3. Menyajikan bahasa yang sewajar mungkin pada anak baik secara ekspresif maupun reseptif.
4. Menuntun anak agar secara bertahap mampu menemukan sendiri aturan/bentuk bahasa melalui refleksi terhadap segala pengalaman bahasanya.
Implementasi metode maternal reflektif dituntut untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang hal yang dipelajari hari itu melalui bicara, anak tunarungu dituntut aktif untuk menggunakan bicaranya dan guru bisa berperan sebagai seseorang yang memahami apa yang di ucapkan oleh anak dan membenarkan ucapan anak ketika anak mengalami kekeliruan.
Sebelum melakukan Metode Maternal Reflektif, guru PAI di SLB Negeri 4 Jakarta melakukan pelemasan organ bicara yaitu mulut. Guru menstimulus lewat kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh murid. Tahap selanjutnya anak sedikit demi sedikit melakukan pembelajaran materi dengan meningkatkan volume pembelajaran dengan memberikan materi bacaan salat yang agak panjang. Kemudian dikembangkan sehingga perbendaharaan kata menjadi banyak.
Berdasarkan penelitian yang kami amati di SLBN 4 Jakarta, bahwasannya metode maternal reflektif ini merupakan suatu metode pembelajaran yang efektif bagi anak tunarungu untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terutama pada pembelajaran PAI yaitu dengan pelemasan organ mulut terlebih dahulu.
Penggunaan metode maternal reflektif (MMR) membuat anak tunarungu terbiasa dalam berbahasa ekspresif sesuai dengan pengalamannya, pengalaman yang secara terus menerus dibahasakan, pembenaran pada setiap ucapan yang dibantu dengan adanya visualisasi akan menuntun anak secara bertahap dalam menemukan aturan atau bentuk bahasa. Maka penguasaan bahasa anak tunarungu akan diperoleh secara alami dengan berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H