Part 13
Hari demi hari kulalui, hingga suatu saat Akupun menangis sampai malam harinya, dan pada malam itupun aku tidak pernah keluar dari kamar, tidak ada suatu makananpun yang masuk kedalam perut ini. Semua masalah ini membuatku kenyang. aku hanya tertegun meratapi nasibku ini, jika aku ingin kuliah maka aku harus minta tolong kepada siapa, aku malu jika untuk meminta bantuan lagi kepada guruku yang dulu bersusah payah untuk mendaftarkanku di universitas terbaik itu.
Sungguh besar keinginan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, tapi lebih berat lagi rasanya untuk melangkahkan kaki ke sana, butuh perjuangan dan pengorbanan hati yang tak kalah beratnya. ketika ku memiliki niat untuk itu, tapi semakin terasa berat beban ini, sungguh aku tidak sanggup menanggung beban seperti ini, aku butuh seseorang yang bisa memberi semangat untuk melangkahkan kakiku ke arah yang lebih baik, seseorang yang mau menunjukkan jalan keluar, dari semua ini, dan menuntunku ke jalan untuk memulai kembali menjejaki dunia pendidikan yang sebenarnya. aku butuh mereka, tapi aku tidak tahu siapa mereka, dan aku tidak tahu harus kemana.
Aku harus kemana?
Aku harus minta tolong sama siapa?” ungkapku kepada diri ini sendiri.
Aku tak tahu harus bagaimana. Akhirnya seseorang memberiku solusi untuk mencari teman yang dekat dari kampung untuk meminta bantuannya. Dan aku pun tanpa basa-basi langsung meminta bantuan kepada adikku untuk mengantarkanku kerumahnya, apalah daya diri ini tidak bisa naik motor, tapi alangkah jeleknya, ketika ku memintanya untuk mengantarku malah dia menolak, walaupun itu sebenarnya dia bercanda.
Tapi inilah aku, siat yang sebenarnya hanya bisa minta tolong 1 kali, dan jika pertama itu aku di tolak, maka aku tidak akan mengiyakan lagi jika dia mau mengajakku kembali. sungguh sifat yang tak patut di contoh..
Tapi entah, keegoisan ini, mulai meredah karena keinginan orang tua yang memaksaku ke rumah teman untuk membantuku mengurus semua keperluanku untuk melanjutkan kuliah.
Akupun bergegas ke rumah teman, yang letaknya tidak jauh dari rumah, hanya berselang 2 km jaraknya. Sesampainya dirumahnya aku langsung memeluknya dan dia pun langsung memelukku, aku bersandar menangis di bahunya bagaikan seorang anak yang meminta pertolongan kepada seorang ibu, dari kejahatan yang ada diluar. Dan Bagai seorang ibu yang menyelimuti anaknya karena tidak ingin satupun nyamuk menusuk kedalam tubuhnya yang mungil itu.
Semakin lama pelukan itu, hingga air mata ini tidak tertahankan lagi menetes ke bahunya. Sadar akan hal itu, diapun dengan lagatnya yang selalu ceria menangis tapi tetap berusaha untuk menyemangatiku dengan lagak tawanya dan kelakuannya yang agak konyol di depanku, berusaha untuk membuatku bicara.
Ini adalah pertama kalinya, seseorang berusaha membuatku tertawa dengan logak tersendirinya. Ternyata selama ini masih ada yang peduli terhadapku. Ternyata memang dia tahu tentang diriku yang berhenti kuliah karena sakit, tapi tidak tahu akan penyakit yang kuderita selama ini ternyata berat. Dan alasannya pula yang sempat ia je;askan adalah karena kesibukan kuliah yang dia tempuh membuatnya tidak bisa untuk menjengukku.
Aku rindu padamu, uni” ungkapku padanya. Diapun kembali memelukku dan berkata “aku rindu juga dirimu yang selalu merengek kepadaku, disaat kau da masalah, dasar anak konyol (panggilan sayangnya terhadaku” Aku menceritakan alasanku untuk kerumahnya, bahwa aku minta tolong kepadanya untuk membantuku mengurus semua persiapan untuk lanjut kuliah, tapi belum tahu harus melanjutkan kuliah dimana,, jurusan apa, dan prodi apa., hal ini lagi yang membutku bingung, akan tetapi dia menolak untuk membantuku, entah dengan alasan apa dia menolak.
“Uni,, aku mohon bantu aku, aku tidak bisa menentukan arah kemana aku harus pergi tanpa ada arahan dari seseorang yang aku percaya, uni, aku mohon....” ungkapku sambil memegang erat kedua tangannya.
HEHE....... ini anak malah menangis ketika kita bercanda, aku bercanda tahu. Masa sih seorang teman yang selama ini tempat aku menyontek, tempat aku minta tolong untuk menjelaskan materi pelajaran waktu SMA, tidak mau aku bantu, sekali-kali aku harus balas budi, terhadap kebaikanmu selama ini, kau adalah teman yang aku kenal tidak pernah mengeluh terhadap tugas di sekolah, seorang teman yang selama ini ku kenal tidak pernah mengungkapkan perasaannya, baik sedih maupun gembira, tidak pernah berkumpul dengan teman-teman sekolah ketika hal itu tidak ada manfaatnya, walau itu hanyalah suatu hiburan.” Ungkapnya dengan suara yang agak tersedu-sedu.
Baru pertama kali ini, aku melihat dia menangis selama ini, ternyata memang rasa sayang yang selama ini kepdaku tidak pernah sirna, walau cara dia mengungkapkannya seperti anak-anak, ketika dia melihatku dia selalu langsung memelukku, walau itu dimanapun, akan tetapi hal ini telah membuatku sedikit bersemangat lagi untuk menempuh pendidikan. akan tetapi dia melanjutkan pembicaraannya “akan tetapi aku tidak berjanji bisa membantumu sepenuhnya karena sekarang ini aku sedang masas-masa final, dan akupun tidak tahu harus memberikan informasi seperti apa, dan aku tidak tahu jurusan apa yang harus kamu ambil, dan yang terbaik untukmu.” Ungkapnya.
Akun tertegun melihatnya “lalu bagaimana ini?, apakah kita harus meminta bantuan kepada siapa?” ungkapku padanya seperti sedang memohon “ bagaimana kalau kita meminta bantuan kepada pak MB, karena dia inikan selam ini selalu mebantumu ketika dulu masuk kuliah, dialah orang yang sangat kompeten dalam hal ini, aku yakin dia pasti bisa menunjukkan jalan yang terbaik untukmu, dan bersedia membantu,mu.” Ungkap uni kepadaku
“tapi aku malu jika harus meminta bantuan kepadanya, karena selama inikan dia yang telah membantuku untuk kuliah disana, akan tetapi aku telah mengecewakannya, aku malu jika dia melihatku dalam keadaan seperti ini” ungkapku dengan sedikit menundukkan kepala sepertinya harapan itu telah sirna lagi.
Tapi, uni memberika suatu sugesti betapa pak MB sangat menyayangiku, dan apa yang ada dipikiranku harus aku singkirkan jauh-jauh, karena hal itu akan menjadikanku semakin terpuruk saja. Karena diri sendiri inilah yang membuat diri ini semakin sedih saja, akku pun mulai diberikan beberapa pernyataan-pernyataan tentangg betapa diriku dangat dirindukan oleh teman-teman dan guru=guru di masa lalu.. pernyataan demin pernytaan menyadarkanku bahw a aku harus kuat untuk melangikahkan kaki untuk mencari bantuan kepada beliau.
Kami pun memulai perjalanan untuk kerumah beliau , dan sebelumnya kami singgah dulu di rumahku untuk berganti pakaian, dan sedikit i wajah yang sangat menyedihkan ini, agar beliau tidak terlalu merasa bahwa diriku berada dalam dunia yang sangat membosankan bagiku.
Setelah kami sampai kami pun masuk kedalam rumahnya dan aku pun langsung enagis sejadi-jadinya di depannya entah bagaimna caa memulai pembicaraan ini, dan pak MB pun memulai pembicaraan dan aku dengan sedikit terseduh sedurh menjelaskan kepadanya dan uni pun memberikan penjelasan lanjutan kepada beliau, dan akhirnya bapak pun masih menawarkan kepadaku untuk kemblali lagi ke unhas dengan mulai mendaftar ulang dengan jurusan yang berbeda. Tapi aku memilih kata “tidak” dan akhirnya dia memutuskan untuk membawaku ke sekolah tinggi di mana tempatku berada sekarang ini dan dengan jurusan pilihannya pun, dan beliau pun membantu ku dengan sekuat tenaganya agar aku melanjutkan perjalanan menaungi samudRa pendidikan selama ini yang sempat terhenti.
INILAH AWAL DARI PERJALANAN HIDUPKU MENAUNGI SAMUDRA PENDIDIKAN... AKU RINDU KEPADAMU.... , AKU RINDU JIWAKU, AKU RINDU DUNIAKU KEMBALI...MAKA DENGAN UCAPAN BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM AKU AKAN MENUJU KESUKSESAN KEMBALI.
End...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H