Mohon tunggu...
Siti Aisyah S.Pd M.Pd.
Siti Aisyah S.Pd M.Pd. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Literasi, Seorang Pengajar di Kampus Swasta, Menjadi Abdi Desa, Ibu rumah Tangga dan Pegiat Literasi dengan CItati Google schoolar, dan Penulis Artikel Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mereka Terlalu Respect ataukah Terkesan Menggurui

3 Januari 2024   18:00 Diperbarui: 3 Januari 2024   18:04 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HI, SOBAT PEMBACA. 

kali ini kita membahas tentang diary. Diari  kali ini berdasar kisah si penulis sendiri dengan latar belakang ibu rumah tangga. 

Memapaki rumah tangga dan segala bahteranya adalah bukanlah hal yang mudah. Kita dihadapkan oleh berbagai perspektif dan pandangan mereka-mereka yang ada di sekitar kita. Baik Keluarga dekat, kakak, adik, orang tua, mertua, keluarga dari istri ataupun keluarga dari pihak suami, dan bahkan dari tetangga atau teman kerja, teman kantor, teman sekolah/teman kampus dan lain sebagainya. 

Selama kita masih hidup, dan hidup dalam lingkungan sosial, maka kia tidak akan lepas dari penilaian dan tanggapan orang terhadap kita, rumah tangga kita dan bahkan urusan pribadi kita. Tidak jarang dari mereka sering mengomentari tentang fisik, sikap, ramalan dan lainnya. 

Orang-orang yang ada di sekitar kita, bagi kaum introvert sepeeti penulis yang dirasakan berbagi masalah pribadi kepada orang lain, bahkan kepada teman kantor, teman kampus adalah suatu hal yang diluar ekspektasi dan kebiasaan bukan. Bagi kamu kaum introvert pasti merasa risih juga terhadap kondisi seperti ini bukan? 

Saat kita masih sendiri atau single, pertanyaan yang sering muncul

  • maka pertanyaan mereka kapan menikah?
  • kenapa tidak menikah? 
  • sudah punya pacar? 
  • kenapa tidak pacaran? 
  • kamu tidak direstui? 
  • tidak ada laki-laki yang mau mendekat karena kamu terlalu cuek? 
  • kamu terlalu kolot? 
  • kamu tidak cantik? 
  • dan pertanyaan-pertanyaan lain yang terkadang membawa mental kita menjadi down dan lainnya, sehingga proses pengambilan keputusan kita mengikuti perasaan serta suasana hati kita, ini dapat memengaruhi kinerja kita sebagai wanita karir, pendidikan dan prestasi sebagai mahasiswa atau pelajar dan lainnya.

Setelah kita menikah, maka pertanyaan apa lagi yang muncul, misal: 

  • Kenapa belum punya anak? 
  • Kenapa kamu LDR-an sama suami tidak takut salah satunya selingkuh atau bagaimana? 
  • kenapa masih tinggal di rumah orang tua atau mertua? 
  • kenapa jarang ke rumah orang tua atau mertua? 
  • Kamu tidak pakai lata kontrasepsi kan/KB? 
  • Suami/istri kamu perokok yah? 
  • Kenapa kamu melihat istri/suami mu melakuka ini itu? 
  • Suamimu kerja apa? 
  • suamimu kemana? dan berbagai pertanyaan yang membuat mereka menjadi menohok dan sangat-sangat terkesan memberi perang dingin dalam hubungan rumah tangga. 

Secara tidak sadar, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menimbulkan luka psikis terhadap orang yang ditanyai, apalagi jika orang yang mengajukan pertanyaan melontarkannya dengan bentuk menggurui atau dengan cara yang kasar. Maka Lengkaplah Sudah. 

Namun pertanyaan-pertanyaan seperti itu, tidak bisa kita atur karena berasal dari luar diri kita, dan berasal dari orang lain. Yang bisa kita kelola adalah penerimaan dan bentuk emosi yang kita tampilkan ketika pertanyaan tersebut sudah mulai menjalar ke kehidupan pribadi kita. 

Yah pengelolaan emosi dalam setiap permasalahan kita, karena segala bentuk penilaian, dan pertanyaan mereka dalah bentuk respeknya, walaupun tidak semua orang yang memberikan pertanyaan adalah bentuk respecknya namun bisa menjadi bahan candaan, ataupun bahan ejekan mereka. 

Kembali lagi siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan dan sidak balik dan respon yang diberikan. apapun pertanyaan mereka, responlah dengan baik dan jika sampai mengiris hati, maka usahakan hanya mengeluarkan senyum atau dalam bentuk menghindar saja, dengan meminta permisi untuk melakukan suatu kegiatan atau hal semacamnya. Bergegas mengambil air wudhu dan kembali ber tafakkur dan melaksanakan tugas kita. 

#SalamIbuRumahTangga

sitiaisyah110385@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun