Mohon tunggu...
Siti AlawiyahNurfadilah
Siti AlawiyahNurfadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Metode Maternal Reflektif pada Pembelajaran PAI bagi Anak Tunarungu di SLBN 4 Jakarta

30 Juni 2023   22:38 Diperbarui: 30 Juni 2023   22:42 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang memiliki keterbatasan baik dari segi fisik, intelektual, emosi, maupun sosial. Dalam perkembangannya, anak-anak ini mengalami hambatan, sehingga berbeda dengan perkembangan anak sebayanya. Sehingga menyebabkan anak berkebutuhan khusus ini membutuhkan suatu penanganan yang khusus. Anak yang mempunyai keterbatasan fisik belum tentu mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial. Namun, apabila seorang anak mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial, biasanya mempunyai keterbatasan fisik. Ada beberapa macam anak berkebutuhan khusus, di antaranya: tunanetra (partially seeing and legally blind), tunarungu wicara (communication writing and deafness), tunagrahita (mental retardation), tunadaksa (child with phisycal disability), tunalaras (child with emotional and behavioral disorder), berkesulitan belajar (specific learning disability), hiperaktif, autis, dan anak berbakat.

Salah satu ketunaan yang akan dibahas yaitu mengenai tunarungu. Anak dengan hambatan pendengaran ini biasa disebut dengan anak tunarungu. Tunarungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar, baik secara keseluruhan atau sebagian akibat dari ketidakberfungsian alat pendengaran, hal tersebut tentu berpengaruh pada pelaksanaan kehidupan sehari-hari secara kompleks.

Menurut Mangunsong, tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi, sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa. Sedangkan menurut Murni Winarsih, tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh tidak fungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga anak tersebut tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari.

Distribusi kecerdasan yang dimiliki anak tunarungu sebenarnya tidak berbeda dengan anak normal umumnya. Hal ini disebabkan anak tuna rungu ada yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata (superior), rata-rata (average), maupun di bawah rata-rata (subnormal). Namun untuk menggambarkan keragaman kecerdasan anak tuna rungu seringkali mengalami kesulitan. Untuk mengetahui kondisi kecerdasan anak tuna rungu memerlukan cara yang agak berbeda dibandingkan dengan anak normal umumnya. Kehilangan pendengaran yang dialami oleh anak tuna rungu berdampak pada kemiskinan kosakata, kesulitan berbahasa dan berkomunikasi, efeknya dapat menyebabkan sangat signifikan tentang apa yang tidak dapat dan apa yang dapat dilakukan oleh anak tunarungu maupun anak normal.

Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu yang dikembangkan di Indonesia merupakan strategi pembelajaran yang didasarkan pada hakikat anak tunarungu yang belum berbahasa dan sama dengan bayi yang belum memiliki bahasa. Strategi pembelajaran tersebut dikenal dengan nama Metode Maternal Reflektif (MMR). MMR ini yaitu metode pengajaran bahasa untuk anak tunarungu yang dikembangkan berlandaskan fenomena seorang ibu yang lazimnya mengajarkan bahasa kepada anaknya yang belum dapat berbahasa, hingga si anak memperoleh bahasa secara alami. Metode Maternal Reflektif atau Maternal Reflective Method merupakan sebuah metode yang dikembangkan oleh A. Van Uden (1968) dari lembaga pendidikan yang di kenal secara internasional dalam dunia Pendidikan yaitu St. Michielgestel, yang terletak di Negara Belanda.

Secara bahasa, kata maternal reflektif berasal dari dua suku kata diantaranya yaitu maternal yang berarti keibuan dan reflektif yang berarti memantulkan atau meninjau ulang kembali. MMR adalah metode pengajaran bahasa yang diangkat dari cara seorang ibu untuk mengajarkan bahasa kepada anaknya yang belum dapat berbahasa sampai anaknya tersebut dapat menguasai bahasa, dan metode ini dilakukan seorang ibu dengan kemampuannya merefleksikan kemampuan berbahasa.

Metode Maternal Reflektif memiliki kelebihan diantaranya yaitu memperlancar komunikasi anak dengan orang lain, dapat melatih perkembangan bicara anak dan mengurangi penggunaan bahasa isyarat yang biasa digunakan dalam berkomnukasi dengan orang lain, dan cara penyampaian bahasa menjadi lebih sistematik. MMR ini menekankan pada kemampuan berbahasa anak, yang didalamnya terdiri dari proses berbicara, menyimak dan membaca dalam upaya meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak tunarungu. Pada mulanya anak diajak melihat benda yang ada disekitarnya dan selanjutnya kita lihat apakah anak dapat dengan spontan mengatakan apa nama benda yang dilihatnya.

Metode maternal reflektif memiliki peran ganda dalam metode ini, dimana peran ganda tersebut adalah memberikan stimulus dan menangkap refleksi anak tuna rungu kemudian membenarkannya. Pembelajaran ini dilakukan dengan menyuruh anak tuna rungu maju satu persatu hal tersebut memungkinkan mengingat jumlah siswa tuna rungu relatif lebih sedikit dari pada jumlah anak pada umumnya.

MMR (metode maternal reflektif) memiliki ciri-ciri pengajaran sebagai berikut :

1. Mengikuti cara-cara anak mendengar sampai pada penguasaan bahasa ibu dengan tekanan pada berlangsungnya percakapan antara ibu dan anak sejak bayi.

2. Bertolak pada minat dan kebutuhan komunikasi pada anak bukan pada program pengajaran tentang aturan bahasa yang perlu di drill.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun