah. Berikut beberapa kemungkinan perubahan untuk mengakhiri suatu gerakan ( kadens ), antara lain :

a.Kadens tidak sempurna

Kadens ini terjadi jika lagu berhenti dengan akor Dominan yang didahului oleh akor Tonika(T ke D), sehingga situasi ketegangan yang terkesan bahwa kalimat musik belum selesai ( dalam bahasa : seperti koma ).

b.Kadens otentik

Kadens ini terjadi pada lagu yang berhenti dengan akor T yang didahului D, sehingga terciptalah suasana lega kembali, kesannya bahwa kalimat musik di sini selesai, seperti titik diakhir kalimat.

c.Kadens sub dominan

Kadens terjadi pada lagu yang berhenti pada S yang didahului T (T ke S) ,sehingga terciptalah suatu situasi ketegangan, kesannya kalimat musik di sini belum selesai. Hal ini biasanya terjadi pada puncak lagu ( biasanya tidak berhenti di S tetapi langsung mengayun kembali ).

d.Kadens Plagal

Kadens ini terjadi bila lagu berhenti dengan akor T yang didahului akor S (S keT), sehingga terciptalah suasana lega kembali, meskipun langkah ini kurang meyakinkan kalau dibandingkan dengan kadens biasa.

e.Kadens Sempurna (Lengkap)

Kadens ini merupakan rangkaian kadens otentik dan plagal. ( T ke S ke T ke D ke T ), yaitu kadens bergerak berhenti pada T yang didahului S dan D. Bandul bergerak dari tengah mengayun ke kiri dulu dan melalui tengah sampai ke ujung kanan hingga akhirnya berhenti di tengah. Jalan ini seringkali diperpendek menjadi T ke S ke D ke T.

4.Tekstur

Sebagian besar dari kita pasti sudah tidak asing dengan paduan suara ketika upacara bendera, atau juga beberapa dari kalian ada yang sudah pernah menyaksikan orkestra. Apa yang kalian rasakan? Musik orkestra yang begitu megah? atau terpukau oleh kompaknya paduan suara sekolah?

Sajian musik dapat kita nikmati dalam berbagai bentuk sajian. Suatu saat musik disajikan dengan menonjokkan unsur melodi, kadang irama, atau penonjolan alat -alat musik, misalnya : permainan melodi guitar, bas, biola, piano, dan sebagainya. Sajian musik kadang keluar dari kebiasaan – kebiasaan sajian musik, misalnya : bas yang tetap ditahan atau melodi yang didahulukan yang kadang menimbulkan ketegangan yang memang diharapkan kelegaan sajian musik pada akhir lagu. Hal ini sering dilakukan karena pada dasarnya manusia tidak suka hal – hal yang sifatnya monoton, manusia kadang justru menyukai hal yang menyimpang tetapi menyenangkan, akan tetapi akhirnya kembali juga pada kelaziman.(Padmono, 2009)

Tekstur yaitu suatu bentuk jaringan yang berupa penggabungan unsur – unsur musik melodi dan harmoni yang menghasilkan mutu suara. Berikut bentuk tekstur yang umum dikembangkan, yang umumnya dikenal dengan paduan suara antara lain:

a.Unisono

Bentuk sajian ini semua anggota menyajikan melodi yang sama dari awal sampai akhir lagu. Sajian yang disampaikan adalah suara tunggal atau lagu pokok, baik dalam bentuk lagu instrumental sekalipun. Sangat praktis, tetapi kurang memberi keindahan musikal.

b.Homofoni

Sajian homofon dapat dilakukan dalam dua suara, tiga suara, atau empat suara. Dua suara sesuai untuk anak – anak usia sekolah dasar. Dilakukan secara bersama-sama, mulai dan menutup secara bersama.

c.Polifoni

Penyajian lagu bentuk ini terdiri dari berbagai jalur suara, tiap jalur nampak seakan – akan berjalan tanpa memperhatikan harmoni namun secara keseluruhan tetap merupakan satu kesatuan yang harmonis. Melodi yang disajikan seakan-akan mungkin saling dahulu mendahului, kejar – mengejar, bercanda atau saling menggoda dalam perjalanan mereka menuju tempat yang sama. Tetapi ciri kesatuan kelompok dan kesan persahabatan tetap terlihat dan terasakan.

d.Kanon

Pada sajian kanon, penyanyi dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan ketentuan lagunya. Tiap kelompok menyanyikan sebuah lagu yang sama secara bergantian dengan selang waktu yang ditentukan. Pada dasarnya semua lagu berjenis kanon disajikan secara sama, yaitu susul menyusul.

e.Diskan

Penyajian bentuk ini pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian lagu pokok dan diskan. Bagian lagu pokok dapat berbentuk satu suara atau lebih, tetapi tetap membawakan lagu dan teks pokok, sedangkan bagian diskan merupakan melodi sisipan dengan teks bebas yang berupa kalimat, kata, suku kata atau senandung.

f.Paduan Akhir

Penyajian bentuk ini mempunyai dasar sama dengan bentuk unisono, tetapi pada bagian akhirnya ditutup dengan paduan nada, sehingga memberi kesan akhir seperti lagu bersuara banyak.

5.Paduan Suara

Penyajian musik dapat berupa vokal atau bernyanyi maupun instrumental, dapat pula kombinasi keduanya. Salah satu penyajiannya adalah paduan suara. Paduan suara merupakan bentuk penyajian musik, khususnya menyanyi dibawakan oleh lebih dari satu orang (Padmono, 2009).

Ciri yang menonjol adalah diperlukannya seorang dirigen sebagai pemimpin, untuk memperoleh kepaduan dalam penyajian lagu paduan suara. Wilayah suara yang digunakan dapat berupa suara dada, suara tengah, dan suara kepala.

Perpaduan berbagai jenis suara manusia seperti sopran, alto, tenor, dan bass biasanya disebut koor. Koor dapat dikombinasi dari koor wanita atau anak , koor pria atau mannen koor maupun koor campuran keduanya.

Penyajian paduan suara agar menjadi lebih menarik dapat dilakukan dengan cara mengaransemen lagu. Beberapa langkah menyusun aransemen paduan suara dapat dilakukan dengan :

a.Nyanyikan lagu beserta syair dan carilah kesan mana diungkapkan di dalam nada dan kata. Suatu ajakan, renungan pribadi, seritera, syukur, sedih, gembira.

b.Nyanyikan lagu dan perhatikan ; tempo mana yang cocok, kesatuan hitungan, penggalan setengah kalimat (frase), nada paling rendah, nada paling tinggi.

c.Cari kadens mana yang mengakhiri penggalan-penggalan tadi, tulis kadensnya yang dipakai untuk menutup potongan lagu ( T-S; D-T, T-S, T-S-T, dst.).

d.Cari akor untuk setiap kesatuan hitungan (untuk 4/4 pada hitungan 1 dan 3 bila temponya sedang; 1, 2, 3, 4 untuk tempo yang sungguh lambat).

e.Buatlah suara bas atau suara bawah; dengan memperhatikan akornya ( bisa dengan akor balikan jika selain puncak lagu), tidak mengulang nada bas.

f.Sesudah bas dan melodi ada keseimbangan, artinya jalur suara bas dapat dinyanyikan dan suara atas dan bawah saling melengkapi, maka baru dimulai menyususn suara A dan T dengan cara mengarang, menambah nada hingga akor menjadi lengkap, pada suara ini hendaknya nada dapat dinyanyikan dengan baik, sebaiknya gunakan interval kecil, hindarlah vorhalt dan nada peralihan.

g.Manfaatkan motif melodi dan irama untuk suara lainnya.

h.Arah lagu jangan sampai simpang siur (naik turun seenaknya) kecuali akor sejenis.

i.Bila sopran naik, sebaiknya gunakan susunan luas, kecuali puncak lagu semua jalur diharapkan agak tinggi.

j.Suara T dapat bersimpang siur dengan A. T menentukan dengung.

k.Pada penonjolan gunakan unisolo.

(Padmono, 2009)

B.Bentuk / Struktur Lagu dan Ekspresi

1.Bentuk / Struktur Lagu

Bentuk / struktur lagu adalah susunan serta hubungan antara unsur musik dalam suatu lagu sehingga menghasilkam suatu komposisi atau lagu yang bermakna. Sedangkan yang dimaksud dengan komposisi adalah mencipta lagu (Atan Hamdju dalam Padmono, 2009). Dasar pembentukan lagu mencakup pengulangan satu bagian lagu (repetisi), pengulangan dengan berbagai perubahan (variasi, sekuen), atau penambahan bagian yang baru yang berlainan atau berlawanan (kontras), dengan selalu memperhatikan keseimbangan antara pengulangan dan perubahannya. Sedangkan untuk memahami struktur lagu dapat diperbandingkan dengan struktur kalimat dalam bahasa, yaitu :

huruf = not

kata = motif

frase = frase

kalimat = kalimat musik

bait = alinea

lagu = karya (misal : puisi)

Sebuah lagu terdiri dari beberapa kalimat musik. Jumlah kalimat musik tergantung pada panjang pendeknya lagu, sebagaimana sebuah karangan juga tergantung apakah itu prosa pendek atau panjang, puisi pendek atau panjang. Lagu yang paling sederhana terdiri dari empat atau delapan birama.

Unsur-unsur dari struktur lagu terdiri dari not, motif, frase, dan kalimat musik. Motif dapat diartikan suatu bentuk pola irama dan melodi yang pendek tetapi mempunyai arti, berguna memberi arah tertentu pada melodi yang memberi hidup pada suatu komposisi.

Frase terbentuk dari beberapa not yang membentuk suatu pola irama tertentu dalam lagu. Sepasang motif biasanya membentuk frase. Frase berkaitan teknik frasering, dimana berfungsi sebagai teknik pengambilan nafas (mencuri nafas) tanpa menghilangkan makna lagu.

Kalimat musik adalah bagian dari lagu yang biasanya terdiri dari 4 – 8 birama. Kalimat musik terbentuk dari sepasang frase dan dua kalimat musik atau lebih akan membentuk lagu.

Sering terjadi motif, frase, atau kalimat saling berhubungan dalam bentuk repetisi (pengulangan), variasi, kontras, dan sekuen (pengulangan garis melodi yang sejajar). Bentuk lagu terdiri dari lagu tunggal, biner dan ternair.

2.Ekspresi

Ekspresi merupakan ungkapan pikiran dan perasaan yang mencakup semua nuansa tempo, dinamik dan warna nada dari unsure-unsur pokok musik dalam pengelompokkan frase (frasering) yang diwujudkan oleh seniman musik atau penyanyi atau disampaikan pada pendengarnya.

Unsur ekspresi dalam musik terdiri dari tempo atau tingkat kecepatan musik, dinamik atau tingkat volume suara atau keras lunaknya suara dan warna nada tergantung dari sumber bunyi serta gaya atau cara memproduksi nada. Tempo dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: lambat, sedang, dan cepat.

Dinamik adalah tanda untuk menyatakan tingkat volume suara atau keras lunaknya serta perubahan keras lunaknya.

Warna nada dapat ditinjau dari alat musik ( suara manusia, alat musik berdawai, tiup logam, kayu, perkusi, dan keyboard ) dan cara memproduksi nada (legato, stacato, vibrato, dan sebagainya).

Wah….ternyata banyak pangetahuan baru yang kita dapatkan. Kita jadi tahu bagaimana sebuah lagu yang kita dengarkan dapat tercipta, ternyata gampang-gampang susah. Penyajian musik membutuhkan persiapan yang matang, baik dari segi suara / vocal maupun instrumennya. Dengan demikian tercipta keterpaduan yang indah yang mampu menginspirasi pendengarnya. Selamat mencoba…..(@rt_07)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun