Part 9:Â
Mamaku pun langsung berteriak, menangis dan meninggalkan cucian iring yang ada di wc... dia pun bergegas untuk menjemputku.. dengan dibantu 2 orang wanita dekat rumah, aku di tuntun masuk rumah, dengan wajah pucat tak karuan... seketika itupun orang-orang dekat rumah semuanya masuk rumah,, ingin melihat apa yang terjadi. akupun langsung dibawa ke kamar dan membaringkanku..Â
tapi aku tidak ingin melepaskan tangan ibuku.. akupun langsung memeluknya dan menangis tak karuan,,, yang ada dipikiranku hanyalah, aku yang tak mampu hidup di sana, aku yang diberi kesakitan seperti ini, aku sangat putus asa akan kehidupan yang kujalani, aku menganggap waktu itu aku tak akan ada di dunia ini lagi.. Orang-orangpun pada ribut di rumah, bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. orang tuaku hanya menjawab bahwa aku sedang kena tifus... dan orang-orangpun memberikan solusi untuk segeraÂ
Membawaku ke rumah sakit terdekat, dan orang tuaku pun mengiyakan solusi ayng diberikan. Setelah itu, ibuku menelpon bapak, untuk segera pulang dan menyewa mobil untuk membawa ke rumah sakit.. dan memanggil tanteku untuk menemaniku, karena ibuku tidak bisa menemaniku kerumah sakit, karena aku memiliki seorang adik kecil yang masih berusia 4 bulan, dan tidak ada yang menjaganya.Â
Siang harinya, pun saya di bawah ke puskesmas terdekat, untuk memeriksa kesehatanku,, di dalam proses pemeriksaaan aku memuntahkan semua makanan didalam perut, setelah dokter menyuruhku untuk menggerakkan kaki ke atas. Muntah berlumuran dimana-mana, dan tantekupun membersihkan ruangan pemeriksaan tersebut.Â
Tapi alangkah terkejutnya aku ketika dokter yang memeriksaku mengatakan bahwa aku sedang diagnosa terkena usus buntu, dan harus segera dioperasi, dan kami dirujuk untuk ke rumah sakit di kabupaten. ketika itu aku langsung menangis di puskesmas, dan ayahkupun langsung memelukku. karena memang aku paling dekat dengan ayahku jika dibandingkan dengan ibuku, dan aku sangat manja jika aku sakit.Â
Setelah sampai di rumah, aku langsung tidur, dan meminta makanan kepada orang tua, tapi aku tidak bisa mencerna makanan itu, walaupun itu adalah bubur, karena masih terasa sakit. Dan tidak ada yang enak. Ayahkupun menjelaskan kepada ibuku tentang penyakit yang kuderita, yaitu usus buntu, dan harus segera dioperasi.. tapi ibuku pun tidak setuju dengan hal itu, hingga ibukupun mencari berbagai cara agar aku tidak dioperasi, dan herannya diriku tentang kenapa aku diagnosa usus buntu padahal aku tidak suka makan cabe.
Ibukupun mencari pepaya masak untuk memberikanku, karena berhubung ada beberapa orang yang bilang, cara agar melancarkan pencernaan adalah makan pepaya. akupun memakannya tapi hanya satu suap, karena aku memang tidak suka pepaya. Waktu malamnya, akupun bermimpi sesuatu yang sangat aneh, tapi aku tidak tahu akan mimpi itu. Orang-orang yang ada di sampingku hanya menyatakan bahwa aku berteriak-berteriak meminta tolong, utnuk kembali... hhh... sungguh hidup yang tragis. Malam itu pun tak ada kata tidur, badan yang sangat lelah, terasa sakit, tapi mata yang tak mau terpejam, jika tidur hanya 5 menit saja, maka akan terbangun lagi.Â
Pada pagi harinya, ada tetangga yang melihatku, dan menyarankan agar segera di bawah ke rumah sakit, atau jika memang orang tuaku, tidak ingin maka sebaiknya saja aku di bawah ke praktek karena di praktek kita bisa rawat jalan. Yah.. orang tuakupun setuju dan mempersiapkan segala peralatan, dan memberikan rekomendasi terlebih dahulu ke praktek tersebut, atau dengan kata lain, kita harus mendaftar terlebih dahulu, karena praktek ini sangat sibuk.
 Kami pun di jadwalkan untuk masuk jam 3 sore,, orang tuakupun membawaku dengan menyewa mobil kepraktek tersebut, tapi melihat kondisiku, orang-orang juga yang melakukan pengobatan juga menyarankan aku untuk melakukan rawat inap. Tapi orang tuaku tidak ingin, setidaknya aku harus melakukan rawat jalan. Dokterpun memeriksa, dan memberikan resep dokter yang harus di tebus. Dan ternyata yang dikatakan bahwa aku sedang mengalami tifus selama ini, dan memang sedang terkena diagnosa usus buntu, dan aku harus periksa setiap 1 minggu sekali.
 Akupun meminta surat keterangan dokter, untuk mengirimkannya ke universitasku, karena di sana tidak menerima keterangan dari teman saja. Jadi aku harus mengirim surat keterangan dokter dan kartu mahasiswa, untuk memastikan bahwa aku benar-benar sedang sakit, dan berhubung jadwal final kurang lebih 2 minggu lagi. Dalam perjalanan pulang, terasa sekali sakitnya, karena memang kebetulan jalan untuk masuk di kampung itu sangat jelek, sehingga badan ini terasa semua bergetar. Sedangkan bagaian perut yang kurang sehat seperti aku ini, terasa ingin muntah terus.
Kami sampai bertepatan adzan shalat magrib pada waktu itu, dan akupun langsung di bawa kedepan tv untuk sedikit menghiburku, tapi aku tak pernah menghiraukan apa yang ada di dalam TV yang aku pikir hanya aku yang sakit, tak tahu harus ngapain. Tanteku kupun yang pernah menemaniku ketika sakit dahulu di asrama, menceritakan kepadaku bahwa, banyak sms dari temanmu menanyakan kabarmu.Â
Ada lebih dari 10 orang yang menanyakanmu dan ada yang sempat menelpon. Kamu harus sembuh syah, karena teman-temanmu sudah menunggumu, buktinya kamu baru 2 hari di sini, tapi temanmu sudah kangen sama kamu. Malam hari, tepatnya malam selasa jam 00.00 09 november 2013 , pertama kalinya aku mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari seseorang yang rela begadang hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku dia adalah syamsidar. Menjadi sahabat karib memang seperti ini, tanpa mengharapkan apa-apa.Â
Dia menelpon berkali-kali tapi aku tidak bisa mengangkatnya, dan tak bisa bicara apa-apa, yang kulakukan hanya menangis saja, dan mendengar apa yang dia katakan. Itulah diriku saat itu. Pagi harinyapun, temanku yang berasal dari jakarta utara, yang menjadi teman kelompok di berbagai kegiatan lab. Itu atasa nama Saldi Bodianto menelpon untuk mengucapkan selamat ulang tahun diiringi suara teman-teman disana yang katanya berkumpul di tempat kumpul biasa, yaitu dibawah perpustakaan tepatnya di depan kantin dan temapat fotokopi.Â
Mereka pun merayakan ulang tahunku hanya lewat via telpon, kue ulang tahun beserta nyanyian ulang tahun meriuhkan suasana hening masa itu, aku hanya bisa mendengar dan lagi-lagi menangis, pertama kalinya aku mendapatkan surprise seperti ini di hari ulang tahunku, tapi disisi lain di hari ulang tahunku pun aku terbaring dikamar dan tak bisa kemana-mana, tak bisa berkumpul dengan sahabat tercinta, tak bisa menjejali dunia pendidikan yang sangat indah, dan tak bisa lagi menggapai cita-cita ku sebagai ilmuwan fisika, seorang wanita tangguh.Â
Akupun semakiin menangis, di satu sisi aku sedang dalam keadaan sakit tidak bisa menempuh pendidikan untuk sekarang ini, tapi di sisi lain aku sangat rindu akan teman-temanku dan kebersamaannya, mereka yang selalu melucu, bersatu nongkrong di bawah perpustakaan, makan bersama dan tidak ada kata perceraiberaian. Aku sangat rindu kepada mereka.
Bersambung....
Dilanjut Part 9 yah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H