Mohon tunggu...
Siti Wasiatul Maghfiroh
Siti Wasiatul Maghfiroh Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saya sedang menempuh pendidikan S1 di UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG, Prodi Teknik Informatika .

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Penting Enterprise Architecture dalam Mengelola Kompleksitas Organisasi di Era Digital

1 Oktober 2024   02:55 Diperbarui: 1 Oktober 2024   04:35 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Enterprise Architecture (Sumber by: Freepik.com)

Peran Penting Enterprise Architecture dalam Mengelola Kompleksitas Organisasi di Era Digital

Dalam era transformasi digital yang semakin pesat, banyak organisasi menghadapi tantangan untuk memastikan bahwa strategi bisnis mereka dapat berjalan selaras dengan teknologi informasi (TI). Salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk menjawab tantangan ini adalah Enterprise Architecture (EA), yang dirancang untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang struktur organisasi dan bagaimana komponen-komponen bisnis dan TI dapat diintegrasikan secara efisien. 

Namun, di tengah perkembangan teknologi yang begitu cepat, implementasi EA seringkali menghadapi berbagai kesulitan. Data dari Gartner pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sekitar 60% inisiatif EA di perusahaan tidak mencapai hasil yang diinginkan, terutama karena kompleksitas dan tingginya biaya implementasi. 

Ditambah lagi, studi global tentang transformasi digital pada tahun 2020 menemukan bahwa lebih dari 70% proyek digital gagal memenuhi ekspektasi, menunjukkan bahwa banyak perusahaan belum sepenuhnya siap untuk mengadopsi pendekatan EA yang efisien.

Di sisi lain, banyak organisasi masih terjebak dalam pendekatan tradisional yang terlalu fokus pada perencanaan jangka panjang, yang sering kali tidak cukup fleksibel untuk menghadapi perubahan teknologi yang dinamis. Untuk menghadapi tantangan ini, pendekatan EA yang lebih holistik dan adaptif diperlukan, sehingga perusahaan dapat merespons perubahan pasar dengan lebih cepat dan efektif. Sebagai salah satu kerangka kerja EA yang terkenal, Zachman Framework sering kali menjadi perdebatan dalam konteks ini. 

Kerangka ini memberikan struktur yang memungkinkan perusahaan memahami interaksi antara teknologi, proses bisnis, dan tujuan organisasi. Dengan transformasi digital yang semakin mempengaruhi semua sektor industri, kebutuhan akan kerangka kerja yang lebih responsif dan efisien semakin mendesak.

***

Enterprise Architecture (EA) sebenarnya tidak hanya berkaitan dengan perencanaan bisnis dan teknologi, tetapi juga merupakan alat yang vital untuk membantu organisasi beradaptasi dengan perubahan cepat dalam lingkungan digital. Di tengah revolusi industri 4.0, ketika otomatisasi, data besar, dan kecerdasan buatan semakin memainkan peran utama, organisasi yang memiliki strategi EA yang baik akan memiliki keunggulan kompetitif. Namun, masalah muncul ketika banyak perusahaan tidak mampu memaksimalkan potensi EA. 

Menurut survei dari McKinsey pada tahun 2020, sebanyak 70% proyek transformasi digital mengalami kegagalan sebagian besar karena kurangnya keselarasan antara tujuan strategis dan implementasi teknologi.

Kerangka kerja seperti Zachman Framework sering kali dianggap sebagai solusi, karena mampu memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana komponen-komponen organisasi saling berinteraksi. Misalnya, dengan mengorganisasikan elemen-elemen penting seperti data, proses, lokasi, dan waktu, Zachman Framework menawarkan perusahaan pandangan yang holistik tentang bagaimana berbagai bagian organisasi dapat beroperasi bersama secara efektif. Namun, kritik terhadap kerangka ini menyebutkan bahwa pendekatan yang terlalu teoritis dapat membuatnya sulit diterapkan secara praktis di lapangan, terutama dalam lingkungan yang terus berubah dengan cepat seperti saat ini.

Permasalahan lain yang dihadapi banyak perusahaan adalah beban biaya implementasi EA yang sering kali terlalu besar. Penelitian dari Deloitte pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 44% perusahaan yang mengadopsi pendekatan EA menghadapi tantangan signifikan terkait biaya, sementara hanya 16% yang melaporkan peningkatan efisiensi setelah dua tahun implementasi. Ini menunjukkan bahwa meskipun konsep EA, seperti yang diusung oleh kerangka Zachman, menjanjikan pengelolaan yang lebih baik, kenyataannya implementasi di banyak perusahaan tidak selalu sesuai harapan.

Di sinilah masalah fleksibilitas dan adaptabilitas EA harus ditinjau ulang. Dengan lingkungan bisnis yang semakin dinamis, pendekatan yang terlalu kaku dan berfokus pada perencanaan jangka panjang dapat menjadi penghambat bagi perusahaan yang ingin berinovasi. Sebaliknya, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan yang lebih adaptif, di mana teknologi baru seperti cloud computing, DevOps, dan metodologi Agile dapat diintegrasikan dalam arsitektur mereka. 

Beberapa organisasi telah berhasil beralih ke pendekatan ini, memungkinkan mereka untuk merespons lebih cepat terhadap perubahan pasar. Misalnya, Amazon, yang dikenal karena penerapan teknologi terdepan dalam operasinya, menggunakan pendekatan EA yang sangat fleksibel untuk mendukung inovasi dan pertumbuhan mereka yang pesat.

Dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi dan digitalisasi, penerapan EA yang lebih fleksibel dan responsif menjadi kunci kesuksesan. Namun, untuk mencapai hal ini, organisasi perlu menyeimbangkan antara kebutuhan untuk memiliki kerangka kerja yang kuat dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang tak terduga.

***

Seiring dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi, pendekatan Enterprise Architecture (EA) yang lebih fleksibel dan adaptif sangat diperlukan untuk membantu organisasi bertahan dan berkembang di pasar yang kompetitif. Namun, seperti yang telah dibahas, banyak perusahaan masih menghadapi tantangan dalam mengimplementasikan kerangka kerja EA secara efektif. 

Meskipun kerangka kerja seperti Zachman Framework menawarkan wawasan teoretis yang sangat berguna, tantangan praktis seperti biaya tinggi, kompleksitas implementasi, dan kurangnya fleksibilitas sering kali menghambat keberhasilan transformasi.

Dalam era yang semakin dipengaruhi oleh teknologi disruptif seperti kecerdasan buatan, otomatisasi, dan analitik data besar, perusahaan perlu merespons lebih cepat terhadap perubahan pasar dan mengintegrasikan teknologi baru dengan cara yang lebih efisien. Fleksibilitas dalam implementasi EA, serta penggunaan teknologi modern seperti cloud dan DevOps, dapat membantu perusahaan lebih siap menghadapi perubahan tersebut. 

Pada akhirnya, kunci sukses dalam menerapkan EA bukan hanya pada penggunaan kerangka kerja tertentu, tetapi pada bagaimana organisasi mampu mengadaptasinya dengan kebutuhan spesifik dan dinamika yang ada. Dengan pendekatan yang lebih responsif, perusahaan dapat memaksimalkan potensi teknologi, meningkatkan efisiensi, dan mempertahankan relevansi di pasar yang terus berkembang.

Referensi:

Gerber, A., le Roux, P., Kearney, C., & van der Merwe, A. (2020). The Zachman Framework for Enterprise Architecture: An explanatory IS theory. IFIP International Federation for Information Processing, 12066, 383--396. https://doi.org/10.1007/978-3-030-44999-5_32

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun