Ketika ku tidak tahu hati ini harus bertaut kepada siapa entah itu kepada seorang yang sangat kuharapkan, yaitu pertama seorang teman yang selalu hadir ketika suka maupun duka yang terkadang membuatku menangis ketika diberikan nasehat olehnya dan disaat itu pula hadir rasa yang aneh menurutku yaitu rasa yang membuatku ingin selalu melakukan kesalahan dan mendapatkan nasehat darinya, karena dari dorongannyalah aku mendapat semangat baru olehnya.
Tapi hal ini semakin membuat diri merasa bodoh dengan semuanya. Dan yang membuatku semakin merasa bahwa aku mengkhinanati seorang teman sejatiku yaitu dia adalah rita, kami berteman sejak rita mulai memberikan perhatian kepada diri ini ketika sakit, dan ketika tidak ada yang lain memberikan perhatian.
Akan tetapi, lama kelamaan persahabatan ku dengan rita hampir dihancurkan oleh seorang laki-laki yang ternyata kami sama-sama kagum kepada dia  disaat kami sama-sama tahu bahwa kami kagum pada laki-laki itu kami hanya menghela nafas bersama-sama dan pada saat itu pula kami mengungkapkan hal yang membuat kami kagum kepadanya.
Dan ternyata alasan-alasannya hampir sama, perbedaan kami berdua hanyalah sedikit yaitu rita sudah mengenalnya sejak di SMA sedangkan saya baru mengenalnya sejak masuk kuliah itupun tidak secara langsung walaupun kami berada dalam 1 ruangan kuliah. Tapi rasa itu baru muncul sejak dia membuatku menagis karena nasehatnya, dan disaat itulah aku sadar bahwa ternyata aku mengharapkannya.
Dan yang ke-dua adalah seorang yang hadir di masa laluku, yaitu seorang yang dulu aku tidak pernah merasakan kehadirannya dan sekarang dia hadir lagi dalam story in my live. Dia adalah seorang yang sangat penyabar dan sangat baik, tapi sayangnya aku tidak tahu bahwa dulu dia memilki perasaan itu kepadaku, yang dia ungkapkan kepada teman yang selalu bersamaku .
Dulu kami menjalani dunia pendidikan bersama-sama di universiatas merah kebanggaanku. Kami menjalani kehidupan yangsangat menegangkan pada waktu itu, dan tanpa sepengetahuanku dulu dia diam-diam memperhatikanku lewat pertolongannya yang selalu membantuku ketika ku sakit karena pada waktu itu aku sakit-sakitan. Pada suatu ketika tanpa sadar aku menyakiti hatinya yang pada waktu itu aku tidak tahu bahwa aku menyakitinya, dan baru sekarang aku tahu bahwa seperti itulah kejadiannya..
Suatu ketika seorang temanku yang biasanya kami selalu satu kelompok karena nama kami berdekatan di absen, dia juga seorang laki-laki, dia duduk dibelakang tempat dudujk yang berjejer di ruang kuliah PB. 112 di belakang ruangan itu tampak semua anak laki-laki satu ruanganku tampak berkumpul entah sedang membicarkan apa. Dan teman satu kelompokku itupun langsung menanykan kepadaku " syah kamu punya fahri nggak?" beguitulah logat aslinya, aku langsung membalikkan badan karena heran kenapa dia langsung menyankan hal  seperti itu kepadaku. dan dia pun tersenyum dan mencoba mengulangi pertanyannya.
"aisyah, kamu punya fahri nggak?" aku semakin heran karena di belakang para lelaki berkerumunan dan akupun sangat malu ditanya seperti itu apalgi di tengah teman-teman satu ruanganku yang jumlahnya hampir 50 orang. Langsung aja wajahku langsung memerah dan aku melihat para kerumunan anak laki-laki di belakang ruangan yang tersenyum --senyum saja, dan mengelilingi si fikri ini, yang sebenarnya aku salah paham pada waktu itu aku kira yang menyukaiku itu adfalah si ten satu kelompokku itu, dan ternyata baru aku sadar sekarang bahwa si fikrilah. Â danpada Waktu itupun aku tidak menjawab apapun dan seorang teman ku si sidarlah yang menyelamatkanku dari tatapan semua satu ruanganku, dengan mengatakan bahwa "si aisyah udah punya fahri di daerah asalnya". Dengan ata-kata itu[un au menjadi lega.
Setelah berlangsung lama dan diri ini sudah tidak menjalani pendidikan bersama mereka karena takdirku  sekarang berada di sekolah tinggi di kabupaten karena beberapa hal yang tidak bisa dotolerir. Suatu ketika aku mencoba menghubungi seorang teman sekelompokku itu, dan menanyakan kabarnya, dan anehnya pada saat itulah baru aku menyadari ketika dia mengatakan bahwa kamu masih ingatkejadian di PB. 112 kan, dan kamu masih ingatkan yang namanya FIKRI... hehe... aku pun langsung tertawa,, ternyata diatohhh..dulu..
Akan tetapi rasa itu kenapa muncul pada saat itu pula aku merasa bersalah padanya karena dialah yang dulu menopangku dan mengantarkanku untuk pulang pada saat aku sakit ke asrama, dan raut mukanya pun sangat sedih melihatku berjalan terpopoh-popoh tapi juga takut untuk mendekatiku dan memegang tanganku untuk mengantarkanku ke kamar, ternyata dia sangat menghargaiku sebagai seorang wanita, dari situlah aku merasa bahwa dialah yang terbaik.
Dan yang ketiga adalah seorang senior yang awalnya kami berada dalam satu rumah ketika muktamar dulu dalam sutu organisasi, kami di kader dalam satu tempat, tapi pada waktu itu belum ada suatu apalah yang namanya itu. Akan tetapi setelah waktu berja;an kami sering berpapasan dalam satu kampus kebetulan kami berada dalam satu kampus,, dan dia selalu memberikan perhatiannya kepadaku dengan berbagai cara. Walaupun ketika bertemu kami hanya saling menyapa saja.